Thursday, November 27, 2008

TAWA GILA ALA KAFI KURNIA

KAFI KURNIA DI SURABAYA 2 DESEMBER 2008

Tertawa lepas meski di tengah hempasan krisis. Itulah yang ingin dibagi dengan masyarakat Surabaya lewat Suara Surabaya, Senin (24/11).

Pada 2 Desember mendatang, KAFI KURNIA Konsultan Marketing, Praktisi, Kolumnis, Trainer dan Motivator handal bersama dengan ERRY FIRMANSYAH Direktur Bursa Efek Indonesia menjadi pembicara dalam Dinner Gathering Seminar Prospek Ekonomi 2009.

Senin (24/11), KAFI pun memberi sedikit ‘pemanasan’ khususnya bagi pendengar Suara Surabaya yang ingin mendapat jurus jitu menangkal krisis. Pria yang terkenal dengan buku ‘Anti Marketing’-nya itu membocorkan tips bagaimana bertahan menghadapi krisis bahkan bisa tertawa lepas di tengah badai krisis.

Tawa lepas KAFI yang khas semakin menambah kesan bahwa KAFI tidak ikut terseret krisis. Maklum, sampai 19 Desember mendatang, KAFI fully book menjadi trainer. Selain itu, KAFI meyakini bahwa di balik krisis selalu ada peluang.

“Idenya adalah sederhana setiap kali terjadi krisis pasti ada opportunity yang terselubung. Kalau Indonesia tidak ada krisis nggak mungkin kita ganti Presiden 5 kali,” ujarnya sambil melepaskan tawa khasnya.

Krisis bagi satu orang, lanjut KAFI, mungkin menjadi peluang buat orang lain. Inilah yang kemudian oleh KAFI disebut arus balik. Artinya, ada kesadaran yang luar biasa untuk menyiasati krisis menjadi sebuah modal menghadapi masa depan.

Kata krisis disebutkan KAFI sudah dipolitisir oleh sebagian kalangan. Karena itu dengan tertawa lepas, KAFI berusaha memberikan energi positif bagi orang lain. Dengan demikian, diharapkan energi positif ini akan menyebar dan membangkitkan orang lain.

“Menurut saya sejak ‘98 kata krisis itu telah dijadikan komoditas politik oleh berbagai orang karena itu dipolitisasi dan ditekankan di kepala kita bahwa kita masih dalam keadaan krisis, krisis, krisis. Kapan membangunnya, kapan mau bangkitnya?," paparnya.

"Saya kan bilang itu (krisis) kan ada peluangnya. Kalau kita beri energi negatif di republik ini negatif. Negatif menarik negatif, kenegatifan itu demikian besar. Kalau coba positif, kemudian semua orang mulai bangkit berarti jadi aura positif yang akan menyebar dan orang akan menikmati dan yah okay lets do something,” sambung KAFI.

Masih banyak jurus-jurus lain yang ingin disuguhkan KAFI. Jika Anda tertarik mendapatkan jurus penangkal krisis ala KAFI KURNIA dan berdialog dengannya atau sekedar penasaran dengan tawa lepasnya, ikuti saja Dinner Gathering Seminar di Isyana Ballroom Hotel Bumi Surabaya. Siapa tahu Anda bisa memunculkan peluang di tengah hempasan krisis setelah berguru pada si Biang Penasaran KAFI KURNIA.(git)

Wednesday, November 26, 2008

Sunday, November 23, 2008

BERCATUR DALAM KRISIS

Saya tidak ingat persisnya kapan. Tapi antara tahun 1987 dan tahun 1988, didalam mobil saya pernah bertanya, kepada almarhum Bapak MS.Kurnia, pendiri HERO Supermarket. “Apakah mencari uang itu sulit ?” Beliau cuma tertawa dan terseyum. “Mudah sekali”, begitu jawab beliau. Sambil pandangan matanya menatap seorang pengemis di pinggir jalan. “Pokoknya, asal kamu berani malu !”, begitu beliau menegaskan. Dan akhirnya sayapun mengerti. Bahwa mencari uang itu sebenarnya sangat mudah. Tengok saja, pengemis, pengamen, pemulung, tukang parkir liar, dstnya. Semua mencari uang dengan modal seadanya. Memang tidak ada jaminan uang-nya akan banyak. Tetapi membuktikan bahwa mencari uang itu mudah.

