Tuesday, May 25, 2010

INI GOSIP ..... ALASAN MENGAPA ANDI MALLANGRANGENG KALAH !



Beberapa hari sebelum Kongres Partai Demokrat, saya kebetulan berada di kota Bandung. Dalam hati saya sangat mangkel, karena hampir seluruh jalan protokol yang strategis di penuhi dengan poster kampanye Andi Mallarangeng. Buat saya ini penistaan keindahan dan kebersihan kota Bandung yang saya cintai. Mestinya tokoh politik setiap kali kampanye punya kepekaan dan kecintaan terhadap lingkungan. Jangan main pasang poster dan baliho, dan berpikir cuma sebentar selama kampanye. Tindakan seperti itu mencerminkan gaya urakan berpolitik.

Tak lama kemudian Kongres Partai Demokrat berlangsung, dan Andi Mallarangeng yang kampanye-nya riuh rendah dan gegap gempita, kalah telak diputaran pertama. Lalu muncul sejumlah artikel diberbagai media yang menganalisa sebab musabab kekalahan Andi Mallarangeng. Mulai dari cacian terhadap iklan dan strategi komunikasi yang melenceng. Hingga bermacam-macam teori tentang etnik dan aneka situasi yang tidak menguntungkan. Seorang teman, mengirim pesan lewat BB dan meledek saya. Intinya saya disuruh menulis lewat sudut pandang yang berbeda. Memberikan analisa tak terduga, begitu kilah teman saya.

Sepulang dari Bandung tempo hari, seorang teman yang kebetulan anggota Partai Demokrat mengajak saya makan malam bersama dengan beberapa rekan wartawan. Mulanya makan malam ini Cuma reuni biasa. Tapi ditengah acara entah bagaimana topik Andi Mallarangeng mencuat. Awalnya kita semua heran, Andi Mallarangeng yang cuma jadi Jubir Presiden, koq bisa punya harta sedemikian banyaknya dan menghambur-hamburkan duit puluhan milyar untuk berkampanye sedemikian gencar. Duit darimana yah ? Dan kami-pun seru menebak-nebak siapa sponsornya. Awalnya kami yakin Andi Mallarangeng bakalan menang. Ia punya modal yang cukup. Sebagai jubir presiden, ia pasti punya akses ke SBY dan pastilah aksesnya cukup baik. Andi bekas aktivis dan cukup vokal dijaman reformasi. Masih muda dan ganteng pula. Sekarang aktif menjadi menteri. Pasti peluangnya cukup bagus. Namun teman kami di Partai Demokrat, memperlihatkan wajah dan jawaban yang berbeda. Ia sama sekali tidak yakin Andi Mallarangeng bakal menang. Menurutnya semua tergantung SBY. Ia menjabarkan bagaimana proses perekrutan menteri dikabinet ala SBY. Kalau menteri dipanggil ke Cikeas, maka pada malam sebelum pemilihan ketua partai, siapa yang dipanggil SBY kekamar hotelnya di Bandung, itulah yang bakal menjadi ketua. Titah SBY adalah titah raja di Partai Demokrat. Demikian ulasan teman saya. Kami cuma tertawa-tawa saja mendengar ulasan itu.

Beberapa hari kemudian, Kongres Partai Demokrat di gelar di Bandung. Dan benar saja Andi Mallarangeng kalah telak. Alasan resmi Andi, kekalahan-nya disebabkan karena Andi terlalu sibuk menjadi menteri dan kurang gesit menggarap DPC dan DPD. Sehingga ia kurang akrab, dan kalah. Gosip yang beredar malah terbalik. Sebelum kongres, Andi sudah yakin karena mengatakan sudah mengantongi sekian persen suara. Konon Andi juga rajin menjamu dan memanjakan DPC dan DPD. Pernah sekali sebelum kongres, saya bertemu dengan rombongan Andi yang mau berangkat ke Yogya. Rombongan Andi terlihat sangat banyak dan lengkap. Apabila Andi menghabiskan dana puluhan milyar untuk menggrapa “above the line” komunikasi kampanye-nya, maka mustahil biro iklan Andi tidak menggarap “below the line”. Apalagi biro iklan yang dipakai Andi sangat berpengalaman dalam menggarap komunikasi politik. Jadi pastilah alasan Andi itu cuma versi “PR”, sebagaimana layaknya Andi dulu pernah menjadi jubir presiden.
Karena penasaran, saya mencari sumber yang mau menceritakan alasan yang lebih pas dan lebih tepat. Maka salah satu sumber saya akhirnya mau membocorkan juga kekalahan Andi. Saya ngopi dengan “Deep Throat” (begitu istilahnya di dunia intelijen) disebuah café yang kecil dan sepi. Sumber saya, pada awalnya bertanya : “Mengapa SBY ? Bisa menang sebagai Presiden di pemilu 2004 ?” Ditanya begitu sayapun memberikan sejumlah alasan. Ia cuma menggeleng dan tersenyum. Sambil mengirup kopi dan dengan suara perlahan, ia mengatakan, “Semata-mata SBY paling ganteng”. Saya terperangah. Kaget. Mendengar jawaban yang jauh dari rasional.

“Deep Throat” saya ini, kemudian bercerita tentang teori kemenangan pemilu. Terutama soal ganteng dan cantik didalam pemilu. Ia bercerita mulai dari bintang film Joseph Estrada di Filipina, Arnold Arnold Schwarzenegger yang menjadi gurbernur California, hingga presiden Ronald Reagan di Amerika. Lech Kaczynski, Presiden Polandia yang belum lama ini meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang, juga bekas bintang film anak-anak yang ternama. Malah ia juga berteori bahwa Gordon Brown yang kalah telak dengan David Cameron dalam pemilu di Inggris belum lama ini, juga semata-mata karena kalah ganteng jauh. Menurutnya, matematika kemenangan sebuah pemilu sangat ditentukan oleh pemilih perempuan. Pemilih perempuan jauh lebih emosional. Calon pemimpin yang mendapat perlakuan tidak adil ( Ingat SBY ? dan Corazon Aquino ?) biasanya mendapatkan simpati terbesar dan punya peluang menang yang sangat tinggi. Dan calon pemimpin yang ganteng, berwajah santun berwibawa, biasanya juga dipilih secara favorit oleh pemilih wanita. Jadi menurutnya jangan heran kalau semakin banyak artis dan aktor yang masuk politik, untuk memanfaatkan kegantengan wajahnya. Ini fenomena lumrah !

