Thursday, December 27, 2007
Monday, December 24, 2007
Wednesday, December 19, 2007
Tuesday, December 18, 2007
SURAT DARI SINGAPURA
Salah satu percakapan yang selalu saya nikmati, adalah percakapan dengan supir taxi. Selalu menarik, tidak pernah membosankan. Ibarat lukisan, merekalah lukisan surealis yang paling imajiner. Belum lama ini, ketika di Singapura, saya naik taxi dari hotel menuju Bandara Changi. Sebut saja, sang supir taxi paman Phoa. Badanya kurus, berkaca mata, dan umurnya mungkin sudah mendekati 60 tahun. Paman Phoa, bercerita bahwa ia sudah menarik taxi lebih dari 20 tahun. Kata beliau, semua kejadian aneh sudah pernah ia alami. Mulai dari orang melahirkan didalam taxi, sampai suami isteri bercerai didalam taxinya. Konon, suatu hari menurut ceritanya, ia mendapatkan penumpang dari Bangladesh. Sang penumpang bertanya dimana letak kantor lotere Singapore Pools. Rupanya penumpangnya itu baru saja kena lotere. Lumayan besar, tidak tanggung-tanggung, lebih dari 1.5 juta dolar Singapura. Atau hampir 10 milyar rupiah. Paman Phoa, dengan bangga mengatakan bahwa untung saja, sang penumpang bertemu dengan orang jujur seperti dia. Paman Phoa lalu, tanpa pamrih sedikitpun membantu penumpangnya mengurus uang kemenangan loterenya. Ketika selesai, ia mendapatkan tip seribu dollar Singapura. Lumayan.
Paman Phoa, juga selalu pasang lotere tiap minggu. Ia menghabiskan sedolar biasanya. Baginya lotere ini adalah satu-satunya alat yang paling ampuh untuk tetap memilihara mimpinya untuk kaya raya. Sebagai orang kecil dan supir taxi di lanjut usia, ia tidak punya kesempatan lain untuk kaya raya, daripada kena lotere. Begitu kilahnya. Yang penting adalah hidup jujur. Paman Phoa tahun 2006, kena lotere sebesar 30.000 dollar Singapura. 3.000 dollar atau 10% ia sumbangkan untuk amal. Karena menurutnya filosofi hidupnya, amal itu seperti bola ping-pong yang selalu tek-tok. Kalau ia rajin beramal, maka hidupnya juga penuh dengan rejeki. Dan rejeki itu datang dari segala penjuru. Contohnya adalah tips seribu dollar yang ia terima dari sang pemenang lotere. Mungkin anda tidak akan setuju dengan metodenya memelihara mimpi lewat lotere. Tetapi bagi saya yang terpenting adalah kesungguhan paman Phoa, untuk memelihara mimpinya. Hidup ini memang berpangkal dari mimpi itu. Bagaimana anda mau memiliharanya, terserah anda semua.
Ketika cerita paman Phoa, saya ceritakan ke teman saya. Teman saya cuma tertawa ngakak. Maka pada hari Minggu berikutnya, saya diajak kesebuah food-court untuk mencari makanan lezat sembari melihat trik-trik unik dari pedagang-pedagang makanan di food court. Karena hari minggu, maka food-court penuh dengan pengunjung. Saya melihat ada satu stand makanan yang sangat ramai, karena dipenuhi dengan orang yang ngantri. Naluri saya mengatakan bahwa pasti makanannya enak. Buktinya semua orang ngantri. Mulanya saya mengajak teman saya membeli makanan disitu. Tapi teman saya mengelak. Sambil menunjukkan tanda yang berjudul ’self-service’. Biasanya di food-court kalau kita membeli makanan, tinggal pesan saja, lalu nanti diantar kemeja kita. Nah, kalau self-service, anda harus ngantri, pesan makanan, menunggu pesanan matang, bayar, dan membawa sendiri kemeja anda. Konon beberapa stand makanan belajar trik sederhana ini, dengan sengaja menerapkan konsep self-service, semata-mata untuk menciptakan antrian. Antrian yang panjang akan membuat kesan bahwa stand makanan itu memang populer. Jadi jangan terjebak, antrian panjang belum tentu makanannya enak ! ’......ha....ha... ada-ada saja, trik mereka’, begitu komentar saya.
Di beberapa meja, saya mulau melihat pemandangan yang cukup umum. Dimana beberapa keluarga makan bersama satu meja dengan pembantu mereka dari Indonesia. Terutama keluarga yang punya anak-anak kecil. Perubahan matriks pengunjung ini, menyebabkan beberapa stand makanan, juga secara naluri memasang tanda ”NO PORK” dibeberapa stand mereka. Semata-mata untuk menciptakan loyalitas dikalangan pembantu asal Indonesia yang kebanyakan beragama Islam. Kebanyakan mereka-mereka yang kita sebut ’orang kecil’ ini memiliki semangat dan kemampuan belajar yang sangat tinggi. Kadang bukan karena kebutuhan untuk menjadi lebih pandai atau cerdas. Tetapi karena kebutuhan survival yang mendesak. 3 jurus pendek yang populer – Belajar – Berubah – Dan berimprovisasi. Belajar dari orang kecil, seringkali melatih panca indera bisnis kita menjadi lebih praktis, sederhana, dan penuh imajinasi. Itu sebabnya saya punya koneksi emosional yang istimewa dengan orang-orang kecil ini.
Tuesday, December 11, 2007
Monday, December 10, 2007
THE PASSION
Sore itu Mpu Peniti sedang dikebun rumah belakang, asyik menyirami rumpun pohon-pohon melati. Beliau tampak rileks sekali. Ditemani tempe dan tahu goreng kesukaan beliau, kami ngobrol sambil nyeruput kopi tubruk. Duh, nikmatnya selangit banget. Perlahan-lahan saya bertanya kepada beliau, andaikata beliau boleh memilih hanya satu kata. Maka kata apa sih yang paling penting untuk Indonesia saat ini ? Mpu Peniti memejamkan matanya. Nafasnya terdengar sangat berat. Beberapa menit kemudian, tanpa berkata apapun beliau berdiri dan masuk kedalam rumah. Meninggalkan saya sendiri kebingungan di teras rumah belakang. Tak lama kemudian beliau muncul lagi membawa selembar kertas. Isinya sebuah surat dari seorang koleganya.
Salah seorang teman Mpu Peniti, baru saja kehilangan isterinya, karena direngut penyakit kanker rahim yang sangat ganas. Isi surat itu ternyata bukan berisi kesedihan, tetapi sebaliknya surat yang penuh kegembiraan. Konon menurut surat itu, 6 bulan terakhir sebelum isterinya wafat, itulah saat-saat yang paling menggembirakan dalam kehidupan 30 tahun lebih perkawinan mereka. Sang suami merasakan bahwa isterinya justru paling bersemangat didalam 6 bulan terkahir itu. Itulah saat-saat yang paling membahagiakan mereka berdua. Diakhir surat, teman Mpu Peniti, mengutip sebuah ungkapan dari The Beatles ”And in the end the love you take is equal to the love you make ” – sebuah potongan lirik dari lagu The Beatles yang berjudul The End, dari labum Abbey Road yang direkam antara 23 Juli -18 Agustus 1969.
Membaca surat itu, hati saya ikut luluh. Barulah saya menyadari dari kunci dari kehidupan ini memang cuma satu kata, yaitu ”Semangat”. Tidak lebih dan tidak kurang. Dalam sejarah bangsa ini, barangkali cuma 3 kali kita mengalami luapan semangat yang luar biasa. Pertama ketika Gajah Mada menggelegarkan sumpah Palapa dan menggerakan bangsa ini, menyatukannya menjadi satu negeri Nusantara. Kedua ketika Bung Karno lewat pidato-pidatonya membakar semangat kita dan menggelorakan revolusi kemerdekaan. Dan ketiga barangkali adalah Rudy Hartono. Juara 8 kali All England.
Saya ingat betul bagaimana Rudy Hartono kalah dari Svend Pri di final All England 1975. Dan ia bangkit kembali di tahun 1976 dengan semangat yang luar biasa. Itu tercermin dalam pertandingan semi final dengan Fleming Delfs. Di set pertama Rudy Hartono mengalahkan Fleming Delfs dengan 15-10. Tetapi sepatu baru Rudy Hartono rupanya membuat masalah di set kedua. Sehingga berbalik Rudy kalah 7-15 di set itu. Tetap bersemangat luar biasa di set ketiga, Rudy sudah sempat ketinggalan 2-9. Namun dalam sebuah demonstrasi mental baja dan semanggat membara, Rudy memperlihatkan sebuah keteguhan perjuangan yang sangat luar biasa. Point demi point di raih Rudy. Hingga akhirnya tiba di detik mendebarkan 9-13. Rudy di jurang kekalahan. Tapi Rudy tetap mengusung semangat didepan. Rudy berhasil akhirnya menyamakan skore 13-13. Dalam perpanjangan 5 angka, dengan semangat yang tidak bisa diungkapan, Rudy akhirnya memenangkan pertandingan itu 18-13. Di final, Rudy mengalahkan Lim Swie King dan akhirnya menjadi juara 8 kali All England. Saat itu seluruh negeri lompat, bersorak, dan joged bersama.
Menengok lintasan sejarah itu, barangkali memang benar, apa yang dikatakan Mpu Peniti. Bangsa dan negeri ini butuh satu ajian mujizat : SEMANGAT ! Masalahnya siapa yang bisa menggelorakan-nya ? Barangkali kita butuh Gajah Mada, Bung Karno atau Rudy Hartono yang baru. Semangat ibarat sayap ajaib yang bisa membawa kita kemana saja. Berkat semangat satu kompi serdadu bisa mengalahkan satu batalion musuh yang jumlahnya sangat besar. Semangat adalah faktor penentu yang dicari setiap pemimpin. Saya jadi ingat pertempuran raja Sparta yang terkenal Leonidas ( tahun 480 sebelum Masehi ). Berbekal semangat yang sangat luar biasa, Leonidas ditemani hanya 300 orang serdadu berhasil menahan raja Xerxes 1 dari Persia yang membawa hampir 250.000 serdadu. Pertempuran yang tidak seimbang itu pada akhirnya memang tidak dimenangkan Leonidas. Tetapi korban dipihak Persia konon mencapai 20.000 orang lebih. Semangat adalah bulldozer yang bisa mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Thursday, December 06, 2007
Tuesday, December 04, 2007
BRAND IS THE NEW WEALTH CREATOR !