Lalu saya menyambung dengan pertanyaan berikutnya, “Kalau menjadi kaya raya, mudah atau sulit ?” Beliau lalu terbahak, katanya : “Nah, kaya raya itu sulit. Karena butuh strategi yang pas.” Beliau mencontohkan 2 warung yang menjual nasi dijalan yang sama. Berdua mereka start disaat yang sama. Keduanya menjual makanan yang mirip. Tapi selang beberapa tahun, yang satu maju dan makin ramai tapi satunya tetap saja sama seperti sedia kala. Tidak ada kemajuan yang berarti. Apakah artinya berbisnis menjadi sangat sulit ? Karena harus mahir berstrategi ?

Menurut Mpu Peniti, mentor dan guru spiritual saya, kebetulan punya hobi main catur. Saya juga seneng main catur sejak sekolah SMP dulu. Lewat Mpu Peniti, dan berkali-kali kami main catur, saya mendapat beberapa pelajaran dari beliau. Secara filosofis, mengajarkan saya tentang strategi dan aplikasi praktisnya dalam bisnis. Catur memang permainan strategi. Kita membuat satu langkah. Dan musuh kita bereaksi dengan langkah tandingan. Begitu seterusnya sampai satu pihak memenangkan posisi mematikan yang disebut – “skaak mat”. Bisnis juga sama. Mekanisme pasar dan kompetisi-nya juga berdasarkan aksi atau serangan dan reaksi balik. Namun anda mesti mengerti betul filosofisnya. Kata Sun Tzu, jangan menyerang musuh ! Tetapi seranglah strategi musuh ! Baru anda mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya.

Pemain catur yang tidak berpengalaman, cenderung berkonsentrasi untuk memakan buah musuh sebanyak-banyaknya. Ia memancing pertempuran yang sifatnya fisik. Sebaliknya pemain catur yang berpengalaman cenderung untuk bermain dengan membaca langkah-langkah yang bakal diambil musuh. Ia mencari peluang untuk menempatkan buah caturnya yang berakibat “skaak mat”. Artinya ia lebih bersikap “antisipasi”. Sukses bisnis percaya atau tidak 100 persen tergantung kesiapan kita membuat move – “antisipasi”.
Pak Amat, adalah seorang pedagang musiman. Ia selalu berdagang berdasarkan musim. Setiap bulan Puasa ia berdagang timun suri. Sehabis Lebaran biasanya ia menjadi penyalur pembantu rumah tangga. Karena biasanya ada saja pembantu rumah tangga yang mudik dan tidak kembali lagi. Musim Lebaran Haji, ia berdagang hewan qurban. Bulan Agustus ia berdagang bendera. Dan tahun baru ia berdagang terompet. Ketika saya interview, pak Amat malu-malu mengatakan, pokoknya ia punya strategi sederhana, hanya menjual produk yang laku karena musimnya. Lebih mudah dan lebih menguntungkan. Pak Amat, bercatur dalam bisnis dengan eloknya. Ia tahu betul bagaimana caranya – mengantisipasi pasar !

Garry Kasparov, pensiunan juara catur dunia, pernah berkata dalam sebuah interviewnya, bahwa apabila setiap pemain sudah melangkah dalam sebuah pembukaan catur selama 3 langkah, maka saat itu juga sudah terbuka 9 juta posisi langkah bidak catur yang bisa diambil. Dan tugas tiap pemain adalah memperkirakan dan menghitung langkah musuh berikutnya dengan kemungkinan sebanyak itu. Dari kalkulasi ini, terbukti catur adalah permainan yang menuntut perhitungan yang sangat teliti, kesabaran yang sangat luar biasa, dan stamina yang tidak main-main. Jangan pernah meremehkan lawan anda ! Begitu nasehat Garry Kasparov. Bisnis juga sangat mirip situasi dan kondisinya. Nah, pemain catur yang sangat berpengalaman, tahu caranya memberdayakan dan memanfaatkan semua buah caturnya. Tidak ada satu buah catur-pun yang menjadi favorite. Semua sama peluangnya, tergantung letak dan posisinya. Dalam bisnis sebaiknya kita juga memberdayakan dan memanfaatkan sumber daya manusia yang kita miliki dalam satu keutuhan yang sama, dan ”team work” yang solid.