Setelah berdebat setengah jam soal wajah dan penampilan para politikus, akhirnya saya lengser juga. Karena kenyataan-nya memang demikian dilapangan. Tapi bukankah dalam kasus Andi Mallarangeng, situasinya terbalik ? Justru dia muda dan ganteng. Malah ketika jaman reformasi, dan Andi sering mucul di televisi, Andi punya fans yang cukup banyak. Kebanyakan justru malah perempuan. Lha, kalau teori “Deep Throat” saya ini benar, kenapa dong justru Andi malah kalah telak. “Deep Throat” saya, yang kebetulan adalah perempuan yang sangat charming dan cantik ini, tersenyum sangat genitnya. Lalu memaparkan dengan sederhana. Menurutnya dalam kasus Bandung, justru wajah ganteng dan populeritas Andi adalah pisau bermata dua. Membuat Andi menjadi Ketua Partai Demokrat, ibaratnya menghadiahkan sebuah Ferrari terbaru kepada seorang “playboy”. Bayangkan saja, apa jadinya kalau Andi Mallarangeng dalam 2-3 tahun mendatang lebih populer dari SBY ? Sebuah mala petaka yang tak terbayangkan akibat dan dampaknya. Bisa kacau balau total. Andi Mallarangeng yang memiliki kemampuan berkomunikasi sangat baik, berkat pengalaman-nya menjadi Jubir Presiden, bisa tampil meroket makin populer. Mulanya saya terbahak dan menganggap beberan “Deep Throat” saya ini sangat tidak masuk akal. Namun beberapa fakta yang ia ungkapkan secara “confidential”, akhirnya membuat saya ragu juga. Jadi apabila benar, Andi Mallarangeng sengaja dilengserkan karena potensinya yang lebih ganteng dan lebih populer dari SBY nanti di tahun 2014, maka Andi Mallarangeng adalah korban pertama dalam sejarah politik Indonesia yang jatuh justru karena disebabkan oleh wajah gantengnya ! Untuk itu saya cuma garuk-garuk kepala. Artikel ini sengaja saya beri judul “Gosip”, karena walaupun “Deep Throat” saya datang dari sumber yang saya percaya. Kebenarannya saya serahkan kepada anda semua. Saran saya jangan percaya, karena cuma gosip saja !

Monday, May 24, 2010

"TUHAN ..... Dimanakah Engkau ?"



Saat ayah saya terkena serangan strooke yang terakhir, saya berbuat seperti kebanyakan orang. Bersujud di hadapan Tuhan, dan meminta kesembuhan buat beliau. Saya sadar penyakit ayah cukup berat. Dan saya ingat, saat-saat itulah saya berdoa dan mencoba berbicara dengan Tuhan sekeras-kerasnya. Berjam-jam saya berdoa. Namun, satu sore ketika saya menjenguk beliau, ayah menangis melihat saya, tiba-tiba saja semangat saya lepas. Di momen itulah saya tahu, bahwa beliau mengucapkan perpisahan dengan saya. Batin saya berbisik, inilah saat-saat terakhir beliau. Beberapa hari kemudian menjelang fajar, ayah saya wafat. Walaupun saya berusaha tabah saat itu. Tetap saja saya mengikuti sikap orang kebanyakan. Saya menyalahkan Tuhan. Karena Ia telah tuli tidak mau mendengar doa saya. Ia telah mengabaikan saya. Sayapun kecewa berat.

Sebulan setelah ayah wafat, saya merasakan sebuah kekosongan dalam jiwa saya. Begitu besar dan dalam. Saya mencoba mengisinya selama seminggu, mengunjungi tempat-tempat suci dan ibadah, sepanjang pulau Jawa hingga Bali. Tidak berhasil. Ditengah kegelisahan dan kegalauan itu, saya akhirnya bertanya, apakah Tuhan itu ada ? Kalaupun ada ….. dimanakah Tuhan berada ? Dalam titik terendah kehidupan saya itu, akhirnya saya bertemu dengan Mpu Peniti. Beliau beragama Islam dan saya beragama Buddha KTP. Saya ingat betul dalam pertemuan kami yang kedua, diteras kebun belakang rumah beliau, kami minum teh poci yang kental dan harum. Mpu Peniti sembari merokok kretek menatap langit jauh-jauh. Senja mulai beranjak. Dan langit berubah warnanya. Jingga bercampur kuning tipis di horizon. Sebuah sandikala yang indah. Saya ikut melihat kelangit dan tidak menemukan apa-apa. Saat itulah Mpu Peniti berkata lirih, “Tahukah kau dimana batas langit sesungguhnya ?” Saya tidak menjawab. Cuma tersenyum. Karena sebulan sebelumnya dipuncak Borobudur saya pernah bertanya hal yang serupa. Sayapun tidak menemukan jawaban-nya.

Pernahkah terbayang oleh kita bahwa bilamana semuanya tidak ada, maka apapun tidak ada maknanya. Namun karena kita ada dan alam semesta ini sedemikian besar, dan kita tidak tahu dimana batas akhirnya. Maka setiap jengkal kehidupan kita sangat bermakna. Jodie Foster yang memerankan Ellie Arroway dalam film Carl Sagan yang berjudul “Contact” - didalam film itu berucap :” I'll tell you one thing about the universe, though. The universe is a pretty big place. It's bigger than anything anyone has ever dreamed of before. So if it's just us... seems like an awful waste of space. Right?” Barangkali jawaban atas pertanyaan Mpu Peniti ada dikalimat itu. Kadang kalimat itu pula yang akhirnya memberikan saya rasa aman yang sangat nyaman. Bahwa sesungguhnya Tuhan menyentuh kita tiap saat. Hanya karena saja sangat sering dan sangat berlimpah, kita tidak menyadarinya.

Sejak peristiwa itu saya banyak belajar dari Mpu Peniti. Tentang apa saja. Tetapi terutama belajar memperhatikan yang paling kecil, dan bukan lagi yang paling besar. Hidup saya berubah. Saya belajar menikmati hidup. Tertawa lepas dan tertawa lebih banyak. Terutama sering-sering menertawai diri saya. Selalu melihat hidup dari 2 arah yang berlawanan. Itu sebabnya ketika saya menulis buku “Anti Marketing”, banyak orang menghujat saya dan menuduh saya mencari sensasi saja. Beberapa dosen marketing mengatakan buku saya murtad dan bejat. Kata Mpu Peniti, “Sesuatu dikatakan tidak benar seringkali karena tidak dimengerti orang. Dan sesuatu yang benar seringkali karena sesuatu yang kita sudah terbiasa. Maka benar dan tidak benar, seringkali sama, yang beda cuma sudut pandangnya”.