Pendatang baru Air Asia ternyata sudah mengantongi nilai merek yang lumayan, sebesar 95 juta dolar Amerika. Bandingkan dengan merek mobil Proton yang bernilai hanya 68 juta dolar Amerika. Merek fashion Padini dan Bonia ternyata cukup berjaya, karena dinilai 61 juta dolar Amerika dan 22 juta dolar Amerika. Melihat dan menyimak peringkat ini, anda pasti juga bertanya-tanya, kalau begitu berapa nilai merek-merek besar di Indonesia, seperti BCA, Aqua, Teh Botol, Telkomsel, Indomie, Gudang Garam, dsbnya.
Apa sih, yang bisa membuat merek produk dan jasa anda melambung nilainya seperti itu ? Jawabnya sederhana, Brand Management yang tertata baik. Secara keseluruhan Brand Management memang proses holistik, yang tidak mungkin dilakukan sepotong-sepotong. Sebuah proses yang harus dilakukan menyatu dalam satu kelengkapan tindakan. Praktis Brand Management bisa dilakukan lewat 3 langkah sederhana, yaitu pertama membentuk Brand Awareness, yang kemudian memotivasi konsumen untuk menjajal produk atau jasa tersebut, sehingga konsumen merasakan sebuah Brand Experience yang sangat berbeda. Lalu konsumen menjadi senang, puas, bahagia dengan produk atau jasa tersebut, yang membuat konsumen tadi berubah menjadi konsumen loyal. Titik terakhir ini disebut Brand Loyalty. (brand awarenessàbrand experienceàbrand loyalty)
Tapi jaman telah berubah sangat cepat. 3 proses sederhana itu kini dianggap tumpul dan tidak mujarab. Misal saja Brand Awareness yang seringkali menuai kritik. Pimpinan perusahaan banyak yang mengeluh dengan sindrom ‘beken tapi ngak laku’. Contoh, klien saya baru saja meluncurkan sebuah produk yang menghabiskan dana puluhan milyar. Mereka juga menggunakan brand consultant ternama. Nama mereknya bagus. Kemasan produk juga mendukung. Iklan agresif jor-jor-an. Ketika melakukan evaluasi dengan Focus Group Discussion, produknya mendapat skor awareness yang tinggi. Tetapi tetap ngak laku.
Ketika tidak laku, barulah saya dipanggil. Selidik punya selidik produk ini ngak laku, karena gagal menciptakan impresi atau kesan yang pas. Istilah populernya ‘pergi tanpa kesan’. Impresi penting sekali. Karena impresi yang pas bisa membuat orang penasaran. Bagi banyak orang Brownies Kukus Amanda, mungkin sama dengan bolu kukus rasa brownies. Tetapi siapa-lah orangnya yang bakal penasaran dengan bolu kukus rasa brownies ? Pemilihan merek Brownies Kukus adalah kecerdasan yang brilyan untuk menciptakan impresi yang membuat orang penasaran. Jadi kalau Brand Awareness tidak lagi mujarab, maka anda butuh Brand Impressions.
Brand Experience juga sudah dianggap lapuk dan ketinggalan jaman. Karena Brand Experience secara fisik mudah ditiru. Kita butuh ajian yang lebih greget. Yaitu Brand Enlightenment. Produk Coca Cola seutuhnya dibangun oleh Brand Experience. Sederhana-nya tiada lagi pengalaman yang lebih nikmat dari pada minum sebotol Coca Cola dingin pada saat haus-hausnya. Bayangkan apa enaknya minum Coca Cola hangat ? Coca Cola menyadari kekuatan ini. Maka dalam 3 dekade terakhir Coca Cola mencoba menggandakan experince ini, dengan menciptakan aneka produk dari yang diet, rasa vanilla, hingga yang diberi vitamin dan tambahan kafein. Hasilnya biasa-biasa saja. Barulah ketika mereka meluncurkan Coca Cola Zero, mereka menemukan produk unggulan, yang konon produk paling sukses mereka selama 22 tahun terkahir. Inilah dimensi baru yang disebut Brand Englightenment. Konsumen selalu merasa bahwa produk Coca Cola sudah sempurna. Tidak perlu ditambah apa-apa lagi. Yang tidak sempurna adalah kalorinya. Dengan Coca Cola Zero, kesempurnaan itu terjawab. Sebuah pencerahan baru.
Titik terakhir, yang dituju banyak praktisi juga bukan lagi Brand Loyalty tetapi Brand Activist. Yaitu anda tidak ingin konsumen sekedar loyal. Anda ingin konsumen menjadi aktivis merek anda yang merekomendasikan dan ikut mempopulerkan merek anda kelingkungan disekitarnya. 3 proses – Brand Impressions àBrand Enlightenment à Brand Activist – adalah formula Brand Management ‘yang gres dan greng’ untuk melambung Brand Value produk dan jasa anda !
Tuesday, November 27, 2007
Monday, November 26, 2007
Intuisi + Interpertasi + Inspirasi + Ideaspotting
Friday, November 23, 2007
Tuesday, November 20, 2007
SURAT DARI KUALA LUMPUR
Menurut Armando, minimal ada 3 permainan utama yang sangat bergantung kepada filosofi tek-tok ini. Tengoknya saja misalnya ping-pong, bilyar, dan permainan karambol. Semuanya berdasarkan filosofi tek-tok. Mulanya saya tertawa ngakak mendengar penjelasan Armando. Tetapi setelah dipikir-pikir, ternyata tek-tok memang penting. Pemasaran juga mirip dengan tek-tok, begitu kilah Armando. Fenomena tek-tok merupakan mekanisme yang menjelaskan metode marketing penasaran.
Pertama, marketing atau pemasaran memang butuh umpan penasaran yang pas. Ibaratnya bola ping-pong yang dipelintir secara khusus dan diumpankan kepihak lawan. Atau tembakan bola bilyar dengan efek atau tarikan khusus. Semuanya agar tek-tok sesuai dengan keinginan kita. Bila tidak - lawan tidak akan membalas dan memberikan reaksi yang pas. Semua upaya kita akan gagal.
Kedua, apabila konsumen atau lawan, membalas dan memberikan reaksi terhadap umpan bola kita, maka permainan menjadi asyik. Karena konsumen berpartisipasi aktif dan agresif. Ini titik kritis dalam pemasaran. Penasaran yang kita umpankan diawal, tidak mati muda. Tapi berkelanjutan menjadi sebuah titik api yang berpotensi meluas dan menyebar. Penasaran bisa berkobar besar menjadi kebakaran. Akibatnya akan tercipta trend. Selanjutnya, konsumen atau lawan akan mengikuti ritme dan irama permainan kita. Bila kita cerdas, konsumen atau lawan menjadi partner yang bisa kita manfaatkan. Misalnya konsumen yang ikut berpartisipasi bercerita atau mempromosikan produk kita. Mirip tugas seorang duta besar.
Dan ketiga tek-tok merupakan cara efektif untuk mempelajari kebiasaan konsumen atau lawan. Belajar dengan cara mendokumentasikan setiap aksi yang kita berikan dan reaksi yang dipantulkan konsumen atau lawan. Dengan cara ini, Armando mengaku kita bisa memetakan pola permainan konsumen atau lawan. Pengamatan Armando memang sederhana tapi pas.
Ketika berangkat ke Kuala Lumpur, di airport Jakarta saya melihat bukti teori tek-tok Armando. Aneh luar biasa banyak penumpang yang berangkat ke Singapura membawa oleh-oleh donat Krispy Kreme. Yaitu toko donat yang berasal dari Winston – Salem, North Carolina di Amerika yang sudah beken sejak tahun 1937. Krispy Kreme menjadi perusahaan publik sejak tahun 2000 dan agresif melakukan ekspansi. Dan cerita mereka mulai tek-tok kemana-mana. Termasuk ke Asia. Di Asia Pacific, sendiri kebetulan Krispy Kreme baru buka cabang di Australia, Hong Kong, Jepang dan di Indonesia. Tak heran apabila orang di Siangapura, yang ngiler akan cerita Krispy Kreme minta oleh-oleh donat ini dari Jakarta.
Tetapi anehnya, saya melihat banyak penumpang yang berangkat ke Kuala Lumpur, justru menenteng donat merek J.CO yang asli ciptaan Indonesia. Kok bisa begitu ? Selidik punya selidik, ternyata orang-orang di Kuala Lumpur sedang tek-tok dengan donat J.CO. Di Mall baru Pavillion di Kuala Lumpur, donat J.CO sudah buka cabang dan konsumen ngantri cukup banyak. Konsumen Kuala Lumpur belum tek-tok dengan Krispy Kreme. Dan juga sebaliknya konsumen Singapura belum tek-tok dengan donat J.CO. Ini memang fenomena unik.
Kalau kita baca diberbagai blog di internet. Donat J.CO dikritik meniru donat Krispy Kreme. Dan memang buka di Jakarta jauh-jauh hari sebelum Krispy Kreme masuk. Pertarungan keduanya di Jakarta sendiri cukup unik. Konsumen terbelah dua. Ada yang suka Krispy Kreme dan ada yang suka J.CO. Gosipnya J.CO akan segera buka di Singapura. Tetapi melihat konsumen yang terbelah dua saat ini, dimana konsumen Singapura minta oleh-oleh Krispy Kreme dan konsumen Kuala Lumpur minta oleh-oleh J.CO donat, merupakan bukti teori tek-tok Armando belum dimanfaatkan dalam persaingan mereka berdua. Adalah sangat menarik, apabila nanti Krispy Kreme dan J.CO telah buka cabang baik di Singapura dan Kuala Lumpur. Kita akan lihat siapa yang bakal jadi pemenang sesungguhnya ? Apakah mereka bisa tetap tek-tok dengan konsumen mereka masing-masing ? Kelanjutan cerita ini bakalan seru dan tegang ! Jadi tunggu saja.
Friday, November 16, 2007
KEDUA SISI
Menjelang akhir dekade 70’an, Lukman mewarisi bisnis orang tuanya. Sebuah toko lumayan rame-nya, yang berjualan barang-barang elektronik. Apa daya tak lama kemudian tokonya terbakar. Ludes semua barang dagangan-nya. Lukman dilanda tragedi. Ia lupa mengasuransikan tokonya. Sehingga usai kebakaran, bisnis Lukman bangkrut total. Tetapi ia tidak berduka sedikitpun. Tragedi itu dijadikan-nya pelajaran. Ia belajar melihat satu sisi dibalik tragedi itu. Konon menurut Lukman, hidup ini selalu memiliki 2 sisi. Kalau kita dihantam di-satu sisi, maka pertolongan dan perlindungan datang dari sisi sebelahnya.