Mpu Peniti, pernah menasehati saya, kata beliau, “… kadang kita berpikir apa gunanya seorang yang bodoh dan tidak cantik. Berhentikan saja pegawai seperti itu. Tapi dalam krisis, kalau kita banyak hutang dan sering didatangi penagih hutang, ada baiknya resepsionis kita yang cantik jelita, dan pandai, justru kita ganti dengan resepsionis yang bodoh dan tidak cantik. Pasti ampuh, karena akan membuat frustasi sang penagih hutang. Ia jadi malas datang ketempat kita”. Saya tertawa ngakak mendengar wejangan Mpu Peniti itu. Karena terasa “nyooos” sekali.

Buah catur seperti pion, kuda, menteri, ratu, dan benteng memiliki langkah-langkah yang berbeda dengan posisi yang berbeda. Tetapi kemenangan kita sangat tergantung dari kombinasi mereka. Pion langkahnya terbatas. Namun disaat genting dan menjelang akhir permainan, pion seringkali menjadi aset yang tidak terduga. Kuda melangkah dengan huruf L, kelihatannya terbatas tetapi sering mengecoh, karena posisinya bisa mengunci lawan. Menteri langkahnya hanya bisa menyilang, tapi seringkali mampu menyelinap dan membuat serangan tak terduga. Dan benteng, seperti kekuatan militer, keras menghantam musuh dengan langkah rata. Hanya Ratu yang memiliki langkah flexible dan serba bisa. Sebuah sindiran bahwa terkadang wanita punya sejumlah langkah-langkah yang justru spektakuler. Celakanya Raja, yang paling penting justru dalam catur diposisikan dalam posisi lemah, tidak bisa melawan dan selalu harus dilindungi.

Dalam sepuluh tahun lebih saya bermain catur dengan Mpu Peniti, kita saling mengalahkan. Satu hal yang saya nikmati, adalah hanya dengan lebih banyak bermain, kita mampu mengasah intuisi kita dan lebih jeli menebak langkah musuh berikutnya. Dan hanya dengan bermain lebih banyak, kita bisa menjadi lebih mahir. Pengalaman ini pula yang saya jadikan strategi berbisnis. Ternyata semakin sering kita main, semakin mudah pula bisnis itu.

Saturday, November 22, 2008

Sunday, November 09, 2008

Aggressiveness !

THE ART OF SURVIVAL

Satu pertanyaan yang terus hinggap ditelinga saya, adalah :”Bagaimana kita bisa bertahan ? dan tetap ‘survive’ dari krisis ini ?” Situasi yang disebut koran-koran – krisis ekonomi global - memang memicu kepanikan luar biasa. Ditambah ketakutan bertubi-tubi. Buktinya hanya dalam 2 bulan saya sudah melakukan ‘coaching’ – SURVIVAL TECHNIQUE – kepada lebih dari 2 lusin perusahaan. Mengajarkan kepada perusahaan-perusahaan ini, cara-cara teknik survival yang praktis agar bertahan dari siksaan krisis.

Secara spiritual Mpu Peniti, mentor dan guru saya - memberi wejangan bahwa sesungguhnya semua mahluk hidup sudah dibekali ‘naluri survival’ agar bisa bertahan. Menurut Mpu Peniti, Tuhan tidak menciptakan kita dengan maksud agar suatu hari kita punah begitu saja. Kita telah diberikan kemampuan untuk ber-evolusi dan beradaptasi yang sangat luar biasa. Buktinya kita tetap bertahan selama jutaan tahun lamanya. Nah, bekal inilah yang harus kita manfaatkan secara maksimal. Caranya sangat sederhana. Belajar dari sejarah. Bagaimana nenek moyang kita, selalu mendekatkan diri dengan alam, dan berusaha mengerti setiap perubahan alam.

