Sunday, October 20, 2013

POLITIK NYABLAK : Prediksi Presiden Indonesia 2014





Pertanyaan yang paling menggelegar. "Siapa yang anda mau pilih sebagai Presiden 2014 ?" Jawabannya sangat sulit banget. Pada pemilu tahun 2009, pertanyaan ini rada mudah dijawab. Saat itu minimal ada satu calon kuat yang sangat dominan. Tahun 2014, semuanya nampak gamang dan galau. Seperti ada sebuah kekosongan yang sangat kuat menghantui kita. Teman saya malah menyebutnya - "Hantu pemilu 2014".

Ini adalah matematikanya. Tahun 2009, ada 44 partai politik yang ikut Pemilu. 3 besar adalah Partai Demokrat = 20,85% lalu Golkar = 14,45% dan PDI-P = 14,03%. 25% suara sisanya dikuasai oleh 3 partai lain yaitu PPP, PAN, dan PKS. Artinya 6 partai ini menguasai suara diatas 75%. Tahun 2009 Partai Demokrat dengan mulusnya melakukan koalisi. Karena partainya banyak. Tahun 2014 partainya tinggal 12 partai. Dan selama 5 tahun terakhir ini, kita mengalamai badai skandal dan korupsi yang sangat banyak. Jumlah pejabat yang dipenjara gara-gara korupsi juga beragam sekali mulai dari bupati hingga menteri, ketua partai dan jumlahnya sangat banyak. Mereka juga datang dari beragam partai. Akibatnya partai-partai tertentu yang memiliki kasus dan skandal korupsi sangat "high-profile" diperkirakan akan terkuras suaranya di Pemilu 2014. Tetapi itu baru perkiraan. Masyarakat pedesaan yang kurang terekspos dengan berita dan media sosial dan tidak terlibat dalam percakapan politik praktis sehari-hari, kemungkinan masih lebih lugu dalam memilih pada pemilu 2014.

Dengan perhitungan ini, ada beberapa perhitungan dan kalkulasi praktis. Pertama kemungkinan berkoalisi di tahun 2014, akan semakin sulit. Karena jumlah partai yang ada tinggal 12, maka harga koalisi jauh akan lebih mahal. Kedua andaikata benar, bahwa skandal korupsi selama 5 tahun terakhir ini sangat mempengaruhi pilihan para pemilih, maka partai kecil yang relatif bersih kemungkinan akan mendapat luberan suara. Ketiga karena tidak ada calon dominan seperti tahun 2009, maka Pemilu 2014 akan jauh lebih seru, dan sangat menentukan masa depan Indonesia tahun 2020. Kalau komputer, situasinya berpeluang untuk "re-boot". Apabila kita memilih dengan sangat hati-hati, kita bisa merubah masa depan Indonesia. Bayangkan potensi itu !

Dan ini adalah sejumlah prediksi dari teman-teman. Tentang siapa yang bakal menjadi Presiden 2014.

1. Tokoh terpopuler saat ini memang Jokowi. Karena situasi dan momen yang dimiliki Jokowi. Namun kita harus kepala dingin dan mencari calon alternatif lain dan berani membandingkan-nya.

2. Megawati dengan PDIP punya peluang bagus menang Pemilu 2014. Apalagi kalau Jokowi dipasang sebagai calon di pemilu 2014. Masalahnya Megawati apabila maju 2014, dia juga punya peluang besar. Karena di tahun 2014, relatif tidak ada saingan yang berarti. Terlebih karena Megawati tidak pernah menjadi presiden terpilih. (Megawati hanya pernah menjadi Presiden menggantikan GUS DUR) Rasanya ambisi itu masih ada. Dan Megawati pasti ingin maju lagi. Karena peluang dia sangat besar sekali. Cuma saja ditahun 2009, Megawati punya kongsi dengan Prabowo. Apakah Mega maju dengan Prabowo lagi ? Atau Prabowo ingin maju sendiri ? Rasanya ini adalah ganjalan terbesar. Tetapi andaikata Megawati pecah kongsi dengan Prabowo maka menurut teman-teman, Megawati sebaiknya duet dengan Jokowi. Dan Megawati harus berani men-deklarasi-kan duet ini sebelum tahun 2013 berakhir. Bila ini dilakukan rasanya perolehan suara PDIP di Pemilu legislatif APRIL 2014 bakalan meningkat tajam.