Hal ini benar-benar dijalani Lukman. Seusai tragedi kebakaran itu, Lukman nekat memutuskan menjadi salesman asuransi. Saat itu ia berkelakar, bahwa ia pasti akan sukses. Karena pertama ia adalah contoh kasus yang sejati. Kedua pengalaman yang menyakitkan, bahwa ia lupa membeli asuransi, pasti akan menjadi daya tarik terbaik. Dan hal ini dibuktikan Lukman. Ia benar-benar sukses menjadi Salesman Asuransi. Hanya dalam 5 tahun, ia sudah bisa membeli rumah baru, mobil baru, dan macam-macam lain-nya yang baru. Juga tak lama kemudian, ia menemukan jodohnya. Seorang isteri yang cantik jelita. Pernikahan Lukman, luar biasa sekali. Mewah dan megah. Pokoknya heboh luar biasa. Tak lama kemudian mereka berdua juga dikarunia putera dan puteri. Hidup Lukman sempurna sudah.
Ketika belum lama ini Lukman bertemu dengan saya, ia baru melanjutkan ceritanya. Rupanya ia mengaku menikah dengan wanita yang salah. Isterinya kabur meninggalkan Lukman, demi lelaki lain. Isterinya juga rela meninggalkan putera dan puteri mereka. Mulanya Lukman, terpukul sekali. Hampir-hampir ia mau bunuh diri. Tapi ia ingat strateginya untuk mau melihat kedua sisi. Lukman akhirnya memutar balik hidupnya. Perceraian dengan isterinya, membuat Lukman banyak merenung. Maka uang yang selama ini didapatnya dari pekerjaan salesman asuransi, mulai ia investasikan dengan bijaksana. Secara finansial Lukman semakin berjaya. Akhirnya iapun menikah lagi, selang 2 tahun setelah perceraian-nya.
Ia menuturkan hidupnya yang kembali berbelok dan memutar menuju arah yang lebih baik. Menurut Lukman cara berpikirnya kini lebih panjang dan rinci. Uniknya, ia juga mendapatkan isteri yang jauh lebih muda. Dan Lukman sadar untuk melambatkan kehidupan dirinya. Meluangkan waktu lebih banyak untuk anak-anaknya. Kini Lukman lebih sering pelesir keluar negeri bersama isteri baru dan anak-anaknya. Ia mengaku kualitas hidupnya secara mental, spiritual kini jauh lebih baik.
Lukman memang piawai membalik arah kehidupan-nya. Kuncinya adalah kemampuan-nya untuk memanfaatkan sisi satunya. Ia selalu melihat kedua sisi dengan bijaksana. Dalam bisnis situasinya mirip. Tragedi, malapetaka, dan kegagalan selalu terjadi setiap detik dan setiap saat. Banyak diantara kita yang begitu kena hantaman kegagalan dan malapetaka, seringkali menyerah dan berhenti. Menurut Lukman hidup ini seperti sebuah keping mata uang logam. Selalu ada dua sisi. Kalau sisi yang satu gagal, artinya sisi lain-nya yang berlawanan justru menyimpan rahasia sukses. Jadi kita tinggal mengintip sisi disebelahnya.
Seorang pengusaha pernah bercerita kepada saya, bahwa ia percaya Tuhan menciptakan setiap manusia dengan maksud dan tujuan yang baik. Jadi semestinya tidak ada manusia yang cacat, kurang bermutu, dan tidak sempurna. Ia percaya betul setiap manusia diciptakan Tuhan dengan sempurna. Hanya saja seringkali kita menempatkan seorang pegawai ditempat yang salah. Contoh, ia pernah memiliki seorang pegawai wanita yang cantik sekali. Tetapi menurut para manajer HRD, pegawai wanita ini pengetahuan-nya rendah, kurang cerdas, dan banyak kekurangan-nya. Sang pengusaha cuma tertawa, menurut beliau, kalau kita tertarik dengan kecantikan-nya, maka manfaatkanlah kecantikannya saja. Tidak lebih tidak kurang. Jangan berharap terlampau tinggi. Pegawai seperti ini menurut sang pengusaha cocok untuk dijadikan respsionis. Itu saja. Justru segala kekurang-nya merupakan aset yang unik. Misalnya sikapnya yang rada “pelan dan terlambat” merupakan senjata ampuh, dalam menghadapi tukang tagih, atau orang yang minta sumbangan.
Sang pengusaha bercerita bahwa ayahnya dahulu, ketika masih muda mendapatkan kecelakaan dan kehilangan penglihatan-nya. Ayahnya menjadi buta. Serta merta ayahnya kehilangan pekerjaan-nya. Banyak orang menyarankan ayahnya agar mencari pekerjaan yang sesuai, seperti menjadi terapis pijat. Ayahnya tersinggung dan marah besar. Beliau bertekad membuktikan bahwa kebutaan-nya bukanlah sebuah halangan besar. Kebetulan ayahnya adalah seorang pecinta tanaman bonsai. Tak lama kemudian, ayahnya memanfaatkan kebutaannya untuk mendisplinkan dirinya agar lebih penyabar, dan lebih tekun merawat tanaman bonsai koleksinya. Hasilnya memang luar biasa. Biarpun buta, ayahnya semakin peka, dan bertahan berjam-jam merawat tanaman bonsai. Beberapa tahun kemudian, koleksi tanaman bonsai ayahnya kemudian menjadi sangat terkenal. Dan menjadi sumber penghasilan yang luar biasa. Pelajaran ini yang membuat sang pengusaha, tidak lagi berani menyepelekan siapa saja. Ia belajar menghargai setiap staffnya secara utuh.
Monday, November 12, 2007
CERITA TJE FUK
Minggu lalu dalam sebuah seminar pemasaran, saya kebetulan diberi tugas menjadi Moderator. Salah satu pembicara dalam sesi saya adalah Pranoto Widjojo, pemilik kosmetik Tje Fuk yang fenomenal. Iklan-nya jelek. Tapi produknya laku keras. Mereknya tidak neko-neko, tapi laris manis. Harga produknya tidak juga murah. “Night Cream”nya yang terkenal harganya satu buah 150 ribu. Seorang praktisi periklanan pernah mengkritik iklan Tje Fuk ketika iklan itu ramai ditayangkan MTV Indonesia Music Award dan MTV Indonesia Movie Award 2006. Ia menganggap iklan itu salah sasaran dan salah strategi. Iklannya ambruradul tapi yang dibidik adalah segmen konsumen yang sangat cerdas dan tanggap. Yaitu konsumen MTV.
Nyatanya kosmetik Tje Fuk yang dipasarkan sejak April 2004, hanya dalam tempo 3 tahun, menjadi buah bibir yang menyebar kemana-mana. Bak virus menular yang mewabah. Lalu apa formula keberhasilan-nya ? Ketika saya mewawancarai Pranoto dan diberi kartu nama miliknya. Akhirnya saya sadar bahwa sukses Tje Fuk, sangat sederhana. Pas pada ucapan nenek saya yang sama dengan kutipan Eva Longoria diatas. Menurut Pranoto, merek Tje Fuk diambil dari namanya Tje Fu Ku, yang disingkat. Naluri saya, ini bukan sembarang singkat. Boleh jadi Fuk diambil dari kepercayaan bangsa Chinese tentang 3 dewa – “Fuk Lu Shou”. Yaitu 3 dewa yang melambangkan, kebahagian, umur panjang, dan rejeki yang berlimpah. Kata Fuk dalam bahasa Chinese artinya rejeki, kurnia, dan kebahagian. Tje adalah nama keluarga Pranoto. Jadi Tje Fuk kemungkinan besar, artinya adalah rejeki.kurnia dan kebahagian Pranoto.
Kartu nama Pranoto yang sangat sederhana, menyebutkan bahwa Tje Fuk adalah Face Care Cosmetic. Bukan sesuatu yang lazim. Bukankah biasanya kebanyakan kosmetik menyebut dirinya SKIN CARE COSMETIC ? Secara nyeleneh Pranoto sebenarnya sudah keluar jalur, dan melakukan inovasi tersendiri. Karena menurut beliau, ide membuat kosmetik ini datang dari Ibunya yang senang bersolek. Menurut Pranoto, konsumen lebih mementingkan muka daripada kecantikan kulitnya. Itu sebabnya ia menganut komunikasi ‘tembak langsung’. Tidak belok-belok dan mutar-mutar. Di kartu nama Pranoto, jabatannya juga unik. Bukan CEO dan bukan pula direktur. Melainkan ‘Market Research & Development Manager’. Sebuah refleksi kesederhaan yang khas seorang entrepener sejati. Di balik itu tersembunyi sebuah filosofi yang sangat mendasar. Menurut Pranoto, yang paling penting adalah produknya. Itu intinya. Dan itu pula yang menjadi tekad dan ambisinya. Yaitu membuat kosmetik yang mujarab. Jadi jangan heran dengan jabatannya. Karena hal terpenting bagi Pranoto adalah kemampuan dirinya untuk membuat kosmetik bermutu yang benar-benar bermanfaat bagi konsumen. Pranoto benar-benar memberdayakan ucapan nenek dan Eva Longoria. Kompetensi Produk dan Pembuatnya sekaligus !
Ketika saya menyindir soal iklan-nya yang “tidak apik”, ia cuma ketawa. Ia mengaku bahwa semuanya itu adalah proses pembelajaran semata. Secara berseloroh, ia berkata bahwa untung saja kosmetiknya laku. Kalau tidak pasti ia akan bangkrut, karena sudah mengeluarkan biaya iklan sebanyak itu. Saya juga ikut tertawa menikmati selera humornya, dan gaya hidupnya yang serba gampang. Menurut Pranoto, keberhasilan produknya tidak semata dari iklan-nya saja. Tetapi menurutnya datang dari kejujuran. Contoh, ia menggunakan model iklan yang semuanya menggunakan kosmetiknya. Sehingga konsumen bisa langsung melihat hasilnya. Kejujuran yang sama membuat konsumen yang puas dengan hasilnya, justru ikut menyebarkannya dari mulut kemulut.