Kadang saya sendiri sering susah hati, ketika Tuhan dengan begitu mudahnya dijadikan guling oleh kebanyakan orang. Betapa sering orang meminta kepada Tuhan hal-hal yang sangat sepele. Seperti, jangan hujan, jangan macet, dan atau minta kenaikan gaji. Tuhan juga seringkali dijadikan kesimpulan terakhir. Terutama yang berhubungan dengan nasib kita. Orang terlalu gampang menyimpulkan, “Sudah kehendak Tuhan.” Titik dan mau apalagi ?

Hari ini saya berulang tahun ke 50. Setengah abad. Semalam saya bersujud dihadapan Tuhan. Minta ampun. Juga berterima kasih. Atas hidup yang serba nyaman, nikmat dan berkelimpahan. Entah kenapa, saya merasakan Tuhan sangat dekat dengan saya. Seolah ia tampil didepan saya. Memberikan saya enerji dan semangat. Saya sadar bahwa saya tidak akan mungkin bertahan setengah abad lagi. Artinya sisa hidup saya yang entah berapa lama lagi, harus memberi nilai dan manfaat bagi orang banyak 1.000 kali dari apa yang telah saya lakukan selama 50 tahun. Ibarat orang berdagang, saya telah diberikan modal terbaik oleh Tuhan di 50 tahun kehidupan pertama saya. Maka saya wajib menggunakan modal itu sebaik-baiknya dan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya. Buat keluarga, teman, kerabat, orang banyak, bangsa dan negara. Itu yang saya ceritakan kepada Mpu Peniti, ketika dia bertanya saya punya rencana apa di 50 tahun kehidupan saya yang berikutnya ? Mpu Peniti tertawa terkekeh-kekeh mendengar ucapan saya. Ketika saya ditanya mau kado apa, saya cuma minta doa. Beliau manggut-manggut tanda setuju.

Diusia 50 tahun, saya telah berhenti bertanya “Tuhan …. Dimanakah Engkau ?”. Bukan karena saya tahu jawabannya. Semata karena saya sadar, ia telah hadir dan menyentuh saya dalam setiap jengkal kehidupan saya. Sudah 20 tahun terakhir ini, saya mengubah isi doa saya. Tidak lagi saya meminta sesuatu kepada Tuhan. Karena saya sadar bukan itu prosesnya. Setiap kali saya berdoa kepada Tuhan, saya cuma minta ia hadir dalam kehidupan saya. Kehadiran Tuhan inilah yang saya rasakan, secara ajaib memberikan saya kekuatan, keberanian dan kebijakan untuk bertindak dan bersikap.

Pernah sesekali, beberapa orang bertanya kepada saya. Apa agama saya ? Saya cuma tersenyum. Karena saya merasakan pertanyaan ini sangat pribadi. Hubungan saya dengan Tuhan, tidak semestinya dipersoalkan. Biasanya orang-orang itu jadi antusias gara-gara senyuman saya dan kebisuan saya tidak menjawab. Umumnya mereka lalu mencoba merekrut saya untuk masuk ke agama yang mereka peluk. Secara iseng, selalu saja mereka saya goda dengan pertanyaan, “Tuhan …. Dimanakah Engkau ?”. Hampir semuanya selalu gelagapan. Tidak ada satupun yang menjawab dengan pengalaman sendiri. Sungguh aneh. Umumnya mereka menjawab dengan jawaban resmi versi pemimpin agama mereka masing-masing, yang selalu kita dengar dalam kuliah agama. Lewat mata mereka, saya selalu melihat kerinduan yang amat sangat untuk menikmati sentuhan Tuhan.

Buddha pernah berkata, satu tetes demi satu tetes, pada akhirnya akan mengisi penuh satu bejana. Barangkali kebahagian hidup ini semestinya datang dalam bentuk ketekunan dan kesabaran. Satu tetes demi satu tetes. Sebagian orang yang sangat beruntung, ketika lahir bejananya sudah penuh dan berlimpah. Syukurlah, saya perlu 50 tahun untuk mengisi bejana itu hingga penuh. Syukurlah Tuhan telah mengajarkan saya ketekunan dan kesabaran. Tuhan memberikan saya pelatihan hidup yang membuat saya bahagia. Untuk itu saya berterima kasih !

Sunday, May 23, 2010

SETENGAH ABAD KAFI KURNIA

PRESIDEN BASI 2014



Ketika Sri Mulyani bertemu secara resmi dengan para anggota Dewan, seorang diantara mereka nyeletuk, agar Sri Mulyani mau dan bersedia dicalonkan sebagai calon Presiden 2014. Saat membaca adegan itu disebuah surat kabar, saya sempat tertawa. Itu ide yang menarik ! Tak lama kemudian di internet beredar sejumlah ajakan dan gerakan, untuk mewujudkan celetukan itu agar menjadi kenyataan.

Dalam sebuah diskusi terbatas, belum lama ini, beberapa teman menggagas agar tahun 2014 kita punya pilihan calon presiden yang lebih baik. Alasan-nya sangat sederhana. Bila kita lihat peta pimpinan partai besar yang berkuasa saat ini, sebenarnya kita sudah bisa meraba siapa-siapa saja yang bakal menjadi Presiden di 2014 dan 2019. Dan teman saya menyebutnya “presiden basi”. Saya terusik mendengarnya, walaupun sedikit kontroversial, namun memiliki sejumlah kebenaran juga. Ekonomi dunia berubah porosnya. Lihat saja Eropa yang tak reda dirundung krisis. Dan Amerika yang memicu krisis dua tahun yang lalu. Asia dengan kekuatan super ekonomi bersama Cina, Jepang dan Korea menjadi benteng ekonomi yang sangat sukar disaingi dalam 10 tahun mendatang. Seorang teman mengirim humor lewat Black Berry, “Barangkali Tuhan itu orang Cina. Jadi jangan heran apabila semua produk didunia dibuat oleh Cina” Dalam lomba ekonomi 10 tahun mendatang, Asia akan bertambah sakti, karena India akan semakin terbuka dan menjadi kekuatan terbaru ekonomi Asia. Dan kalau saja kita menemukan pemimpin yang dahsyat, maka Indonesia punya peluang menjadi kekuatan ekonomi kelima di Asia setelah Cina, Jepang, Korea dan India.