3. Prabowo dengan GERINDRA di tahun 2009, meraih suara hanya 4 juta lebih alias cuma 4,46%. Situasi memang berbeda tahun 2014. Namun untuk GERINDRA meraih suara diatas 15% alis naik 3 kali lipat penuh tantangan tersendiri dan tidak mudah. Andaikata kongsi dengan PDIP bersama Mega dilanjutkan, bisa jadi hasilnya akan sangat menarik. Tapi perhitungan teman-teman, kayaknya Prabowo akan pecah kongsi dan berjalan sendirian. Apalagi kalau kita baca dari media selama ini, hubungannya dengan Jokowi tidak mesra lagi. Mungkinkah Prabowo menang di Pemilu 2014 ? Menurut teman-teman mungkin saja. Apabila Prabowo berani mengambil ide gila, dengan segera men-deklarasi-kan bahwa Prabowo akan maju dengan A Hok yang kebetulan juga kader GERINDRA. Nah, kalau ini terjadi akan seru sekali. Menciptakan peta antagonis yang bertolak belakang. Megawati dan Jokowi yang cenderung kalem. Melawan Prabowo dan A Hok yang keras dan tegas. Banyak rakyat Indonesia yang sudah apatis dan tidak sabar dengan perubahan Indonesia yang tidak maju-maju dan sangat lambat, kelihatan-nya akan memilih duet Prabowo dan A Hok. Selain itu, duet ini akan memberikan kesempatan untuk Prabowo merangkul kaum etnis keturunan Tionghoa. Lagi-lagi Prabowo harus juga berani men-deklarasi-kan duet ini secepatnya. Semakin cepat semakin baik. Dan akan berpengaruh besar bagi perolehan suara GERINDA di pemilu legislatif April 2014.

4. ARB alias Ical dari Golkar bakal jadi kuda hitam yang unik. Partai Golkar saat ini, seperti yang diberitakan media, masih punya sejumlah gunjang ganjing. Secara internal, bisa saja mereka tidak dan belum menyatu dan menggumpal. Tapi GOLKAR yang juara 2 tahun 2009, punya infrastruktur yang lebih baik. Walaupun memerlukan kerja keras dan strategi plus ide gila. Kata teman-teman, ARB punya dua pilihan. Pertama menggalang koalisi dari sekarang, terutama untuk dominan di DPR nantinya. Kalau cerdik ARB bisa jadi tidak menjadi PRESIDEN tetapi bisa mayoritas di DPR . Dan ini bakal sama penting dan strategisnya dengan menjadi Presiden. Partai ex koalisi tahun 2009 dengan Demokrat, pasti dalam keadaan bimbang. Karena tanpa SBY, partai Demokrat tidak lagi menjadi pilihan terbaik untuk koalisi. Tapi apakah GOLKAR cukup puas dengan opsi ini ? Andaikata ARB tetap mau jadi Presiden, teman-teman meramalkan ARB harus cerdas dan cukup gila memilih Cawapres. Misalnya saja memilih perempuan. Dan bisa saja perempuan dari keturunan Jawa atau perempuan dari keturunan etnis Tionghoa. Ini adalah peluang dan kemungkinan yang penuh kalkulasi.