Pernah sekali, seorang ahli komunikasi memberikan saya sebuah wejangan yang unik. Katanya hanya ada dua iklan yang akan menarik perhatian. Iklan yang sangat bagus dan iklan yang sangat jelek. Membuat iklan yang sangat bagus susah sekali. Disamping biayanya mahal sekali, pesaingnya juga sudah terlampau banyak. Gagal membuat iklan bagus, akhirnya iklan anda akan menjadi iklan rata-rata. Orang dan konsumen akan kesusahan mengingat iklan anda. Sebaliknya karena tidak ada orang mau membuat iklan jelek, kalau ada iklan jelek muncul, ajaibnya justru iklan jelek itu yang akan di-ingat konsumen dan dibicarakan konsumen. Inilah efek penasaran yang menggelitik itu ! Ulah Pranoto, yang tidak sengaja membuat iklan “kurang apik”, justru menjadi berkah, bahwa iklannya dibicarakan dan diperdebatkan orang. Tetapi kejujuran dan kompetensinya membuat kosmetik yang sangat apik yang akhirnya mengubah persepsi orang terhadap “Tje Fuk”. Ketika konsumen sudah mencoba, dan melihat hasilnya, lalu menceritakannya kepada orang lain. Maka hal inilah yang akhirnya menjadi virus dan menular, secara persuasif mengubah pendirian konsumen.
Diakhir seminar, saya bertanya kepada Pranoto tentang apa gebrakan berikutnya. Lagi-lagi ia cuma tertawa. Karena menurut cerita Pranoto, ini baru langkah awal. Gebrakan selanjutnya sudah ada segudang. Jadi kita tunggu saja cerita berikutnya.
Thursday, November 08, 2007
Monday, November 05, 2007
SURAT DARI NEW YORK
Bertiga kami ngobrol dan bergosip ria, kekanan dan kekiri. Termasuk juga masalah perkembangan ekonomi di Indonesia. Ketika asyik berdiskusi, tiba-tiba ahli fengshui ikut nimbrung. Beliau memberikan sebuah perspektif unik. Konon menurut beliau sumber kekuatan Asia, datang dari 2 perlambang. Yaitu naga dan macan. Naga adalah Cina dan macan adalah India. Ini adalah 2 gerbang utama. Selama ini bertahun-tahun kedua pintu ini selalu tertutup. Pintu pertama, Cina atau sang Naga mulai terbuka secara perlahan-lahan. Dan hasilnya memang dahsyat luar biasa. Satu dekade terakhir ini, kita bersama-sama merasakan betapa Cina mulai mempengaruhi dominasi ekonomi dunia. India juga mulai membuka diri secara perlahan-lahan. Dalam waktu tidak lama lagi India dengan penduduknya 1 milyar lebih, juga akan menciptakan pengaruh dominasi yang tidak kalah dahsyatnya. Jadi bayangkan saja oleh anda apabila kedua gerbang Asia itu sudah terbuka lebar, dan kedua kekuataan itu bersaing dan atau menyatu.
Disamping 2 gerbang utama itu, Asia dipengaruhi oleh 2 mahluk mitologi yang lain. Disebelah kanan, Jepang, Korea dan Taiwan menurut ahli fengshui tadi disimbolkan dengan mahluk mitologi lain yaitu KIRIN. Konon menurut kepercayaan di ASIA, KIRIN melambangkan “kedamaian dan kemakmuran”. Dan kalau kita perhatikan secara seksama, ketiga negara ini, biarpun kecil luas negaranya, tetapi berhasil menjadi perlambang kekuatan manufaktur Asia, dari kapal, mobil, produk elektronik, komputer hingga robot. Ketiganya memang seringkali dianggap pasar yang lebih matang, dengan kekuataan ekonomi yang cukup raksasa. Di Jepang sendiri, KIRIN begitu populernya hingga menjadi merek bir yang terkenal.
Lalu bagaimana nasib ASEAN, yang terdiri dari 10 negara, dengan total penduduk diatas 500 juta, dan GDP diatas $ 700 milyar dan lintas perdagangan diatas $ 850 milyar. Percaya atau tidak menurut sang ahli fengshui, ASEAN memiliki perlambang mahluk mitologi “Phoenix” atau burung Hong. Konon menurut dongeng ini adalah burung yang abadi. Artinya mampu melakukan regenerasi sendiri. Di Asia, “Phoenix” dipercaya merupakan pertemuan antara yin dan yang – antara positif dan negatif. Juga “Phoenix” adalah perlambang rahmat kurnia dan kebaikan. Uniknya setiap kali terjadi peperangan, kemelut dan kekisruhan “Phoenix” akan menghilang, dan baru akan muncul ketika situasi kembali damai. Menurut sang ahli fengshui, ASEAN adalah faktor terpenting yang memberi energi dinamisme dan stabilisator terhadap seluruh kawasan ASIA.
Dengan pengertian 4 mahluk mitologi, naga, macan, kirin dan ‘phoenix’, saya merasa bertambah kaya dengan sebuah perspektif spiritual yang baru. Sang ahli fengshui juga melanjutkan, bahwa dalam bertempur di medan laga pemasaran, kita harus juga mahir menggunakan lima elemen atau ‘wu xing’, yaitu bumi, metal, kayu, air dan api. Bumi adalah pasar tempat dimana kita bertempur. Ada 2 asumsi pemasaran yang umum. Satu adalah pasar yang sangat jenuh dengan terlampau banyak pemain. Pasar dengan karakter ini biasanya sukar ditembus. Sebaliknya pasar yang perawan tanpa pemain sama sekali.
Pasar jenuh bisa di-ibaratkan dengan hutan lebat yang penuh pohon-pohon raksasa ( kayu + bumi ). Pasar yang perawan bisa diibaratkan lahan tandus, tetapi didalamnya kemungkinan dipenuhi dengan kekayaan tambang ( metal + bumi). Keduanya bisa kita masuki dan kita taklukan asalkan kita tau menggunakan energi yang pas. Pasar jenuh harus kita taklukan dengan elemen api. Ibaratnya membumi hanguskan para kompetitor. Ketika iPhone masuk pasar, mereka tidak merasa bahwa pasarnya jenuh, malah sebaliknya. Pasar sudah ranum dan siap dipanen. Tak heran apabila dalam waktu singkat iPhone terjual 1.4 juta unit. Kuncinya inovasi teknologi. Sebaliknya pasar perawan harus kita banjiri dengan air, sehingga menimbulkan erosi yang mencuci habis semua debu dan hanya meninggalkan metal yang berharga. Strateginya mirip Starbucks membanjiri dunia. Hanya dalam 20 tahun, Howard Schultz melakukan ekspansi budaya ngopi keseluruh dunia. Februari 2007, outlet Starbucks diseluruh dunia telah mencapai 13.000 lebih. Ketika kami dipanggil ‘boarding’ pesawat, kami melewati sepasang kakek nenek yang sedang asyik ‘nyeruput’ kopi panas. Dan sayapun merasakan kekuatan spiritual fengshui menyelimuti diri saya. Total dan komplit.
Monday, October 29, 2007
Sunday, October 28, 2007
SURAT DARI CHICAGO
Itu sebabnya setiap kali saya berkunjung ke Chicago, saya selalu siap mantel yang tebal. Hari Sabtu lalu, ketika melintas North Michigan Avenue, daerah “shopping” di Chicago, dibawah terpaan angin musim rontok yang cukup dingin, teman saya mengajak saya mampir ke Water Tower Place. Ditempat ini katanya ada makanan yang lagi ngetop di Chicago. Benar saja, ketika kami sampai di lobby, tampak sejumlah orang sedang ngantri. Cukup panjang antrian-nya. Dan semuanya terlihat antusias. Ketika saya tahu apa, mereka antri apa, saya hampir saja tertawa keras-keras. Rupanya mereka sedang antri membeli ”ba-pao”. Makanan yang biasa dan sudah dianggap kuno di Indonesia pada umumnya.
Tapi rupanya buat Chicago ini barang baru. Dan memang cerdik banget. Buat Chicago yang dingin, makanan apa yang paling sedap kalau tidak, ”ba-pao” panas yang sedang ngepul-ngepul. Sebagai praktisi pemasaran, saya tentunya tertarik dengan cara-cara mereka memperkenalkan dan memasarkan ”ba-pao” hingga bisa orang antri sepanjang itu. Konon menurut sejarah, ”ba-pao” ditemukan di Cina kira-kira 500-600 tahun yang lalu. Sebagai bagian dari perayaan tahun baru. Saat itu ”ba-pao” dibuat mirip buah persik, yang melambangkan keberuntungan, dan umur panjang. Sejak itu ”ba-pao” terus menjadi sangat populer, baik yang didalamnya ada isi, maupun yang kosong sebagai pengganti mie dan nasi.
Nah, ”ba-pao” ala Chicago ini merupakan kreasi 5 orang, Richard Melman, Kevin Brown, Art Mendoza yang memiliki sejumlah restoran di Chicago dengan 2 ahli kuliner Asia, Bruce Cost dan Marc Bernard. Untuk memperkenalkan ”ba-pao” mereka menggunakan teknik persuasif yang terencana baik. Persuasif dapat didefenisikan sebagai bujukan yang mampu mengubah prilaku konsumen. Teknik ini umum sekali diajarkan disebuah kursus Salesman.
Yang pertama adalah membuat konsumen penasaran, untuk membuat perhatian konsumen terfokus kepada kita. Itu sebabnya mereka memilih nama merek yang unik. Jaman sekarang, adalah jaman merek internet, seperti google, blogspot, dan yahoo. Maka outlet ”ba-pao” mereka dinamakan ’WOW BAO’. Trendy dan moderen. Dekor toko dibuat merah menyolok untuk membuat konsumen merasakan keaslian atau rasa otentik dari Asia. Sebagai atraksi utama diperlihatkan 4 dandang kukus yang bertumpuk tiga lapis, dengan uap yang mengepul-ngepul panas. Sehingga konsumen lewat yang kedinginan baru saja ditiup angin bisa merasakan impresi kehangatan. Kombinasi inilah yang membuat orang berhenti dan penasaran.
