Thursday, October 11, 2007

JANGAN TAKUT !

Hampir tiap 2 tahun, saya selalu ikut pertemuan para ahli pemasaran komoditi pertanian. Biasanya kami membahas sejumlah permasalahan dan perkembangan konsumen secara global. Pertemuan ini di-ikuti oleh lebih dari perwakilan di 20 negara, mulai dari Eropa, Asia, hingga Timur Tengah. Selesai pertemuan di Portland selama 2 hari, kami dibawa keliling menyusuri wilayah pertanian sepanjang wilayah Northwest Pacific yang membentang dari Portland, Washington hingga California. Salah satu malam, kami berkesempatan makan malam disebuah café kecil, ditepi sungai Hood yang terkenal. Kebetulan bulan purnama sangat cemerlang. Dari café kami bisa melihat silhuet tepian sungai Hood yang membentang sangat indah, disiram oleh cahaya bulan.

Sehabis makan malam, diskusi dan percakapan semakin seru. Beberapa diantara kami mulai bertukar kisah hidup. Louis Moreno, teman kami dari Mexico akhirnya mendongeng. Alkisah seekor musang sedang mengejar seekor ayam. Tentu saja sang ayam lari terbirit-birit saking takutnya. Dalam kejar-kejaran yang serba seru itu, akhirnya ayam minta perlindungan kepada sapi. Maka ayampun berlindung dibawah sapi. Malang nasib sang ayam, saat bersembunyi seluruh badan-nya akhirnya kena ditutupi oleh kotoran sapi. Apa boleh buat, biarpun nasibnya jelek banget, ayam terpaksa bersembunyi dengan berselimut kotoran sapi. Yang penting aman. Tak lama kemudian, musang yang penciuman-nya sangat tajam, akhirnya bisa mengikuti jejak sang ayam dan mendekati sang sapi. Tapi sang ayam tidak kelihatan batang hidungnya. Sementara itu sang ayam sudah mengigil ketakutan.

Karena sang musang tidak mau pergi, akhirnya sang ayam tidak sabar, dan melakukan kesalahan. Sang ayam membuat suara orang mengusir : ‘hussss……hussss….hussssss’ Suara itu mengusik sang musang, setelah diperhatikan betul, akhirnya sang musang tau bahwa sang ayam bersembunyi dibawah tumpukan kotoran sapi. Akhirnya musang menarik sang ayam dari tempat persembunyian-nya. Dan berakhirlah hidup sang ayam tadi. Mendengar cerita yang tragis itu, banyak diantara kami yang tertawa terkekeh-kekeh. Tapi Louis Moreno bercerita dengan seriusnya.

Louis bertutur, bahwa cerita ini, selalu menjadi modalnya dalam menghadapi setiap kesulitan hidup yang datang menerpa kehidupan-nya. Karena dalam dongeng itu tersembunyi 3 strategi hidup yang sering dimanfaatkan Louis. Strategi pertama, sangat sulit untuk mendapatkan pertolongan yang sesungguhnya. Louis mengalami, seringkali orang yang menolong anda, tidak sepenuh hati dan dengan tulusnya menolong anda. Seperti perlakuan sang sapi terhadap sang ayam. Biarpun begitu, menurut Louis, ada baiknya anda memanfaatkan setiap pertolongan, kesempatan, dan celah yang ada. Biarpun nasib anda harus seperti ayam yang bersembunyi dibalik kotoran sapi. Yang penting selamat ! Begitu tutur Louis.

Yang kedua, kalau anda sedang susah, menderita, bermandi lumpur dan kotoran, sebaiknya anda low profile saja. Jangan berisik dan ribut-ribut. Karena akan membuat anda menjadi fokus perhatian. Anda mudah menjadi target bagi musuh anda. Dan yang ketiga atau yang terakhir, siapapun yang memberikan uluran tangan, dan menawarkan pertolongan, seperti sang musang yang menarik sang ayam dari kubangan kotoran, seringkali bukanlah juru selamat yang sesungguhnya. Hidup mesti hati-hati, begitu pesan Louis.

Mendengar cerita dan penuturan Louis, perdebatan kami menjadi semakin seru. Karena para rekan-rekan mulai bercerita tentang kesulitan hidup mereka masing-masing. Yang uniknya, hampir semua cerita selalu bersinggungan dengan sebagian dari cerita Louis. Jadi memang situasi sesungguhnya dari hidup ini, tidak jauh dari cerita Louis. Saat cerita mulai reda, dan kami masing-masing menikmati espresso dan teh, akhirnya Louis menutup seluruh diskusi dan perdebatan kami. Louis menambahkan bahwa dalam hidup ini, barangkali jangan pernah kita mau menjadi ayam yang selalu dikejar musang. Kalau posisi ini yang kita ambil, maka setiap kali kita menghadapi kesulitan hidup kita harus kabur dan bersembunyi. Bagaimana kalau posisi-nya kita balik ? Kita yang menjadi musang, dan kita yang balik mengejar. Sambil tertawa berderai-derai, kami mengakhiri diskusi dan perdebatan malam itu, dengan satu konsensus, bahwa kami semuanya ingin jadi musang dalam hidup ini.

Dalam perjalanan pulang, saya merenung ulang cerita Louis. Menjadi musang memang tidaklah mudah. Hidup kita dikelilingi sejumlah rasa takut, dan rasa tidak aman. Terkadang rasa takut itu saking lamanya berteman dengan kita, akhirnya rasa takut itu terasa lebih nyaman. Seorang teman, percaya atau tidak, menamakan perusahaan miliknya, dengan nama DEG-DEG-AN. Ia tertawa saja, ketika saya konfrontir. Habis menurut beliau, sepanjang hidupnya selalu deg-deg-an. Dan itu juga yang menjadi motivator hidupnya selama ini. Menabung, karena takut. Membeli asuransi karena takut. Punya satpam juga karena takut. Pokoknya serba takut dan deg-deg-an. Tapi kalau anda ingin betul merubah nasib anda saat ini. Maka apapun perhitungan-nya. Anda harus berani berubah. Membalik situasi bila perlu. Berani menghadapi segala masalah dan tantangan . Berhenti untuk lari dan bersembunyi. Jangan lagi mau menjadi ayam. Jangan lagi mau menjadi korban !

2 comments:

Tanpabatas Net said...

.. dan membaca kolom biang penasaran tiap minggu, karena TAKUT ketingggalan.

KAFI KURNIA said...

ha....ha......
betul sekali,
pas komentarnya,

terima kasih.....