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia telah berhasil menjadi kekuatan demokrasi baru di Asia. Sebuah perjalanan panjang yang melelahkan selama 12 tahun. Kita sudah mengalami 4 kali pergantian presiden yang berbeda. Secara politik mungkin Indonesia boleh terpujikan. Tetapi dalam ekonomi, kita masih berjalan ditempat. Itu yang dirasakan hampir semua orang kebanyakan. Teorinya dengan modal yang luar biasa. Seperti jumlah penduduk ke 4 terbesar didunia. Tanah dan laut yang sangat subur. Dan potensi sumber daya alam yang berlimpah. Mestinya Indonesia tidak akan sulit menjadi kekuatan ekonomi Asia berdampingan dengan Cina, Jepang, Korea dan India. Solusinya kita butuh “pemimpin yang tidak basi”, yang mengerti tentang potensi ekonomi ini, yang punya ambisi besar mewujudkan visi ekonomi ini, dan kemampuan manajemen untuk mewujudkan-nya dalam periode 5 -10 tahun.

Barangkali ini dasar pemikiran yang sangat “urgent”, kenapa teman saya kesal, ngebet pemimpin baru yang segar, dan “tidak basi” ditahun 2014 nanti. Mungkin sebuah pertanyaan yang basi pula, bilamana kita bertanya : “Masa sih dari 200 juta orang lebih, kita tidak bisa menemukan satu-pun orang yang cakap memimpin ?” Sama dengan pertanyaan, masa sih dari 200 juta orang lebih, kita tidak bisa menemukan beberapa atlit berbakat untuk sepakbola, bulu tangkis dsbnya ? Pertanyaan basi yang selalu berdengung ketika kita kesal tim sepak bola dan tim bulu tangkis kita kalah melulu ! Jawabnya pasti bisa dan pasti ada. Masalahnya kita serius tidak mencari dan mendidik calon atlit itu ? Andaikata saya boleh membuat sebuah perbandingan. Dalam piala dunia Juni 2010 mendatang di Afrika Selatan, negara-negara kecil seperti Cameroon, Ivory Coast, Ghana dan Honduras yang memiliki populasi penduduk hanya 7 juta hingga 21 juta, berhasil masuk piala dunia. Kita, Indonesia belum punya kesempatan seperti itu. Nah, bilamana dan jikalau boleh membuat perbandingan secara potensi ekonomi. Berdasarkan data nominal GDP 2008 versi World Bank, Indonesia menduduki nomer 19. Bandingkan dengan Cameroon (88), Ivory Coast (87), Ghana (100) dan Honduras (107). Mestinya Indonesia punya prestasi segudang, apabila kita lihat urutan dan potensi ekonominya. Tapi benar pula; apabila angka diatas disanggah dengan perdebatan bahwa tidak ada hubungannya langsung antara ekonomi dengan dengan prestasi olah-raga.

Pernah sekali, Mpu Peniti pernah mengatakan kepada saya, ketika seseorang sangat minim dalam harta dan benda, tetapi ia sadar bahwa harta terbesarnya adalah dirinya sendiri, maka tidak ada lagi batas yang memisahkan prestasi yang bisa dicapainya. Miskin bukanlah penghalang. Ia bisa mencapai prestasi apapun yang ia inginkan. Tetapi Mpu Peniti juga mengatakan bahwa sebaliknya seseorang yang kelimpahan dalam harta dan benda tetapi gagal berbuat apa-apa. Maka dosanya dobel. Ia bodoh tidak bisa memanfaatkan peluang. Dan durhaka karena gagal berbuat kebajikan bagi orang banyak.

Tantangan-nya barangkali adalah bagaimana kita bisa mencetak kader-kader pemimpin yang pas ? Karena selama 12 tahun ini, partai politik di Indonesia telah gagal semua. Bukan pemimpin bagus yang berhasil dicetak, melainkan partai politik cuma dijadikan kendaraan menuju kekuasaaan. Sehingga pemimpin yang dihidangkan kepada kita, hingga hari ini semuanya basi. Tak jauh dari area pengkultus-an seseorang. Celakanya dalam menentukan kepemimpinan baru saat ini, mulai muncul tradisi buruk. Yaitu pewarisan kekuasaan dan kepemimpinan. Di berbagai daerah sudah muncul pilkada yang menampilkan istri dari Bupati atau Gubernur yang selesai berkuasa. Demikian pula di partai politik, anak-anak pimpinan partai di wacanakan sebagai pewaris dan penerus kepemimpinan. Seolah sebuah kepemimpinan adalah kepemilikan mutlak tokoh tertentu. Mirip kepemilikan tanah saja. Kepemimpinan kan bukan hak satu keluarga saja. Hingga diwariskan dari kakek ke anak cucu. Sungguh tradisi yang sangat feodal. Kalau sistim mencetak kader pimpinan di Indonesia masih berkutet di wilayah sempit ini, kapan kita bakalan punya pemimpin yang bagus ?

Mencetak kader pimpinan bangsa, sebenarnya bisa dilakukan secara lebih sistimatis dan matematis. Katakanlah kita dalam sepuluh tahun mendatang kita ingin punya kolam bakat calon pemimpin yang cukup banyak dan luas. Pemimpin yang ideal, matang dan memiliki pengalaman yang cukup dengan rentang usia 40-50 tahun. Maka saat ini, pertama-tama yang harus kita pilih adalah kolam latihnya. Agar produktif dan menyerap kemajemukan profesi dan gender, kolam latihnya jangan dibatasi. Bisa saja kolam latih itu berada di satuan militer, pemerintahan daerah, perusahaan BUMN, dan swasta. Namun pembibitan itu sudah harus dimulai dengan melihat bakat-bakat para eksekutif yang berusia 30’an saat ini. Mereka harus diberikan tanggung jawab, wawasan dan tugas-tugas memimpin yang luas. Ibaratnya intan, mereka harus terasah benar dalam 5-10 tahun mendatang, kita punya banyak pemimpin yang benar-benar kemilau dan kinclong.