Setelah penasaran, kita secara persuasif harus bisa membuat mereka membeli. Di Jakarta ”ba-pao” cuma ada 2 rasa, yaitu ayam dan kacang hitam. Dari dulu cuma 2 rasa itu. Tidak ada satu-pun yang mencoba membuat inovasi. Lain dengan ‘WOW BAO’ mereka menyediakan 6 rasa yang berbeda. Inspirasinya datang dari makanan Asia yang paling populer dengan konsumen Amerika. Pertama adalah Kung Pao Chicken dan Spicy Mongolian Beef. Dua menu populer yang sering kita temukan di restoran Cina diseluruh Amerika. Lalu ada juga Chicken Teriyaki, menu populer di restoran Jepang. Dan karena masakan Thai juga sedang naik daun, maka mereka menyediakan menu Thai Curry Chicken. Sebagai pelengkap disediakan satu menu sayuran untuk yang vegetarian dan menu klasik BBQ Pork. Sehingga boleh dikata pasti ada satu rasa yang anda sukai.
Dan langkah terakhir dari teknik persuasif adalah membuat konsumen puas, ketagihan dan membeli lagi. Saya sendiri membeli 3 buah yang harganya cukup murah untuk ukuran Amerika, $1.34 /buah. Jadi 5 dolar dapat 3 ’WOW BAO’. Ukurannya tidak sebesar ”ba-pao” di Jakarta. Cukup sedang saja. Tetapi setelah makan 3 buah saya merasa kenyang dan tidak lapar hingga makan malam. Rasanya enak, hangat dan gurih. Saya betul-betul puas. Besok paginya saya kembali lagi, dan menjadikan ’WOW BAO’ sebagai sarapan pagi bersama kopi Starbucks. Nikmat luar biasa ! Itulah tekhnik persuasif yang terdiri 3 langkah sederhana. Filsuf Aesop bertutur, ”Persuasif seringkali lebih efektif dari kekerasan”.
Friday, October 26, 2007
Monday, October 22, 2007
SURAT DARI PARIS
Napoleon masuk akademi milter – Ecole Militaire, ketika ia masih berusia 15 tahun pada tahun 1784. Napoeleon muda ikut merasakan sengsara rakyat dibawah pemerintahan Louis ke XVI, dan jiwa mudanya berontak. Pada tahun 1799, disaat masih berumur muda sekali, 30 tahun – Napoleon sudah melancarkan kudeta. Kota Paris yang babak belur selama 10 tahun akibat anarki dan pemberontakan revolusi, akan dibangun kembali oleh Napoleon menjadi tempat terindah di muka bumi. Begitu sumpah Napoleon.
Usai kudeta itu, 5 tahun kemudian Napoleon menobatkan dirinya sebagai kaisar Napoleon I di tahun 1804. Maka dimulailah upaya mewujudkan cita-cita Napoleon. Sayangnya cita-cita itu mulai bergeser. Paris yang semrawut dirubah oleh Napoleon untuk menjadi kota perlambang kemenangan. Itu sebabnya Napoleon menciptakan sumbu simitris kota yang membelah kota menjadi dua, Utara dan Selatan. Sumbu ini membentang dari Barat ke Timur. Dari Tuileries hingga ke Champs Elysees. Idenya adalah setiap orang bisa masuk ke Paris di-iringi fajar atau matahari terbenam. Sehingga merasakan keangunan yang spektakuler. Saat itu untuk sumbu ditengah antara Utara dan Selatan, belum ada jalan yang memadai. Napoleon lalu menciptakan sumbu ditengah yaitu jalan raya yang diberinya nama The Rue de Rivoli, sesuai dengan daerah taklukan Napoleon tahun 1797 di Italia, yaitu Rivoli.
Sayangnya cita-cita Napoleon membangun kota Paris tidak sepenuhnya terwujud dengan semangat idealisme yang sama. Kebanyakan arsitektur Paris selanjutnya, lebih banyak didirikan sebagai tugu dan peringatan kemenangan Napoleon saja. Misalnya saja The Vendome Column, yang didirikan berdasarkan inspirasi the Column of Troy, dimana tugu setinggi 148 kaki atau hampir 50 meter, ditegakan dengan patung Napoleon dipuncaknya berpakaian ala kaisar Romawi. Tugu setinggi ini terdiri atas batu keras dan dibalut oleh tembaga yang berasal dari 250 meriam Rusia dan Austria.
Disamping The Vendome Column, Kaisar Napoleon I juga membangun sejumlah tugu dan monumen spektakuler lain-nya. Diantaranya The Carrousel Arch of Triumph, yang didirikan Napoleon I sebagai gerbang menuju Tuileries dan juga sebagai tugu kemenangan beliau atas Marengo. Walaupun demekian usaha dan upaya Napoleon I perlu juga kita hargai, karena keindahan dan keagungan kota Paris saat itu, sedikit banyak berkat visi dan inspirasi Napoleon I. Hanya saja, upaya propaganda Napoleon I untuk menciptakan kultus individu dirinya bukanlah contoh yang baik.
Ketika saya dan Mpu Peniti berdiskusi tentang arsitektur Paris dan Napoleon I, diskusi kami akhirnya menyerempet kepada fenomena baru yang sedang melanda Indonesia saat ini. Yaitu soal potret diri. Kalau anda perhatikan kemana saja anda pergi, selalu ada spanduk bertebaran di jalan dengan potret seseorang atau pejabat yang cukup besar atau menyolok. Contoh, saja ketika Lebaran kemaren, banyak spanduk yang mengucapkan Selamat Lebaran, tetapi disertai dengan gambar foto seseorang. Seperti kampanye terselubung. Cucu Mpu Peniti saja nyeletuk iseng , “Kakek, mereka itu mau ngucapin Selamat Lebaran atau kampanye ?” Terasa banget bahwa ucapan Selamat Lebaran-nya menjadi tidak tulus. Saya dan Mpu Peniti tertawa-tawa saja.
Fenomena ini celakanya sudah semakin parah. Karena bukan saja dikota-kota besar kita melihat fenomena ini, tetapi juga sudah masuk ke kampung dan kedesa. Pernah saya menyaksikan sebuah baliho besar di sebuah kampus, isinya tentang turnamen olah-raga dikampus itu. Tetapi lebih dari setengah baliho itu isinya adalah foto dari sang rektor. Lha, apa hubungan dan relevansi-nya ? Sebuah spanduk juga saya temui disebuah sekolah negeri. Isinya tentang penerimaan murid baru. Yang bikin saya kaget spanduk itu dilengkapi dengan foto sang kepala sekolah. Fenomena ini jelas telah merasuk semua tatanan kepemimpinan kita, bukan saja pejabat, dan ketua partai yang melakukan-nya. Celakanya sudah amblas, hingga ketitik bawah, dan di-ikuti bupati, camat, kepala desa, rektor hingga kepala sekolah.
Menurut Mpu Peniti, ini bukti jelas bahwa pemimpin kita juga mengalami krisis kepercayaan diri. Banyak diantara mereka yang kurang PD. Kalau mereka jualan ayam goreng, atau soto, rasanya memang perlu memasang potret mereka sebesar-besarnya di atribut promosi seperti spanduk dan baliho. Bukankah seorang pemimpin tidak semestinya populer lewat sebuah potret, melainkan populer lewat prilaku dan kepribadian-nya ? Yang meresap dan kemudian menjadi suri tauladan yang di hormati dan diikuti oleh para pengikutnya.
Wednesday, October 17, 2007
Thursday, October 11, 2007
JANGAN TAKUT !
Hampir tiap 2 tahun, saya selalu ikut pertemuan para ahli pemasaran komoditi pertanian. Biasanya kami membahas sejumlah permasalahan dan perkembangan konsumen secara global. Pertemuan ini di-ikuti oleh lebih dari perwakilan di 20 negara, mulai dari Eropa, Asia, hingga Timur Tengah. Selesai pertemuan di Portland selama 2 hari, kami dibawa keliling menyusuri wilayah pertanian sepanjang wilayah Northwest Pacific yang membentang dari Portland, Washington hingga California. Salah satu malam, kami berkesempatan makan malam disebuah café kecil, ditepi sungai Hood yang terkenal. Kebetulan bulan purnama sangat cemerlang. Dari café kami bisa melihat silhuet tepian sungai Hood yang membentang sangat indah, disiram oleh cahaya bulan.
Sehabis makan malam, diskusi dan percakapan semakin seru. Beberapa diantara kami mulai bertukar kisah hidup. Louis Moreno, teman kami dari Mexico akhirnya mendongeng. Alkisah seekor musang sedang mengejar seekor ayam. Tentu saja sang ayam lari terbirit-birit saking takutnya. Dalam kejar-kejaran yang serba seru itu, akhirnya ayam minta perlindungan kepada sapi. Maka ayampun berlindung dibawah sapi. Malang nasib sang ayam, saat bersembunyi seluruh badan-nya akhirnya kena ditutupi oleh kotoran sapi. Apa boleh buat, biarpun nasibnya jelek banget, ayam terpaksa bersembunyi dengan berselimut kotoran sapi. Yang penting aman. Tak lama kemudian, musang yang penciuman-nya sangat tajam, akhirnya bisa mengikuti jejak sang ayam dan mendekati sang sapi. Tapi sang ayam tidak kelihatan batang hidungnya. Sementara itu sang ayam sudah mengigil ketakutan.
Karena sang musang tidak mau pergi, akhirnya sang ayam tidak sabar, dan melakukan kesalahan. Sang ayam membuat suara orang mengusir : ‘hussss……hussss….hussssss’ Suara itu mengusik sang musang, setelah diperhatikan betul, akhirnya sang musang tau bahwa sang ayam bersembunyi dibawah tumpukan kotoran sapi. Akhirnya musang menarik sang ayam dari tempat persembunyian-nya. Dan berakhirlah hidup sang ayam tadi. Mendengar cerita yang tragis itu, banyak diantara kami yang tertawa terkekeh-kekeh. Tapi Louis Moreno bercerita dengan seriusnya.
Louis bertutur, bahwa cerita ini, selalu menjadi modalnya dalam menghadapi setiap kesulitan hidup yang datang menerpa kehidupan-nya. Karena dalam dongeng itu tersembunyi 3 strategi hidup yang sering dimanfaatkan Louis. Strategi pertama, sangat sulit untuk mendapatkan pertolongan yang sesungguhnya. Louis mengalami, seringkali orang yang menolong anda, tidak sepenuh hati dan dengan tulusnya menolong anda. Seperti perlakuan sang sapi terhadap sang ayam. Biarpun begitu, menurut Louis, ada baiknya anda memanfaatkan setiap pertolongan, kesempatan, dan celah yang ada. Biarpun nasib anda harus seperti ayam yang bersembunyi dibalik kotoran sapi. Yang penting selamat ! Begitu tutur Louis.