Seorang antropolog pernah mendongeng bahwa nenek moyang kita belajar tentang cuaca secara seksama dan teliti, sehingga mereka punya hitungan yang akurat soal musim tanam dan waktu melaut untuk menangkap ikan. Pengetahuan itu diturunkan secara berabad-abad secara naluriah, tanpa penjelasan seperti dalam sebuah ‘text book’.

Didalam kancah pertempuran bisnis, situasinya juga sangat mirip sekali. Pedagang-pedagang tradisional yang mewarisi bisnisnya turun temurun, juga memiliki naluri terhadap musim dan waktu. Mereka juga punya tekhnik ‘survival’, misalnya dengan menjadi pedagang musiman. Hanya saja dijaman tekhnologi nano saat ini, dimana waktu bersilangan dengan tekhnologi dan globalisasi dalam ketelanjangan sempurna, maka kita tidak lagi kebal terhadap sebuah perubahan yang terjadi di Amerika. Edward Lorenz yang banyak melakukan riset dalam ‘Chaos Theory’ mempopulerkan sebuah ide unik yang kemudian dikenal dengan ‘Butterfly effect’. Teorinya memang edan, bayangkan seekor kupu-kupu mengepakan sayapnya. Sehingga terjadi perubahan di atmosfir. Yang menular sehingga menjadi perubahan serius dan menciptakan tornado yang merusak seluruh panen kopi di Brazil.

Walaupun edan, teori Edward Lorenz seringkali digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi saat ini. Krisis ekonomi global saat ini, barangkali juga paling baik bila diterjemahkan menggunakan Chaos Theory. Dimana ekonomi dunia yang besarnya mendekati 60 trilyun dollar dihancurkan oleh kekacauan (chaos) yang berdasarkan sentimen pasar. Akibatnya menciptakan tornado krisis ekonomi dimana-mana. Begitu cepat dan drastisnya perubahan itu, sehingga kita ketinggalan bereaksi dan beradaptasi. Dan karena krisis itu sambung menyambung, biarpun kita mampu melakukan reparasi dipusatnya, belum tentu kita bisa membetulkan kerusakan dan krisis sekunder yang terjadi dinegara-negara lain.

Nah, disaat kekacauan melanda dunia, dan krisis serta bencana punya potensi mengancam kita, naluri ‘survival’ kita perlu kita asah dan pertajam. Jerry White, adalah salah satu co-founder dari organisasi Survivors Corps, pernah merasakan hidupnya dalam ‘chaos’, ketika mengalami perubahan drastis ketika pada tahun 1984 dimana ia kehilangan kakinya terkena ranjau darat. Sejak saat itu ia mencoba untuk tetap ‘survive’ dan menjadi aktifis yang sangat aktif menyebarkan pesan dan semangat berjuang hidup. Pada tahun 1997 ia bersama Jody Williams mendapatkan Penghargaan Nobel, dan menulis sebuah buku tentang tekhnik survival yang berjdul – “I WILL NOT BE BROKEN”. Didalam buku ini, Jerry menuliskan lima langkah strategis untuk bisa tetap ‘survive’.

Yang pertama adalah – Face Facts ! – Setiap kali terjadi krisis atau masalah, kebanyakan dari kita kadang mencoba untuk berpura-pura positif, menganggap remeh, dan takut mengakui keadaan sesungguhnya. Kita jarang sekali bisa jujur 100% dan mau serius mengakui kegawatan dari situasi krisis itu. Lihat saja, kejadian disekeliling kita dalam 3 bulan terakhir ini. Masih banyak orang yang meremehkan situasi krisis ekonomi global ini. Istilah keren-nya ‘in-denial’ ! Sebaliknya terkadang kita juga ‘overacting’ dan berlaku berlebihan dalam menghadapi situasi. Selayaknya kita mundur dua langkah, saking ‘overacting’-nya kita, malah sudah mundur sampai 100 langkah. Sikap berlebihan ini juga berbahaya. Karena sangat negatif. Yang benar, hadapilah situasi dengan kepala dingin, dan penuh realitas. Langkah pertama ini merupakan langkah strategis yang disebut ‘assesment’ atau langkah mengambil ancang-ancang. Satu langkah untuk menganalisa situasi kita terkini. Dan kalau anda menonton film action seperti Star Trek misalnya, setiap kali kapal Kapten Kirk – Enterprise - diserang musuh, dan mengalami goncangan, sesudahnya ia selalu minta ‘damage report’.