Tantangan berikutnya adalah bagaimana partai politik bijaksana mengakses kolam bakat ini, atau sebaliknya bagaimana calon-calon pemimpin ini diberikan akses politik, sehingga mereka punya kesempatan mendarma baktikan kemampuan dan pengalaman memimpin-nya. Dalam 12 tahun terakhir ini, partai-partai politik di Indonesia mengalami konsolidasi, perpecahan dan selalu saja muncul partai sempalan baru. Semata-mata karena di negara demokrasi Indonesia ini sendiri, partai politiknya belum 100% arif berdemokrasi. Kekuasaan cenderung di patri dan dipasung hanya untuk kelompok esklusif. Kelompok yang kecewa akhirnya membuat partai baru dan seterusnya. Sehingga partai politik besar cenderung tidak mengalami penguatan melainkan sebaliknya pengeroposan bakat dan kekuatan. Potensi dan bakat yang baik tidak terkumpul dalam satu kekuatan, melainkan terpecah-pecah tidak keruan.

Tahun 2014 memang masih 4 tahun lagi. Namun menurut Mpu Peniti, bilamana kita mau membaca tanda-tanda alam, tahun 2014 yang memiliki perhitungan 2+0+1+4 = 7 akan menjadi tahun yang sangat penting. Menurut kepercayaan tradisonal Jawa, angka 7 merupakan angka yang sempurna. Lingkungan kita memiliki sejumlah angka 7. Dimulai dari seminggu ada 7 hari. Manusia yang memiliki 7 lubang. Sehingga 7 juga diaplikasikan dalam ilmu arsitektur secara tradisi. Konon Candi Borobudur saja mempunyai 7 tangga dan 7 gerbang. Dan yang membuat saya bulu saya berdiri, adalah perkataan Mpu Peniti bahwa tahun 2014 kita bakal punya presiden ke 7, setelah Soekarno, Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY. Saya sendiri mulanya skeptis, namun melihat kesungguhan air muka Mpu Peniti ketika bercerita saya ikut manggut-manggut juga. Saya tentu saja berharap Presiden ke 7 Indonesia di tahun 2014, adalah presiden dengan kepemimpinan baru yang segar. Bukan presiden basi ! Barangkali cuma waktu yang akan membuktikan, bilamana Sri Mulyani akan kembali ke Indonesia dan menjadi Presiden ke 7 Indonesia ! Kita sebagai rakyat kecil akan terus berharap !

Saturday, May 08, 2010

SRI MULYANI - SEBUAH "PREDICTABLE SURPRISES"



Barangkali penjelasan misteri pengunduran diri Sri Mulyani, hanya ada pada perkataan astronot beken Neil Armstrong yang berkata : “Mystery creates wonder and wonder is the basis of man's desire to understand." Seingat saya, usai diperiksa KPK kesekian kalinya, Sri Mulyani memberikan statement tentang kegusaran beliau, untuk mencari kepastian hukum. Sayangnya, sang Presiden, bapak SBY tidak memberikan tanggapan. Hanya berdiam diri. Selang sehari muncul di surat kabar dan media, tiba-tiba saja Sri Mulyani mengundurkan diri. Dengan alasan karena ada jabatan lebih prestise menunggu di World Bank. Spekulasi dan reaksi kemudian heboh di surat kabar dan media. Terutama tentang siapa yang bakal menggantikan-nya. Lalu dalam 24 jam menyusul, beredar kabar ada satu partai politik yang mengambil sikap melunak - ingin menutup kasus Bank Century tanpa memperpanjangnya. Surat kabar dan media makin heboh, jangan-jangan jabatan pengganti Sri Mulyani sudah dinegosiasikan untuk partai politik itu. Pokoknya ramai dan konon sampai mempengaruhi pasar, dari kurs hingga bursa saham.

Saya yang awam dan hanya bisa menguping kanan kiri, mulai mencerna sejumlah gosip, rumor dan berita-berita miring. Yang akhirnya memang seperti dikatakan Neil Armstrong misteri itu mewariskan sejumlah keheranan. Heran nomer satu, tentu saja jabatan sepenting itu di Bank Dunia, tidak mungkin diputuskan dalam waktu singkat, pasti memakan proses panjang dan waktu yang cukup lama. Ada pihak yang mengatakan kepada saya, mustahil tokoh sekaliber Sri Mulyani tega meninggalkan Indonesia dengan sejumlah tanggung jawab yang berat; hanya untuk sebuah jabatan diluar negeri, seberapa-pun prestise dan bernilainya. Bayangkan saja apa jadinya kalau Presiden SBY mengundurkan diri hanya gara-gara ditawari jabatan jadi Sekjen PBB misalnya. Jadi kesimpulan-nya pasti ada apa-apanya.

Heran nomer dua, koq waktu dan ketepatan momen-nya terkesan tiba-tiba dan bersinggungan dengan kasus Bank Century dan kasus Pajak yang sedang sangat panas dan heboh. Maka pengertian nomer satu, jangan-jangan pengunduran diri Sri Mulyani memang ada apa-apanya. Spekulasi sejumlah orang yang saya dengar – kemungkinan Presiden SBY dan Sri Mulayani memang kurang akur. Indikasinya adalah statement Sri Mulyani tentang kepastian hukum. Jangan-jangan Sri Mulyani tidak sudi dijadikan kambing hitam masalah Bank Century dan harus pasang badan. Apalagi kalau sampai masuk pengadilan dan dipenjara pula. Malunya bukan main. Semua prestasi dan reputasi yang sudah dicapai akan pupus begitu saja. Di republik ini, sekarang ada sebuah fenomena unik, bahwa semua bekas pejabat itu korup. Dan target empuk untuk dipenjarakan. Buktinya sudah berapa bekas gubernur dan bekas menteri yang masuk penjara. Kalau ini berlangsung terus menerus, siapa tahu kita bakalan kehabisan calon gubernur dan calon menteri.Karena semuanya di penjara.