5. Partai Demokrat, yang dalam minggu-minggu terakhir ini, ikut mengalami serangan isu dinasti-sasi politik, pasti galau dan gamang. Karena apakah mereka akan tetap ngotot memajukan adik ipar SBY Pramono Edhie ? Lalu memasangkannya dengan salah satu kandidat konvensi partai Demokrat ? Seperti Gita Wirjawan atau Dahlan Iskan ? Lalu apakah partai Demokrat akan pecah kongsi dengan PAN yang juga besan SBY ? Jangan lupa PAN pada pemilu 2009 berhasil jadi 5 besar dengan suara 6,01%. HR atau Hatta Rajasa yang sangat loyal pada SBY, pasti juga punya sejumlah ambisi dan tuntutan. Bagaimana Partai Demokrat mengakomodasi Hatta Rajasa ? Apakah pecah kongsi sama sekali ? Ataukah dipasangkan menjadi duet Pramono Edhie dan Hatta Rajasa ? Malah mungkin juga partai Demokrat akan memasang tokoh bukan dari keluarga SBY. Saya yakin keputusan mereka akan hati-hati dan cukup lambat. Walaupun demikian patut diperhitungkan dengan seksama.

 

6. Diluar dari opsi-opsi tadi partai-partai lain perlu mulai dari sekarang berhitung dengan sangat matang. Bisa saja mereka berkoalisi, mengorbankan ambisi pribadi ketua partai, dan mencari calon alternatif yang justru bisa membuka peluang untuk membesarkan partai dan menjadi kekuatan signifikan tahun 2014 dan setelahnya. Tetapi apabila mereka tidak kreatif dan berani mengambil langkah gila, sebagian dari mereka justru hanya akan menunggu tawaran koalisi, atau surut padam setelah tahun 2014 dan menjadi kekuatan yang semakin kecil. Partai-partai kecil punya opsi jadi pahlawan sekalian dengan menyodorkan calon presiden yang segar dan profesionalisme. Momen-nya pas dan peluang itu sangat besar.

 

Diluar itu, teman-teman masih berhitung dan menunggu, karena Indonesia 2014 membutuhkan sebuah langkah berani. Saat ini, langkah itu masih berupa angan-angan. Dan bagaikan menunggu sebuah keajaiban !


Sunday, October 06, 2013

IDE GILA PILPRES IV (TAMAT)
























Seorang teman bercerita tentang pengalaman-nya kena tipu disebuah mall. Alkisah ia sedang cuci mata disebuah department store terkenal. Tiba-tiba seseorang menyapa dengan bahasa Inggris. Ia menoleh dan seorang yang mirip dengan warga keturunan India mengatakan bahwa ia terkesima karena melihat wajah teman saya yang menurutnya sangat beruntung alias "hoki" sekali. Awalnya teman saya cuma tersenyum. Siapa sih yang tidak mau dipuji dengan pujian bahwa dirinya punya peluang "hoki" yang sangat besar. Lalu sang warga negara asing melakukan sulap untuk meyakinkan teman saya. Yaitu dengan cara menebak nama istri dan anaknya. Tebakan tepat 100%. Teman saya dikatakan akan mendapat rejeki besar dalam 3 hari. Supaya rejeki tidak lari, teman saya dikasih doa dalam coretan yang tidak dimengertinya. Dan diminta uang. Teman saya akhirnya kena memberi uang 500 ribu. Jimat dari orang itu ditaruhnya didalam dompet, dan ia dengan setia menunggu rejeki nomplok dalam 3 hari. Apa yang terjadi duit hilang dan rejeki tidak pernah datang.