Nah, menghadapi krisis saat ini, anda juga harus punya ‘damage report’ yang sangat akurat. Baru anda bisa menentukan langkah berikutnya !

Choose life, not death – itulah strategi kedua dari Jerry White. Survival adalah pilihan. Sama dengan sembuh dari penyakit. Saya menyadari ini dari pengalaman ayah saya melawan penyakit stroke selama lebih dari 10 tahun. Bagaimana beliau survive dari satu serangan ke serangan berikutnya. Pilihan beliau untuk tetap hidup, menjadi penentu semangat berjuang menuju kesembuhan.

Saya menyaksikan hal yang sama dalam bisnis. Banyak perusahaan yang gagal bertahan selama krisis dan bangkrut, karena semata-mata mereka tidak memiliki skenario ini. Dan punya pilihan jelas untuk tetap bertahan dan hidup. Seorang teman yang memiliki pabrik minuman bercerita, bahwa ketika krisis ekonomi tahun 1998, yang ia lakukan adalah menghitung titik terendah yang memungkinkan perusahaan-nya tetap hidup. Ia menghitung dengan seksama penjualan terendah yang mungkin ia capai selama krisis. Kemudian ia mengadakan rapat terbuka bersama karyawan-nya dan menjelaskan situasi itu secara terbuka. Akhirnya para karyawan mau juga menerima pengurangan gaji hingga 30%, demi ‘survival’ perusahaan. Perusahaan itupun luput dari serangan krisis, dan sanggup bertahan hingga kini.

Lanjut - Reach out. – kata Jerry White sangat sulit untuk ‘survive’ sendirian. Bentuk aliansi. Berkelompok. Maka peluang ‘survival’ biasanya lebih besar. Dalam setiap film bencana yang anda tonton mulai dari Towering Inferno, The Poseidon Adventure, hingga Independence Day, ceritanya berakhir dengan sejumlah orang yang akhirnya bersama-sama membentuk group kecil untuk mencoba ‘survive’ bersama-sama. Kadang dalam situasi sangat sulit ini, percaya atau tidak teman terbaik anda justru adalah musuh anda. Dalam cerita-cerita kuno di Mesir, Eropa dan Cina, kerajaan-kerajaan yang kecil yang biasanya bertikai satu sama lain-nya, selalu saja otomatis membentuk aliansi dan sekutu, bilamana ada raja besar yang agresif dan berambisi ingin mencaplok mereka satu demi satu.

Jadi kalau dalam keadaan krisis ekonomi global seperti ini jangan segan melakukan pemasaran atau promosi bersama-sama musuh anda. Disamping mengirit ongkos. Pemasaran dan promosinya menjadi lebih high profile, karena dilakukan bersama-sama musuh anda.

Dan yang terpenting adalah - Get moving ! – jangan pasif dan pasrah menerima nasib. Karena dengan berdiam diri, anda menjadi target yang empuk. “Aggressiveness is the principal guarantor of survival.” – begitu kutipan dari Robert Ardrey, seorang penulis skenario yang kebetulan juga seorang antropolog. Selama 3 tahun saya di angkat sebagai konsultan disebuah perusahaan penjualan dan pemasaran. Saat itu, reformasi baru saja menumbangkan Orde Baru. Penjualan anjlok. Solusi saya saat itu, sangat pendek. Agresif menjual. Mula-nya mereka mencemoohkan saya. Karena sangat tidak masuk akal, dan situasi pasar tidak mendukung. Namun setelah satu tahun, mereka sangat kaget, penjualan malah tumbuh lebih dari 20%, dan seluruh staff penjualan mendapat bonus naik haji. Tahun kedua dan ketiga, pertumbuhan penjualan tetap fantastis. Hanya dengan agresif semata !

Ingat disaat krisis, seringkali kompetitor anda tiarap dan low profile. Dengan bersikap agresif, anda menjadi sangat menonjol dipasar, dan semua konsumen mau tidak mau merasakan kehadiran anda !