Heran nomer tiga, jangan-jangan pengunduran diri Sri Mulyani sebenarnya sudah mengorbankan Sri Mulyani. Secara halus artinya Sri Mulyani memang berhasil dicungkil dari posisi-nya. Gosip dan rumornya, tekanan untuk mundur sudah datang sejak lama secara bertubi-tubi. Pertama, karena memang bangku empuk ini di-incar banyak orang. Maklum secara teori siapapun yang menguasai duit, maka dialah yang paling berkuasa. Itu sebabnya 3 jabatan strategis (Gubernur Bank Indonesia – Menteri Keuangan – dan Menteri Ekonomi) di republik ini selalumenjadi tulang yang paling gurih untuk diperbutkan semua pihak yang ingin berkuasa. Buktinya sehari setelah, Sri Mulyani mundur - sudah ada partai politik yang memberikan tanda melunak atas kasus Bank Century. Seolah memberi tanda bahwa partai ini siap kompromi apabila kursi menteri keuangan diserahkan kepada partai tersebut. Pengertian kita, mengapa sih Sri Mulyani harus mundur ? Apakah betul cuma gara-gara kasus Bank Century ? Seorang kuli tinta senior, kemarin memberikan sebuah pengertian yang berbeda. Tentu saja spekulatif, tapi bisa juga masuk akal. Sang kuli tinta bercerita bahwa kasus Bank Century cuma asapnya saja. Api sesungguhnya adalah kasus pajak. Kasus seperti Gayus dan pegawai pajak di Surabaya, itu cuma kulitnya saja. Apa jadinya bila kasus ini merembet dan meledak ? Bisa menjadi kebakaran yang sangat besar. Akibatnya sulit terbayangkan. Reformasi birokrasi ditubuh Departemen Keuangan, bisa membahayakan banyak orang. Dan dampaknya sangat jauh dibanding kasus Bank Century. Posisi Sri Mulyani bisa sangat dan serba sulit. Bila ia maju terus dan melakukan reformasi besar-besaran, jangan-jangan tembok keras sudah siap menghadang didepan. Tidak maju dan tidak berbuat apa-apa, juga mustahil buat tokoh seperti Sri Mulyani. Mendengar ulasan itu, saya cuma manggut-manggut saja mendengarnya. Pikir saya, kalut banget ini republik. Tulen benang kusut !

Heran yang terakhir barangkali, adalah siapa yang bakal menggantikan Sri Mulyani ? Spekulasi ini tentu saja sangat panas. Padahal sebenarnya Presiden SBY banyak dipuji orang secara diam-diam. Karena ibarat main sepak bola, Indonesia dikawal 2 wanita profesional, satu diperdagangan dan satu di keuangan. Mirip back kanan dan back kiri. Dan ada pak Boediono di poros dalam. Harapan banyak orang terhadap ekonomi Indonesia 2010 cukup tinggi. Dan memberikan kenyamanan pasar tersendiri. Dengan mundurnya Sri Mulyani, sebagian kenyamanan itu jelas pupus. Itu sebabnya spekulasi tentang pengganti Sri Mulyani, menjadi pasar taruhan yang tidak kalah menarik dibanding taruhan bola.

Yang paling kasihan tentu saja adalah pengganti Sri Mulyani. Siapapun orangnya ? Dan apapun bobotnya ? Karena ia selalu akan dibanding-bandingkan dengan Sri Mulyani. Melihat SBY memilih calon pengganti yang tepat juga akan sangat seru dan menegangkan. Karena ini akan menjadi tes ketegasan sikap SBY. Kalau solusi politik yang dipilih, dan jabatan Menteri Keuangan kelihatannya bakal diberikan sebagai upeti kesebuah partai politik. Akibatnya citra yang akan muncul jelas melemahkan SBY. Seolah-olah kompromi politik telah terjadi dan pemerintahan SBY disandera partai politik tertentu. Sebaliknya bilamana SBY memilih solusi manajemen dan mencari calon pengganti yang 100% profesional, siapa pula tokohnya ? Seorang teman mengatakan mencari tokoh yang setara dengan Sri Mulyani saja sudah sulit, apalagi mencari yang lebih hebat.

Saya sendiri jauh lebih optimis. Kalau kita teliti dan bijak mencari, tokoh profesional itu pasti ada. Max H. Bazerman dan Michael D. Watkins, penulis buku – “Predictable Surprises”, mengatakan bahwa salah satu penyebab malapetaka adalah kebiasa-an kita melakukan pembiar-an. Banyak pemimpin yang memiliki data dan informasi, karena segan atau hal-hal lain, cenderung membiarkan sesuatu, yang akhirnya menjadi malapetaka. Sikap membiarkan ini bisa menjadi budaya masa bodoh yang sangat berbahaya. Pengunduran diri Sri Mulyani adalah salah satu “Predictable Surprises” di tahun 2010. Yang mungkin saja akan merembet dan bertambah banyak. Sedemikian banyak masalah direpublik ini, yang jelas-jelas sudah tidak lagi bisa dibiarkan begitu saja. Biarpun tampaknya seperti benang kusut sekalipun. Adalah tugas kita untuk mengurainya satu demi satu dan mencari solusi yang pas. Bila kita tetap masa bodoh, maka kita akan menjadi bodoh beneran !

Buat Sri Mulyani kita ucapkan – “Congratulations” dan selamat berkarya. Dan buat presiden SBY kita doakan beliau akan diberikan jalan untuk menemukan calon pengganti yang pas !

Thursday, May 06, 2010

JAIL BANGET SIH .... PEREMPUAN CANTIK BERBAHAYA BAGI KESEHATAN ANDA !



Perempuan Cantik Merusak Kesehatan Anda

VALENCIA, KOMPAS.com –

Bertemu perempuan cantik dapat berakibat buruk bagi kesehatan Anda, demikian hasil penelitian sejumlah ilmuwan.

Sebuah penelitian dari University of Valencia, sebuah universitas tertua dan terbesar di Spanyol, menyebutkan, berada lima menit hanya berdua dengan seorang perempuan cantik dapat meningkatkan level cortisol, hormon stres tubuh, pria. Efek ini meningkat pada pria yang percaya bahwa perempuan tersebut "di luar jangkauan mereka'.

Cortisol diproduksi tubuh yang mengalami stres fisik atau psikologis dan telah dikaitkan dengan penyakit jantung.

Koran Telegraph, Senin (3/5) melaporkan, para peneliti telah menguji 84 mahasiswa pria dengan meminta mereka duduk di sebuah ruangan dan memecahkan teka-teki Sudoku. Dua orang asing, satu laki-laki dan satu perempuan, juga ada di dalam ruangan tersebut.

Ketika perempuan asing itu meninggalkan ruangan dan dua orang pria itu tetap duduk di sana, tingkat stres kedua relawan pria itu tidak muncul. Namun, ketika seorang relawan pria tinggal sendirian dengan si perempuan asing yang cantik, tingkat cortisol-nya meningkat.