Yang kedua, kalau anda sedang susah, menderita, bermandi lumpur dan kotoran, sebaiknya anda low profile saja. Jangan berisik dan ribut-ribut. Karena akan membuat anda menjadi fokus perhatian. Anda mudah menjadi target bagi musuh anda. Dan yang ketiga atau yang terakhir, siapapun yang memberikan uluran tangan, dan menawarkan pertolongan, seperti sang musang yang menarik sang ayam dari kubangan kotoran, seringkali bukanlah juru selamat yang sesungguhnya. Hidup mesti hati-hati, begitu pesan Louis.
Mendengar cerita dan penuturan Louis, perdebatan kami menjadi semakin seru. Karena para rekan-rekan mulai bercerita tentang kesulitan hidup mereka masing-masing. Yang uniknya, hampir semua cerita selalu bersinggungan dengan sebagian dari cerita Louis. Jadi memang situasi sesungguhnya dari hidup ini, tidak jauh dari cerita Louis. Saat cerita mulai reda, dan kami masing-masing menikmati espresso dan teh, akhirnya Louis menutup seluruh diskusi dan perdebatan kami. Louis menambahkan bahwa dalam hidup ini, barangkali jangan pernah kita mau menjadi ayam yang selalu dikejar musang. Kalau posisi ini yang kita ambil, maka setiap kali kita menghadapi kesulitan hidup kita harus kabur dan bersembunyi. Bagaimana kalau posisi-nya kita balik ? Kita yang menjadi musang, dan kita yang balik mengejar. Sambil tertawa berderai-derai, kami mengakhiri diskusi dan perdebatan malam itu, dengan satu konsensus, bahwa kami semuanya ingin jadi musang dalam hidup ini.
Dalam perjalanan pulang, saya merenung ulang cerita Louis. Menjadi musang memang tidaklah mudah. Hidup kita dikelilingi sejumlah rasa takut, dan rasa tidak aman. Terkadang rasa takut itu saking lamanya berteman dengan kita, akhirnya rasa takut itu terasa lebih nyaman. Seorang teman, percaya atau tidak, menamakan perusahaan miliknya, dengan nama DEG-DEG-AN. Ia tertawa saja, ketika saya konfrontir. Habis menurut beliau, sepanjang hidupnya selalu deg-deg-an. Dan itu juga yang menjadi motivator hidupnya selama ini. Menabung, karena takut. Membeli asuransi karena takut. Punya satpam juga karena takut. Pokoknya serba takut dan deg-deg-an. Tapi kalau anda ingin betul merubah nasib anda saat ini. Maka apapun perhitungan-nya. Anda harus berani berubah. Membalik situasi bila perlu. Berani menghadapi segala masalah dan tantangan . Berhenti untuk lari dan bersembunyi. Jangan lagi mau menjadi ayam. Jangan lagi mau menjadi korban !
Wednesday, October 10, 2007
Monday, October 08, 2007
THE POWER OF "THANK YOU"
Ketika kecil, saya sering rewel kalau makan. Selalu saja, merasa kalau lauknya kurang. Atau masakan Ibu terasa tidak enak. Kurang ini dan kurang itu. Pokoknya tidak pernah puas. Pengen jajan tambahan. Ibu saya sering marah dengan ulah saya ini. Beliau selalu mengingatkan saya betapa beruntungnya saya, karena masih bisa cukup makan. Padahal disaat yang sama, banyak orang yang justru kelaparan ditempat yang lain. Ibu mengajarkan saya untuk selalu bersyukur dan berterima kasih. Menurut Ibu, kalau kita bandingkan nasib kita dengan orang yang lebih kaya dan lebih beruntung, mungkin kita akan iri dan cemburu. Tetapi kalau kita terbalik membandingkan-nya dengan orang yang nasibnya jauh lebih miskin, maka akan terasa betapa beruntungnya kita ini. Nasehat hidup ini mulanya saya telan begitu saja. Tidak saya rasakan keampuhan-nya.
Pertama kali saya berkenalan dengan Mpu Peniti, disaat saya mengalami krisis hidup yang luar biasa. Saat itulah saya berterima kasih bisa bertemu dengan beliau. Mpu Peniti menyela :”Lha, kamu ndak pernah toh, merasa bersyukur dengan hidup kamu selama ini ?” Saya malu, dan hanya menggeleng. Lalu Mpu Peniti menuturkan sebuah lawakan Warkop jaman dulu. Tentang orang yang selalu merasa beruntung. Konon menurut lawakan Warkop, kalaupun sudah kecelakaan dan patah kakinya, orang masih juga merasa beruntung, “Untung, cuma patah kakinya !
Mpu Peniti lalu mengajarkan kepada saya, bahwa berkat dan karunia Allah, bagaikan udara disekeliling kita. Diberikan gratis kepada semua orang. Semua orang punya kesempatan yang sama. Tinggal tiap orang mau tidak berusaha menikmatinya.
Mike Robbins, bekas pitcher dari team softball Kansas City Royals, yang kini menjadi penulis buku dan motivator, menulis sebuah buku kecil yang unik. Judulnya “Focus on the good stuff – Appreciation” Menurut Mike, kita hidup dengan budaya yang terobsesi dengan hal-hal yang negatif. Tengok saja berita di media. Semuanya berfokus pada hal-hal yang negatif, seperti peperangan, bencana alam, kecelakaan, skandal dan banyak lagi. Infotainment kita juga isinya melulu tentang skandal, perselingkuhan dan perceraian. Ngobrol dengan teman-teman-pun, kita bicara gossip dan aib orang lain. Karena kita terbiasa memiliki obsesi dengan hal-hal yang negatif. Akibatnya sekeliling kita dipenuhi dengan aura dan enerji negatif. Tanpa kita sadari, kita justru menikmati dan menghargai yang negatif saja. Saya ajak anda bereksperimen ! Mulai hari ini, kita membalik fokus hidup kita. Titik fokus hidup kita arahkan hanya pada yang positif saja. Saya jamin hidup anda akan segera berubah !
Deborah Norville, bekas penyiar NBC yang sangat beken, juga meluncurkan buku yang mirip. Judulnya “The Power of Thank You”. Didalam buku ini dikatakan bahwa bersyukur, dan berterima kasih telah menjadi sebuah ilmu tersendiri untuk menyiasati hidup. Malah buku ini juga mengutip berbagai riset yang dilakukan oleh berbagai universitas terkenal seperti Universitas Cornell, Universitas Michigan dan Universitas California-Davis, yang telah melakukan berbagai riset tentang bersyukur dan berterima kasih.
Riset menyimpulkan bahwa orang-orang yang terbiasa bersyukur dan berterima kasih, umumnya lebih mudah bangkit dari segala macam kegagalan. Mereka juga terbukti mengatasi stress lebih baik. Dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Banyak orang terheran-heran, mendengar saya sering dan mudah tertawa di acara radio saya di Trijaya setiap Rabu sore. Sebagian menuduh saya cuma berpura-pura tertawa. Sisanya bertanya apa resepnya. Sejujur-jujurnya, sejak belajar dari Mpu Peniti tentang sikap bersyukur dan berterima kasih, percaya atau tidak, hidup saya terasa sangat “plong”. Saya merasa lebih rileks dan benar-benar bisa menikmati hidup. Tidur lebih nyenyak. Dan lebih mudah tertawa. Di saat Idul Fitri tinggal beberapa hari lagi, saya bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, atas hidup yang luar biasa ini. Semoga anda semua juga diberkahi rahmat, karunia dan nikmat yang berlimpah. Mohon maaf lahir batin.
Monday, October 01, 2007
SURAT DARI SEATTLE
Bono dan Bobby Shriver sendiri, kemudian menjadi Brand Activist, yang mempromosikan merek ini secara global. Hal inilah yang juga menjadi daya tarik baik bagi konsumen dan produsen. Saat ini, sejumlah perusahaan seperti Motorola, American Express, Emporio Armani, Converse, GAP, dan Apple membuat produk khusus dengan merek (RED). Jadi lain kali kalau anda belanja ke salah satu toko dengan merek itu, perhatikan baik-baik produk khusus dengan label (RED). Karena disamping anda bisa membeli produk khusus, anda bisa ikut berbuat amal untuk pemberantasan penyakit HIV di Afrika.
Berlainan dengan konser Live Aid, yang diproklamasikan oleh Bob Geldof dan Midge Ure, pada tanggal 13 Juli 1985, yang dipancarkan ke 150 negara dan ditonton oleh lebih dari semilyar pemirsa diseluruh dunia, yang merupakan pengumpulan dana global sekali secara masif. Maka merek (RED) adalah sebuah upaya pemasaran global yang sifatnya bisa berkesinambungan lewat pemberdayaan konsumen. Atau ”empowering global consumer” untuk membuat pilihan yang lebih bijak dan bertanggung jawab. Dalam manifesto (RED) yang bisa anda lihat di www.joinred.com, disebutkan bahwa (RED) bukanlah sebuah gerakan amal, melainkan sebuah model bisnis yang kreatif. Dan seandainya gerakan ini diadopsi oleh konsumen diseluruh dunia, dan konsumen lebih menyukai produk yang berlabel (RED), maka akan lebih banyak produsen yang ikut tergerak dan akhirnya juga ikut membuat produk dengan label (RED). Ini ide brilyan, yang sangat bergantung sekali terhadap peran Bono sebagai ”brand activist” atau duta besar dari merek (RED).
Majalah Vanity Fair, misalnya ikut tergerak membuat propaganda gede, dengan mengeluarkan edisi khusus bulan Juli 2007, dengan 20 cover yang berbeda. Ke 20 selebriti yang tampil adalah tokoh-tokoh yang peduli dengan nasib Afrika diseluruh dunia. Dengan Bono bertindak sebagai brand activist, rasanya akan sangat unik melihat perkembangan merek (RED) di masa-masa mendatang.
Di Inggris, retailer beken Marks & Spencers juga meluncurkan ”Plan A – Food Miles”. Sebuah issue yang menarik sekali, dan menjadi diskusi hangat yang saya ikuti baru-baru ini di USA Pears Global Convention 2007, di Portland. Seperti kita ketahui, bahwa dunia kita, sedang mengalami perubahan luar biasa. Polusi yang berlebihan dan tidak terkontrol dari industri, kendaraan dan rumah kita, telah menciptakan sejumlah fenomena penyakit “global warming”, yang sangat mempengaruhi iklim kita. Akibatnya cuaca dunia menjadi sinting tidak keruan. Gempa bumi, musim yang bergeser, munculnya taifun yang sangat banyak, dan banjir dimana-mana. Hal ini membutuhkan kesadaran kita untuk mengubah prilaku enerji kita.