Yang terakhir adalah - Give back. Ini nasehat spiritual Jerry White. Kehidupan ini mirip roda yang berputar. Krisis tidak akan pernah datang cuma sekali. Demikian juga bencana. Dan banjir. Apabila kita berhasil lolos dari satu krisis dan bencana, maka setelah itu jangan lupa untuk berbuat kebajikan dan menolong orang setiap kali kesempatan itu ada. Kita menabur benih-benih kebaikan. Karena pada saat krisis dan bencana itu datang pada kesempatan berikutnya, kita membutuhkan sangat banyak pertolongan. Tanpa dapat kita rencanakan dan kira, seringkali pertolongan yang paling kritis justru datang dari orang yang tidak kita sangka-sangka. Dan saya sudah sangat sering mengalami hal ini.

Pada akhirnya, krisis dan bencana menyadarkan kita akan kerapuhan hidup ini. Untuk bertahan dan tidak terpatahkan olehnya, kita tidak akan mampu melewatinya hanya berbekal semangat dan optimisme saja. Tapi sejumlah strategi yang cerdas !

Saturday, November 08, 2008

Saturday, November 01, 2008

GOOD AND EVIL

KORUPSI ALA JENGKOL – EKONOMI JALANAN PART III

Saya menerima SMS pendek dari Mpu Peniti. Intinya beliau masak nasi uduk dan semur jengkol dan mengundang saya makan bersama. “Deeer….” darah saya berdesir kencang, dan jantung saya berdebar. Jarang sekali Mpu Peniti mau masak semur jengkol. Padahal semur jengkol beliau terkenal sangat gurih seantero jagad. Membujuk beliau untuk masak semur jengkol, susahnya bukan main. Ngak gampang. Jadi kalau beliau masak semur jengkol secara sukarela, artinya ada sesuatu yang luar biasa pentingnya. Ibaratnya alarm, inilah alarm tertinggi.

Jengkol yang merupakan tanaman polong-polongan, memang termasuk unik. Di Asia Tenggara, jengkol cukup populer sebagai bahan makanan. Memang jengkol boleh dikata salah satu makanan ala diabolik. Anda suka dan cinta. Atau benci sama sekali. Makanan seperti jengkol, ada hampir ditiap budaya. Di Jepang ada ikan Fugu yang sangat beracun. Dimana resiko makan adalah mati keracunan. Menurut statistik di Jepang pada tahun 60’an, kematian akibat keracunan Fugu masih berkisar diatas 175 orang pertahun. Lalu regulasi yang sangat ketat dan lisensi koki yang benar-benar paham mengolah Fugu, membuat tingkat kematian itu turun drastis. Diawal tahun 80’an jumlahnya pertahun sudah kurang dari selusin. Nah, kalau di Indonesia ada semur jengkol. Yang kalau tidak paham memasaknya dengan benar, resikonya adalah kena asam jengkolat yang luar biasa sakitnya pada saat kencing.

Walaupun demekian, dan ditambah bau jengkol yang luar biasa, penggemarnya tidak pernah kapok memakan-nya termasuk saya sendiri. Jengkol apabila dimasak dengan benar, konon memiliki sejumlah faedah bagi kesehatan, seperti mampu mencegah diabetes, dan baik bagi kesehatan jantung. Makanan jengkol, saking fenomenalnya, sampai-sampai orang Sunda memberi julukan hati macan atau “ati maung”. Tiap orang punya rahasia dan resep khusus untuk memasak jengkol. Yang umum adalah jengkol itu harus melalui proses perendaman dan perebusan yang sangat teliti. Sehingga mengurangi resiko terkena asam jengkolat. Setelah direbus biasanya di gencet hingga pipih. Lalu disemur dengan api sangat kecil, dan minimal dibiarkan semalam biar meresap. Maka rasanya akan sangat gurih sekali. Dimakan dengan nasi uduk lezatnya tidak terkira.