Para peneliti menyimpulkan, "Dalam penelitian ini, kami menilai bahwa bagi sebagian besar pria, kehadiran seorang perempuan cantik dapat menyebabkan persepsi bahwa ada kesempatan untuk pacaran. Sementara sejumlah pria mungkin menghindari perempuan yang atraktif karena berpikir, mereka 'tidak mungkin dapat memacari perempuan tersebut', mayoritas akan merespon dengankecemasan dan sebuah respons hormonal yang terjadi berbarengan."

"Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat cortisol pria meningkat setelah terjadi kontak sosial singkat selama lima menit dengan seorang wanita muda yang menarik."

Cortisol dapat memiliki efek positif dalam dosis kecil, yaitu meningkatkan kewaspadaan dan kesejahteraan. Namun, peningkatan kadar cortisol kronis dapat memperburuk kondisi kesehatan, seperti memicu penyakit jantung, diabetes, hipertensi dan impotensi.

Monday, May 03, 2010

SURAT CINTA - from the movie SILK



“My dear master, ….
Do not be afraid. Do not move. Do not speak.
No one will see us. Stay as you are. I want to look at you.
We have the night to ouselves and I want to look at you.
Your body over me… your skin, your lips. Close your eyes. No one can see us.
And I am here at your side.
Do you feel me? When I touch you for the first time… it will be with my lips.
You will feel the warmth but you will not know where.
Perhaps, it will be on your eyes. I will press my mouth to your eyes and you will feel the warmth.
Open your eyes now, my beloved.
Look at me. Your eyes on my breast, your arms lifting me, letting me slide on to you.
My faint cry, your body quivering. There is no end to it… don’t you see?
You will forever be throwing your head back.
I will forever be shaking off my tears. This moment had to be.
This moment is… and this moment will continue from now until forever.
We shall not see one another again.
What we were meant to do, we have done.
Believe me, my love, we have done it forever.
Preserve your life out of my reach and if it serves your happiness, do not hesitate for a moment, to forget this woman who now says, without a trace of regret. Farewell."

Sunday, May 02, 2010

Benedictus - Yang tidak pernah berhenti mencari !



Beberapa hari sebelum Paskah, saya di BB, Mpu Peniti. Kata beliau, ada oleh-oleh menunggu saya. Menjelang sore hari itu, saya tiba di rumah beliau. Kami ngobrol, dan kali ini obrolan digelar ditempat yang sangat istimewa. Di ruang perpustakaan beliau. Hampir 20 tahun saya mengenal beliau, dan entah sudah berapa ratus diskusi dan perdebatan yang kami lalui, semuanya hampir tidak pernah kami lakukan di ruang perpustakaan beliau. Saya selalu merasa ruangan itu magis, dan sakral. Saya cuma pernah masuk diruangan itu hanya sesekali. Dan itupun untuk waktu yang serba singkat.

Ruang perpustakaan Mpu Peniti cukup luas. Dahulunya bekas kamar utama. Dindingnya penuh dengan foto-foto beliau dengan berbagai tokoh. Ada yang sangat terkenal, adapula cuma orang biasa. Namun difoto diberbagai tempat. Menunjukan kalau Mpu Peniti sudah melang-lang buana. Disudut sebelah kiri ada gong yang sangat tua. Renta namun masih terlihat angun. Rak-rak buku tertata rapi dengan buku-buku tua koleksi Mpu Peniti. Disudut sebelah kanan ada lemari tempat menyimpan beberapa barang antik dan keris-keris tua. Tidak ada komputer. Tidak ada televisi. Juga tidak ada radio dan alat-alat memutar musik. Namun kamar ini dilengkapi dengan seperangkat sofa yang sudah tua. Kusam warna-nya, namun tetap memperlihatkan kenyamanan yang akrab. Konon beliau biasa membaca berjam-jam di sofa itu. Dekat sofa ada sebuah meja kecil. Diatasnya ada seperangkat alat permainan catur. Bukan yang mahal, dibuat dari kayu biasa. Dan bisa dibeli dimana-mana. Hanya saja, diatas papan catur, ada sejumlah buah catur yang mensiratkan ada satu permainan yang belum selesai. Saya selalu penasaran. Ingin tahu cerita dan misteri tentang permainan yang tidak pernah selesai itu.

Rupanya rasa penasaran saya akan terselesaikan hari ini. Sambil menikmati teh melati dari Yogyakarta, dan kacang rebus, mulai-lah Mpu Peniti mendongeng. Konon, saat Mpu Peniti masih muda dan bujangan, di Yogyakarta, beliau berkenalan dengan seorang pemuda, bernama Benedictus. Tidak ada yang tau darimana persisnya dia berasal. Benedictus juga seolah enggan bercerita. Kulitnya memang hitam legam dan rambutnya keriting. Mpu Peniti juga tidak pernah usil bertanya dari mana asalnya. Ben, begitu ia sering dipanggil, seringkali hanya mengatakan kampung halaman-nya jauh. Ben, seorang pemeluk agama Katolik yang saleh. Rajin beribadah, dan prilakunya sangat halus. Ia selalu bangga dengan namanya yang artinya “diberkati”.

Ben, berkenalan dengan Mpu Peniti, pada saat Ben bekerja menjadi penjaga pintu disebuah sekolah swasta. Saat itu Ben, masih buta huruf. Ia sering ditipu, ketika orang tahu kelemahan Ben. Mpu Peniti kemudian mengajarkan Ben, membaca dan menulis. Disanalah awal persahabatan mereka. Walaupun buta huruf, Ben pandai bermain gitar dan catur. Mpu Peniti belajar bermain catur justru dari Ben. Berdua mereka saling belajar dan mengajar. Tak lama kemudian, setelah pandai membaca dan menulis, Ben belajar menjual kayu. Terutama kayu gaharu dan kayu ulin untuk bahan membuat aneka cindera mata. Kehidupan Ben cepat menanjak. Punya sepeda motor dan rumah. Mpu Peniti sangat bangga dengan perkembangan Ben. Sampai suatu hari, Ben datang ke rumah Mpu Peniti. Raut mukanya sangat gelisah. Bicaranya terbata-bata, kurang jelas. Selidik punya selidik, Ben gugup setengah mati. Ia jatuh cinta dengan seorang gadis Solo. Ben, minta Mpu Peniti untuk menjadi wali dan melamar gadis itu. Tentu saja terjadi kehebohan yang luar biasa. Keluarga sang gadis menolak mentah-mentah. Maklum saat itu perkawinan antar etnik yang berbeda sangat jauh, masih terbilang langka dan jarang. Ben, tidak patah semangat. Ia pindah ke Solo dan membesarkan usahanya disana. Singkat cerita dengan kesabaran yang luar biasa, akhirnya Ben bisa juga menikahi gadis Solo puja-annya. Syaratnya Ben harus pindah dari Solo. Itupun dipenuhi Ben dengan patuhnya. Mereka pindah ke Bali, dan mulai dari nol. Usaha dan keluarga, dijalani Ben dengan ketekunan luar biasa. Sampai pada sukses yang berikutnya dan mereka pindah ke Jakarta.