Prilaku enerji kita saat ini, dihitung dengan “carbon footprint”, yaitu jejak polusi karbon yang kita tinggalkan karena satu perbuatan dan prilaku. Marks & Spencers, berdalih bahwa produk-produk makanan yang ditansportasikan terlalu jauh, akan meninggalkan “carbon footprint” yang berlebihan. Itu sebabnya setiap produk makanan harus mempunyai ukuran “food miles”. Yaitu berapa jauh makanan itu telah ditansportasikan ketempat anda membeli. Tujuannya membiasakan konsumen untuk membeli makanan dengan ”food miles” terendah. Agar menghemat enerji dan mengurangi ”carbon footprint”.
(RED) dan ”Food Miles” adalah 2 contoh tentang pemberdayaan konsumen untuk menentukan pilihan konsumsinya agar lebih bijak dan bertanggung jawab. Dimasa mendatang pemberdayaan konsumen seperti ini jelas akan semakin banyak. Konsumen tidak lagi menjadi pihak yang pasif dan hanya meng-konsumsi. Konsumen akan bergerak fungsi dan pengaruhnya menjadi stakeholder yang secara agresif akan mentukan pola dan prilaku konsumsi kita dimasa mendatang. Konsumen secara umum akan menjadi ”global citizen” yang lebih bertanggung jawab terhadap pilihan konsumsinya.
Monday, September 24, 2007
SURAT DARI SAN FRANCISCO
Setelah 10 tahun berlalu, saya kini menjadi ahli kopi. Saya bisa memesan kopi dengan mata tertutup. Saya hafal betul semua istilah yang diciptakan Starbucks. Begitulah persepsi saya, awalnya. Namun minggu ini San Francisco, saya diajak teman ngopi disebuah kedai kopi yang cukup esklusif. Ketika saya selesai menentukan pilihan kopi saya, sang pelayan masih bertanya :”medium roast ? - dark roast ?” Ini adalah pertanyaan yang menentukan biji kopi pilihan saya. Mau yang dipanggang medium atau sedikit lebih hangus atau ”dark roast” ? Mau tidak mau, akhirnya saya tertawa juga. Memesan secangkir kopi saja repotnya setengah mati.
Inilah realitanya. Dunia kita terus berubah. Pemasar terus menerus terobsesi mencari perbedaan yang mampu menciptakan daya saing, yang membuat konsumen penasaran dan menoleh. Inilah jaman ”Hyper Differentiation”. Begitu istilah Eric K. Clemons, pemilik dari firma konsultan Novantas. Menurut Eric, perusahaan besar biasanya memiliki kemampuan untuk menciptakan sebuah program yang berorientasi ”push campaigns”. Perusahaan besar biasanya mampu mendorong dan memaksakan sebuah trend kepasar. Dengan iklan dan promosi berskala besar, akhirnya sebuah trend tercipta dan teradopsi oleh konsumen. Perusahaan kecil sebaliknya, karena tidak memiliki biaya iklan atau promosi besar, terpakasa harus menggunakan strategi yang terbalik. Yaitu ”pull campaigns”. Perusahaan kecil seringkali harus mengambil jalan terbalik, menciptakan ”counter trends”. Maka akhirnya terciptalah ”extreme differentiations” atau ”hyper differentiations”.
Dalam persaingan kedai kopi, perusahaan-perusahaan besar membeli kopi dari seluruh dunia. Mencari kualitas-kualitas kopi terbaik, dari wilayah-wilayah tertentu dan mencampurnya dengan satu atau dua jenis kopi lain, untuk menciptakan campuran terbaik. Seni mencampur ini disebut ”blending”. Perusahaan Starbucks, misalnya memiliki kopi yang disebut ”Anniversarry Blend”. Kopi campuran ini diciptakan Starbucks tahun 1996, ketika berulang tahun ke 25, yang merupakan campuran kopi dari Asia Pacific dicampur dengan kopi-kopi yang sangat langka dari Indonesia.
Perusahaan kopi kecil, bersaing dengan Starbucks dengan arah terbalik. Hyper differentiation ! Kedai kopi Gimme Coffee di New York misalnya, memiliki 22 jenis kopi esklusif. Harganya berkisar antara Rp. 105.000 – Rp.120.000/ 500 gr. Salah satu yang termahal adalah kopi dari Sumatera. Yang dibeli secara esklusif dari Aceh, dari perkebunan disekitar danau Tawar, yang tingginya 4.500 kaki – 5.900 kaki diatas permukaan air laut. Yang kedua dari Blawan, Jawa Timur. Diperkebunan disekitar kawah Ijen yang tingginya sekitar 3.000 kaki – 6.000 kaki diatas permukaan laut. Gimme Coffee menciptakan kopi dengan Hyper Differentiation, dengan lebih memfokuskan diri pada kopi-kopi esklusif dari perkebunan kecil diseluruh dunia, yang memiliki cita rasa unik dan berbeda. Murni tanpa harus dicampur lagi. Sehingga menciptakan esklusiftas yang dicari dan diminati oleh konsumen. Ngopi telah menjadi budaya yang berevolusi tanpa henti. Tidak lagi sekedar minum, tapi anda harus tahu apa yang anda ingin minum, dan bagaimana cara meminumnya. Bukan lagi sekedar minum kopi. Tidak semua kopi diciptakan sama. Memang ruwet !
Tuesday, September 18, 2007
MANAJEMEN CINTA
Monday, September 17, 2007
Sunday, September 16, 2007
YANG SPESIAL
Fenomena ‘spesial’ hingga jaman apapun tetap ampuh. Konsumen selalu mau yang lebih. Lebih baik, lebih mahal, lebih istimewa. Konsumen mau yang ‘spesial’. Selalu. Jadi kalau anda memproduksi produk apapun dan menjual jasa apapun, ingat selalu ajian yang satu ini. Pokoknya harus selalu ada yang ‘spesial’.
Ada sebuah restoran seafood bakar-bakar-an yang sangat terkenal di Bali. Letaknya di Nusa Dua. Pemiliknya mengerti betul filosofi ajian ‘spesial’ ini. Dan menerapkan-nya dengan apik sekali. Ia tahu betul menciptakan suasana ‘spesial’ ini. Kalau anda masuk ke restoran miliknya, di lobi anda melihat sejumlah foto orang-orang terkenal, mulai dari artis, pengusaha hingga pejabat yang pernah makan di restoran miliknya. Ini strategi murah, manjur, tapi orang jarang yang mau melakukan-nya dengan tekun. Padahal modalnya cuma kamera doang. Antara Semarang dan Salatiga, juga ada warung sate terkenal. Kalau anda masuk ke warung sate itu, maka anda akan melihat sejumlah foto pemiliknya dengan artis dang-dut terkenal Rhoma Irama. Mungkin pemiliknya adalah teman dekat Rhoma Irama. Tapi anda datang ke Salatiga dan minta diajak makan sate, maka 80% kemungkinan anda akan diajak makan disana. Warung sate itu punya cap ‘spesial’. Yaitu warung sate selebriti. Buktinya Rhoma Irama aja makan disitu.
Ketika saya ingin makan laksa belum lama ini di Singapura. Teman saya juga mengajak saya makan di sebuah warung ‘spesial’. Saya bilang apa ‘spesial’-nya. Ia tertawa, katanya warung laksa ini sering masuk TV, karena banyak selebriti yang makan disana. Buatnya inilah warung laksa ‘spesial’. Ketika kami tiba disana dan mulai memesan laksa, barulah saya sadari, bahwa disekeliling warung dipasang aneka foto, yang memperlihatkan sang pemiliknya akrab dengan berbagai bintang film serta penyanyi Hong Kong dan Taiwan. Juga banyak foto-foto sang pemilik dengan pejabat serta koki selebriti. Jangan pernah menganggap ini strategi usang, kuno dan semua orang sudah menirunya. Percayalah masih tetap ampuh.
Balik lagi ke restoran seafood di Nusa Dua, Bali, yang mahir menerapkan ajian ‘spesial’ ini. Bukan saja di lobinya terpasang berbagai aneka foto selebriti, tetapi mereka juga punya sejumlah trik khusus. Kalau anda kesana iseng-iseng mintalah kartu namanya. Cukup unik. Depan-nya biasa-biasa saja. Tetapi dibelakangnya ada daftar menu, kemudian satu baris kalimat pernyataan. Bahwa di restoran itu, air yang digunakan bukanlah air sembarangan. Tetapi air khusus yaitu ‘purified water’. Yaitu air bersih yang sudah disaring. Ini ibaratnya cubitan yang pas. Karena turis paling takut sakit diare di Bali karena minum air atau es yang tidak bersih. Jurus ‘spesial’ berikutnya adalah semua menu yang ada di kartu nama memiliki embel-embel ‘spesial’.
Karena rada penasaran saya panggil seorang pelayan, lalu saya goda dengan pertanyaan untuk menjelaskan dimana letak ‘spesial’ dari menu-menu itu. Sang pelayan cuma tersenyum manis, melengos, dan balik menggoda “makanya Bapak harus mencoba, baru tahu dimana letak ‘spesial’-nya”. Duh, saya kena jawaban yang telak. Tapi disinilah letak kunci rahasianya. Usaha anda boleh saja sangat mikro dan kecil. Mungkin cuma warung didepan rumah, atau jasa menjahit dirumahan. Yang dilihat sepintas tidak bermakna. Padahal didalamnya ada tantangan besar. Yaitu anda harus membuatnya ‘spesial’. Kalau anda memperlakukan usaha anda ‘sangat spesial’, maka konsumen anda juga lama-lama akan merasa ‘spesial’. Saatnya anda berpikir dan bertindak untuk membuat usaha anda terasa ‘spesial’. Tidak usah sesuatu yang gegap gempita dan makan biaya besar. Tetapi bisa di mulai dari sikap dan tindakan kita. Bisa dimulai dari kartu nama kita. Sesuatu yang kecil dan tidak terpikirkan oleh pesaing anda.