Ketika cerita itu digelar dalam sebuah acara makan siang bersama beberapa teman. Kami semuanya tertawa terbahak-bahak. Seorang teman menyebutnya sebagai sebuah nujum jalanan. Teman lain menyebutnya sebagai sulap tipu. Tawa kami mulai berhenti, ketika salah satu teman kami dengan serius mengatakan bahwa situasi Indonesia saat ini juga mirip nujum jalanan. Lalu kami semuanya dengan seksama menyimak. Teman ini berkata bahwa pemilu tahun 1999 - tingkat partisipasi pemilih sangat tinggi  92,74%. Rakyat benar-benar menikmati semangat reformasi. Dan penuh harapan bahwa bangsa dan negara akan berubah. Ada kepercayaan yang sangat tinggi. Mirip teman saya yang kena tipu. Ia dengan setia dan cemas menunggu selama 3 hari untuk rejeki nomplok. Setelah 3 hari lewat teman saya masih juga menunggu. Seminggu lewat. Sebulan lewat. Lalu iapun kecewa, marah dan menyobek jimat yang dibelinya 500 ribu itu.

Sama dengan rakyat Indonesia, mereka juga menunggu. Namun rasa kecewa mulai meresap, ketika apa yang ditunggu tidak datang. Maka partisipasi pemilu 5 tahun berikutnya merosot menjadi  84,07% ditahun 2004. Kekecewaan itu berlanjut terus, rakyat mulai bosan menunggu dan menjadi apatis. Tahun 2009, jumlah pemilih tinggal 71%. Tahun 2014 ada rasa kuatir yang dalam bahwa partisipasi pemilih dalam pemilu bisa turun dibawah 70% atau hanya mendekati 50%. Hal ini sudah terbukti dengan tingkat partisipasi yang rendah di berbagai daerah saat pilkada ditahun 2013. Tingkat partisipasi pemilu hanya tinggal 50% - 70%. Rakyat jelas menjadi malas, dan apatis. Prestasi reformasi selama 15 tahun lebih jelas sangat mengecewakan. Negara penuh dengan skandal dan kasus korupsi.

Maka dalam pemilu tahun depan kita harus punya harapan baru. Kita harus punya perhitungan yang baru. Kita tidak lagi bisa terjerumus menjadi korban nujum jalanan ala partai politik. Kita butuh terobosan baru. Kita butuh ide gila.

Salah satu teman kami yang bisnisnya dibidang IT, mengungkapkan sebuah model berpikir. Bayangkan komputer anda berjalan dengan sangat lambat dan terus menerus mogok dan macet. Apa yang kita perbuat ? Sederhana - Reboot - ! Komputer di matikan dan kita nyalakan ulang. Biasanya ketika mau start, ketika komputer mendapat koneksi internet, secara otomotis komputer akan meng-upgrade piranti lunak alias software terbaru untuk mencegah komputer macet dan mogok. Dan teman saya mengutip kalimat dari filsuf Swedia  Søren Aabye Kierkegaard yang hidup diabad ke 19, " Life can only be understood backwards, but it must be lived forward." Artinya apa yang telah terjadi setelah tahun 1999 sebaiknya hanya dijadikan sebuah pelajaran. Tapi tujuan kita setelah tahun 2019 alias 20 tahun setelah reformasi adalah tujuan hidup bangsa ini yang sesungguhnya. Teman kami menyarankan kita membuat sebuah sayembara nasional - Visi Indonesia 2020. Setiap kontestan pemilu harus menyampaikan kepada rakyat dokumen perencanaan Visi Indonesia 2020, lengkap dengan tujuan dan rencana kerja. Calon pemimpin nasional yang tidak memiliki visi itu jangan dicoblos. Titik. Habis perkara !
Memang gila sih ! Tapi saya setuju banget. Saya pikir kita tidak punya waktu lagi. Indonesia harus bergerak sangat cepat, kalau tidak kita akan ketinggalan momentum dan juga kesempatan. Setelah ASEAN menjadi satu kawasan terintegrasi tahun 2016, Indonesia cuma punya dua pilihan. Memimpin didepan. Atau hanya ikut-ikutan dibelakang.