Persahabatan Ben dan Mpu Peniti semakin akrab. Ben sering sekali mampir ke Yogyakarta. Mereka selalu bertukar kisah dan pengalaman. Tahun 1992, istri Ben kena penyakit kanker. Ben tentu saja resah dan gelisah luar biasa. Saat itu semua usaha dan bisnisnya ia serahkan kepada putera-puteranya. Ia melepaskan semuanya. Tujuan hidupnya cuma ada satu. Ia fokus pada satu tujuan hidup, yaitu mengobati penyakit istrinya. Tahun 1996 istri Ben wafat. Ben sangat terpukul sekali. Tak lama kemudian ia menghilang. Tidak ada kabar cerita. Menurut gosip Ben menyepi disejumlah biara di Timur Tengah. Ben berkelana diberbagai kota seperti Yerusalem dan Bethlehem. Konon ia mencari sejumlah arti. Tahun 1998 sebelum kerusuhan Mei, Mpu Peniti menerima surat dari Ben. Ia berada di Roma dan Vatikan. Menjelang akhir tahun 1998, Ben kembali mengunjungi Mpu Peniti. Sembari bermain catur, ia bercerita panjang lebar tentang pengalaman-nya. Kadang saking serunya Ben bercerita, permainan catur mereka tidak pernah diselesaikan. Dan selalu dilanjutkan pada kunjungan berikutnya.

Beberapa hari menjelang Paskah tahun 2000, Ben wafat dengan tenang didalam tidurnya. Tidak ada keluhan penyakit sama sekali. Dokter hanya menjelaskan Ben terkena serangan jantung dalam tidurnya. Semua putera putri Ben menganggap kepergian Ben lebih gaib dan sakral dari penjelasan dokter. Saat itu, masih ada satu permainan catur yang tidak diselesaikan Ben. Itu sebabnya Mpu Peniti masih saja membiarkan papan catur itu berisi permainan yang tidak diselesaikan Ben, tetap utuh di perpustakaan beliau. Buat Mpu Peniti, permainan catur yang tidak selesai itu, ibarat sebuah memorial untuk seorang sahabat yang istimewa. Setahun setelah Ben wafat, seorang puteranya datang ke Yogyakarta, menemui Mpu Peniti. Ia membawa sebuah kotak dengan ukiran Jepara, dan menyerahkannya kepada Mpu Peniti. Pesan Ben, kalau ia wafat, maka kotak itu harus diwariskan ke Mpu Peniti. Didalam kotak, ada sejumlah catatan, beberapa foto, dan 2 buah rosario. Rupanya sebagian pengalaman Ben, selama menghilang hampir 2 tahun terekam di sejumlah catatan itu. Yang unik, semua catatan itu tidak direkam dalam satu buku. Melainkan tercecer dalam sejumlah bundel kertas-kertas lepas, yang tidak seragam.

Usai bercerita tentang perjalanan hidup Ben, dan misteri papan catur dengan permainan yang belum selesai, Mpu Peniti menitipkan kotak berukiran Jepara itu kepada saya. Beliau berpesan bahwa cerita tentang hidup Ben harus saya teruskan. Saya terharu sekali. Terus terang saya tidak berani membuka dan membacanya. Barulah setelah Paskah berakhir, saya mulai membacanya sedikit demi sedikit. Dan lebih mendalami apa perasaan Ben. Isinya sangat pribadi sekali. Kadang tak terasa saya meneteskan airmata terutama ketika Ben bercerita tentang perasaan cintanya yang sangat mendalam terhadap istrinya yang sangat dikasihinya itu. Ben, merasakan sebuah kehampaan yang luar biasa ketika istrinya wafat. Ben bertutur bahwa lapar dan haus seringkali hapus pupus oleh kesedihan-nya. Ia merasakan seluruh tubuhnya lumpuh dan mati rasa. Ben mengaku ia benar-benar tidak paham apa perasaan dirinya yang asli. Karena sama sekali bukan kesedihan. Tetapi satu perasaan yang benar-benar asing. Barangkali itu yang membuat ia pergi menyendiri selama hampir 2 tahun

Cerita tentang Ben bukanlah cerita “superhero” yang fantastis. Tetapi cerita tentang orang kebanyakan yang biasa-biasa saja. Namun, cerita ini punya kelengkapan arti yang mungkin jarang kita temui. Tentang berjuang dalam hidup, tidak mau menyerah, dan berusaha membuat setiap langkah yang diambil memiliki makna dan kepatutan. Kadang kita suka bertanya pada diri kita sendiri, terutama disaat-saat yang sangat sulit, dan dikala kita merasa dikucilkan oleh Tuhan dan diberlakukan dengan tidak adil – “Untuk apa sebenarnya kita hidup ini ?” Sebagian dari kita menyerah dan tidak mau pusing. Jalani saja hidup ini. Dan nikmati selama kita mampu. Ben, berbeda dengan kita. Ia termasuk yang langka. Yang terus mencari tahu. Karena pada akhirnya makna atau arti menjadi nilai yang paling berarti. Bahwa kehidupan ini menjadi sakral karena kita akhirnya mengerti. Biarpun dalam kemampuan yang sangat terbatas.

Dalam satu lembar catatan Ben, dikutipnya sebuah ayat di Kitab Suci, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan." – Matius 7: 7-8.

Saya tidak mengenal Ben. Saya juga tidak tahu apa perasaannya. Tetapi usai membaca catatan Ben, saya yakin bahwa pada akhirnya Ben bahagia. Tebakan saya, Ben berhasil menemukan apa-pun yang dicarinya. Mungkin tidak seluruhnya. Tetapi cukup memberi makna dan arti. Disebuah kartu pos bergambar sebuah gereja kecil, Ben menuliskan –“ Εὕρηκα” – atau “Eureka !”