Allah, menciptakan manusia tidak pernah biasa-biasa saja. Semua karya dan ciptaan-nya ‘spesial’. Allah menciptakan manusia memang berbeda-beda. Tetapi bukan berhenti disitu. Allah menciptakan manusia dengan sangat unik, istimewa, luar biasa, dahsyat, dan ‘spesial’. Adalah tugas dan kewajiban kita untuk mengembangkan – apa sih yang diberikan Allah ‘spesial’ didalam diri kita. Semoga saja di bulan suci Ramadhan ini, ketika kita menguji ketahanan mental, dan spritual kita terhadap begitu banyak godaan. Di saat yang sama pula kita akan menemukan kembali jati diri kita yang baru dengan sejumlah keunikan, keistimewaan, dan fitur-fitur ‘spesial’ lainnya. Marilah kita menjadikan Ramadhan bulan ‘spesial’ buat kita semua. Selamat menjalankan ibadah Puasa.
Thursday, September 13, 2007
Wednesday, September 12, 2007
MANAJEMEN SEDIKIT
Mulanya saya bingung mendengarnya. Barulah ketika ngobrol lebih dalam dengan para crew dan staff di kantor Mas Bambang, saya baru mengerti apa yang dimaksudkan oleh Mas Bambang sebagai Manajemen Sedikit. Rupanya Mas Bambang orangnya sangat penyabar, jarang marah, dan senang memotivasi para pekerjanya untuk maju kedepan, secara agresif dan kreatif. Setiap kali mereka memulai sebuah proyek, Mas Bambang lebih senang menyemai bibit. Begitu istilah beliau. Setelah itu Mas Bambang lebih senang mundur kebelakang dan sepenuhnya memberikan kebebasan bagi karyawannya untuk menunjukan karya dan prestasi mereka. Hanya sekali-kali Mas Bambang memberikan dorongan-dorongan kecil. Pokoknya Mas Bambang berusaha untuk sedikit mungkin untuk mencampuri manajemen. Hasilnya memang ajaib.
Karyawan merasa mendapatkan kepercayaan penuh dari Mas Bambang, dan disiplin mereka untuk bertanggung jawab ternyata sangat tinggi. Mereka juga punya rasa optimis dan percaya diri yang optimal. Saya jadi ingat sebuah buku kecil yang ditulis oleh Chin Ning Chu yang berjudul “Do Less Achieve More”. Buku yang ditulis tahun 1998 itu, hingga kini masih menjadi salah satu buku favorit saya. Chin menulis bahwa, kata sibuk dalam bahasa Cina terdiri dari 2 simbol piktogram. Yang pertama merupakan simbol piktogram yang berarti jantung. Dan yang kedua adalah piktogram dengan simbol kematian. Artinya kalau kita terlampau sibuk tidak keruan, maka kematian adalah kutukan yang membayangi kita sehari-hari.
Mas Bambang bercerita bahwa dahulu ia pernah memiliki seorang general manajer yang sangat rajin, tetapi juga terlampau ketat ingin mengontrol semuanya. Akibatnya seluruh staffnya merasa stress. Produktifitas bukan meningkat tetapi justru semakin menurun. Mas Bambang akhirnya memecat sang general manajer. Ia memerdeka-kan para staff dan karyawan-nya dari perasaan stress dan tertekan. Mas Bambang berusaha menciptakan sebuah lingkungan kerja yang memiliki dimensi unik, dimana semuanya merasa mudah, sehingga staff dan karyawan-nya lebih kreatif menciptakan terobosan dan inovasi.
Beberapa hari sebelum puasa, saya diajak Mpu Peniti makan soto daging kesukaan beliau. Pulang makan soto, saya diberi oleh-oleh 2 lembar uang seribuan. Yang satu pecahan seribuan yang mungkin beredar di tahun 70’an dan sudah tidak lagi laku. Yang kedua pecahan seribuan yang masih beredar saat ini. Kedua lembar uang seribuan itu namapak sangat baru, seperti baru keluar dari mesin cetak. Saya bingung tidak keruan, karena tidak mengerti apa ulah Mpu Peniti. Akhirnya dengan senyum-senyum beliau bertanya kepada saya, mana diantaranya kedua lembar uang ribuan itu yang paling berharga. Saya beraksi secara refleks menunjuk lembaran uang ribuan yang masih berlaku saat itu. Tetapi Mpu Peniti malah menggeleng.
Beliau bertutur, bahwa lembaran uang ribuan yang sudah tidak berlaku lagi malah justru yang paling berharga. Karena 30 tahun yang lalu, selembar uang ribuan itu merupakan bagian dari kenaikan gaji Mpu Peniti saat itu. Saking girangnya, Mpu Peniti saat itu, sampai ia menyimpan seribu rupiah, yang saat itu sangat banyak jumlahnya sebagai kenang-kenangan. Secara historis uang ribuan itu punya nilai yang tak terhingga. Berlainan dengan lembaran ribuan satunya lagi, yang memang didapat Mpu Peniti dari Bank, dan nilainya memang cuma seribu perak. Dan seribu perak saat ini, terkadang tidak cukup untuk membeli nasi bungkus atau biaya parkir sekalipun.
Mpu Peniti berpesan kepada saya, bahwa kadang yang kelihatan-nya sangat sedikit sekali nilainya, tidak jarang justru yang paling berharga. Dalam bulan suci Ramadhan ini, dimana kita akan menjalankan ibadah puasa, dan sekaligus berlatih menahan nafsu. Disaat bersamaan kita juga diberikan kesempatan yang sama untuk menghargai semuanya yang serba sedikit dan semuanya yang serba kekurangan. Kita di-ingatkan untuk berani mengorbankan yang berlimpah. Dan memilih yang sedikit. Karena sesungguhnya yang sedikit ini, tidak jarang lebih sehat dan lebih membahagiakan kita.
Saturday, September 08, 2007
Tuesday, September 04, 2007
SAMA DAN SEBANGUN
Nah, penyakit ini seringkali saya temukan ketika mengajar dan memberikan kuliah. Kalau saya memberikan contoh studi kasus misalnya dalam bidang jasa, maka biasanya ada saja peserta yang bertanya :”Mas, ada contoh ’consumer product’ ngak ?” Pokoknya harus contohnya ’plek’ sama persis. Juga sebaliknya, kalau saya memberikan studi kasus dalam bidang ’consumer product’ pasti saja ada yang ngotot minta dicontohkan kasus bidang jasa. Dan seterusnya. Situasi ini kadang membuat saya frustasi, karena terasa ada kemalasan untuk menganalisa dan mencari tanda-tanda ’ sama dan sebangun ’. Padahal dalam hal ilmu secara filosofis, dalil-dalil pokoknya akan selalu sama dan berlaku untuk siapa saja, dan apa saja. Tak terkecuali.
Beberapa hari yang lalu, di Bali ketika saya sedang makan malam, saya bertemu dan berkenalan dengan seorang pengusaha beras. Kami ngobrol, dan rupanya beliau senang juga membaca artikel dan buku saya. Pernah juga ia mengikuti beberapa kuliah saya. Cerita beliau, ia sudah mempraktekan kurang lebih 70% dari materi yang saya paparkan. Hasilnya sangat mujarab. Dalam hati, saya bersyukur. Karena ada juga seseorang yang mau berimajinasi dan menciptakan strategi ’sama dan sebangun’ yang berhasil dia terapkan dalam bisnisnya sendiri. Luar biasa !
Lain lagi ceritanya, ketika saya memberikan kuliah penutup disebuah acara yang dihadiri oleh sejumlah bankers. Seperti biasa, diakhir acara, ada yang ’ngacung’ bertanya. Isinya, ia mengatakan bahwa ia minta saya mencontohkan aplikasi materi saya di perbankan. Kebetulan yang ditanyakan oleh-nya adalah masalah pelayanan. Ia tampak bingung bukan main, sepertinya ingin mencari ide-ide baru untuk pelayanan. Kadang ketika kita sudah melakukan hampir semua trik pelayanan yang dilakukan kompetitor, kita seringkali kehilangan ide. Bak sumur yang kering dimusim kemarau. Mestinya tidak demikian, imajinasi itu tidak ada batasnya.
Saya punya satu studi kasus yang unik. Tentang pelayanan di hotel. Kalau anda ’check-in’ di hotel, kegiataan yang menyebalkan adalah antri didepan counter reception untuk ’check-in’. Kadang kala biarpun ini kegiataan sepele, bisa makan waktu yang sangat lama. Di hotel Four Seasons di Singapura, mereka membuat terobosan unik, yaitu ’pra-check in’. Ini kan jaman pra bayar ! Jadi kalau anda sudah pernah menginap di Four Seasons Singapura, dan data anda sudah terekam, ketika anda kembali menginap, biasanya oleh mereka anda sudah di buat ’pra-check in’. Cepat dan praktis. Tetapi mereka membuat saya lebih kagum lagi. Yaitu kalau anda sudah menjadi ’regular’ dan sering menginap disana, mereka mampu membuat terobosan satu tingkat lebih maju. Biasanya bukan saja anda tidak usah ’check in’, tapi kunci kamar anda sudah disediakan didepan concierge. Jadi ketika anda tiba, dan turun dari taxi, sang porter menurunkan koper anda dan langsung memberikan kunci anda. Sehingga anda bisa langsung menuju kamar. Jelas sudah, selama anda mampu berimajinasi, tidak akan pernah ada batasnya.
Tapi di hotel Sheraton Grande Sukhumvit, Bangkok, mereka lebih imajinatif lagi. Saat anda tiba di-airport dan dijemput mobil limo dari hotel, maka anda bisa check in didalam mobil. Praktis dan sederhana. Tiba di hotel, anda dijemput staf hotel yang cantik dan ramah, dan langsung mengantar anda kekamar. Pelayanan ini, boleh terlihat sepele, tetapi imajinatif dan membuat anda seperti diperlakukan sangat VVIP.
Saya ingat sebuah pribahasa Jepang, bunyinya kira-kira demikian : ”Selama kita masih mau berpikir. Tidak ada yang tidak mungkin ditembus oleh imajinasi” Kadang kita berpikir ”aduh ! .... harus bikin apa lagi nih ?” Rasanya imajinasi telah terkuras habis. Tutur Mpu Peniti, asalkan kita mau melamun, imajinasi akan datang. Jadi rajin-rajinlah melamun. Dan jangan berkeras hati, bahwa jasa beda dengan consumer product. Atau sebaliknya. Filosofisnya akan tetap sama. Anda cuma perlu mencari sumbernya. Sisanya gunakan pengalaman kita disekolah dulu. Menggunakan teori ’sama dan sebangun’. Pasti akan ketemu terobosan baru yang anda cari.