Lalu bagaimana dengan korupsi ? Teman lain, punya ide gila juga. Dia menyarankan kita bikin gerakan "ZERO TOLERANCE CORUPTION", artinya nol korupsi. Partai politik harus bikin kontrak anti korupsi di media massa satu halaman. Kontraknya sederhana. Andaikata mereka menang pemilu dan lalu berkuasa. Terus dalam perjalanannya ada kader partai yang terbukti korupsi, maka partai tersebut harus sukarela mundur dan membubarkan pemerintahan lalu dalam waktu 90 hari melakukan pemilu baru. Gila bener ide ini. Tapi masuk akal. Partai politik yang tidak serius dan tidak berani membuat kontrak anti korupsi ini, jangan dicoblos ditahun 2014. Selesai. Habis perkara, dan tanpa kompromi.

Memang gila tapi kalau ada pemimpin yang serius mau memimpin dengan bersih, jujur, dan peduli, maka 2 syarat diatas bukanlah sebuah syarat yang tidak mungkin. Masuk akal dan pas menurut teman-teman kami.

Minggu lalu ketika saya menengok guru spiritual saya, Mpu Peniti, dan kami berdiskusi soal dan hal yang sama. Beliau punya teori yang cukup unik. Kata beliau, "Hanya maaf dan cinta yang bisa menyelamatkan bangsa dan negara ini". Tahun 1998 dan tahun 1999 kita melampiaskan sekian banyak amarah dan keputus-asa-an. Ketika ada kesempatan untuk berubah, kita tidak mengisinya dengan maaf dan cinta. Ibarat naik komedi putar, yang kita lakukan ada berebut naik diputaran berikutnya. Gantian giliran naik, itu istilah Mpu Peniti. Yang dulunya ngak kebagian naik komedi putar, berebut naik dan mencoba komedi putar. Lalu kita berputar dan mabuk. Maka kita pun gantian korupsi. Masa sih yang kaya hanya yang dulu berkuasa ? Kita juga ingin berkuasa, menikmati kekuasaan, dan menggunakan kekuasaan untuk kaya raya. Jadi jangan heran kalau tiap hari ada berita korupsi di koran.

Tapi 20 tahun rasanya cukup sudah. Satu generasi lewat. Saatnya kita menggunakan maaf. Bukan amarah. Bukan nafsu. Dan bukan serakah. Itu teori Mpu Peniti. Kita harus berani legowo. Menyerah dan kembali hidup benar. Maka menurut Mpu Peniti, tahun 2014, kita hanya butuh pemimpin yang peduli. Yang mau dengan rasa cintanya yang sepenuhnya utuh, memimpin bangsa dan negara ini. Pemimpin yang cinta Indonesia dan rakyatknya 100%.

Bila saya sambungkan teori teman-teman saya dan teori Mpu Peniti, rasanya sangat klop. Kita harus re-boot komputer kita dan negara kita dengan meng-up-gradenya dengan cita-cita yang baru dan visi yang baru. Maka pemimpin yang hanya bercita-cita ingin gantian naik komedi puter, dengan rendah hati kita minta mereka agar mundur dengan kesatria. Memberikan kesempatan kepada pemimpin lain, yang punya semangat, yang punya keberanian dan tahu apa yang harus dibuatnya untuk mensejahterakan bangsa. Pemimpin yang punya Visi Indonesia 2020 yang cemerlang.

Kedua pemimpin yang harus memimpin kita tahun 2014 adalah pemimpin yang cinta tanah air dan bangsa Indonesia. Yang berani menandatangi kontrak anti korupsi dihadapan seluruh bangsa. Pemimpin yang serius ingin mengubah nasib Indonesia. Nah, pemimpin yang setengah-setengah, sebaiknya menyerah dan legowo mundur. Bagi anda yang skeptis membaca artikel ini, dan mengatakan tidak mungkin. Saya setuju. Namanya ide gila. Dan ditengah kegilaan yang ada, apabila kita tidak ingin Indonesia merosot lebih jauh. Rasanya ide gila diatas, masuk akal juga. Karena kita memang butuh terobosan. Kita bertanggung jawab untuk menyelamatkan Indonesia.