Mpu Peniti, konon memiliki resep yang istimewa. Sebelum dimasak, malah jengkol itu dibiarkan semalam ditanaman di pasir yang memiliki kandungan mineral yang tinggi. Lalu direndam di air dan dibiarkan mengembun satu malam berikutnya. Barulah direbus dengan hati-hati. Disamping itu Mpu Peniti punya sejumlah rempah-rempah rahasia, yang membuat semur jengkolnya benar-benar “to die for”. Saya adalah fans fanatik semur jengkol beliau.

Malam itu kami makan semur jengkol, lalapan, tahu goreng, nasi uduk dan ayam goreng. Perut saya buncit luar biasa sehabis makan. Walaupun mulut dan perut terpuaskan, hati saya tetap deg-deg-an. Karena saya tau, pasti ada sesuatu yang serius yang beliau ingin sampaikan. Usai makan sambil ngopi, beliau menyodorkan koran nasional yang memuat berita bahwa mantan gubernur bank Indonesia, kena vonis penjara 5 tahun karena sudah melakukan korupsi secara kolektif. Mpu Peniti menarik nafas panjang. Wajahnya sangat sedih. Komentarnya lirih, “Baru saja kita di-ingatkan akan sumpah suci seabad yang lalu. Yang mengikatkan diri kita satu sama lain dalam kebersamaan nasionalisme. Kini kebersamaan nasionalisme itu dirusak dengan dosa kebersamaan korupsi”.

Sebenarnya vonis majelis hakim pada perkara itu merupakan tonggak sejarah yang luar biasa pentingnya. Karena secara tidak langsung, kini kita mengenal istilah baru yaitu “korupsi kolektif”. Seorang pengacara dari Singapura mengejek saya bahwa korupsi di Indonesia telah berubah menjadi “organised crime”. Karena memang dilakukan secara rapi terorganisasi. Mirip mafia korupsi. Saya tertawa mendengarnya. Tetapi yang membuat hati Mpu Peniti sangat sedih adalah korupsi di Indonesia sudah mirip betul dengan semur jengkol. Walaupun kita sangat aktif memberantasnya dan melakukan perlawanan hukum yang sangat agresif. Namun hasil akhirnya, mirip banget dengan kita kencing sehabis makan semur jengkol. Sangat bau sekali.

Bayangkan kalau bekas gubernur bank sentral, menteri, duta besar, anggota DPR, direktur BUMN, gubernur, bupati semua sudah kena semua kasus korupsi dan sudah banyak yang dipenjara. Orang asing diluar sana, pasti akan berpikir juga, lha jangan-jangan yang paling atas sekalipun juga sama-sama korupsi. Cuma belum ketangkep saja ? Iya ngak sih ? Inilah yang dimaksud Mpu Peniti, dengan korupsi sama dengan semur jengkol. Pernah sekali saya pergi ke satu BUMN yang sangat beken. Di lobby didepan lift, tiap lantai dipenuhi dengan poster-poster anti korupsi. Secara visual mungkin terlihat sangat positif bahwa BUMN itu sangat serius berkampanye anti korupsi. Tetapi secara tidak langsung, BUMN itu menebarkan bau bahwa masalah korupsi di BUMN itu sedemikian parahnya, hingga diadakan kampanye seheboh itu. Ada asap pasti ada apinya !

Saya tidak tahu persis berapa kerugian yang kita derita secara ekonomis dari praktek korupsi yang akut dan kronis ini. Tapi beberapa direktur BUMN secara berkelakar, mengatakan bahwa pemberantasan korupsi ini juga menciptakan ongkos tambahan yang baru. Misalnya mereka kini punya konsultan yang memberikan pelatihan dan nasehat, apabila mereka ditangkap polisi dan kena diperiksa dan diinterogasi. Apa yang harus diperbuat ? Dan apa yang harus dijawab ? Konsultan seperti ini pasti tidak murah ongkosnya. Bagian pembelian dan tender disebuah BUMN mengadu kepada saya, bahwa kini mereka sangat extra hati-hati dalam memutuskan sebuah tender dan pembelian. Supaya ngak salah dan diborgol, maka mereka terpaksa menyewa pengacara untuk memberikan “legal opinion”. Dan lagi-lagi berarti proses yang lebih berbelit dan tambahan ongkos yang tidak murah.

Saya teringat percakapan antara “Q’” dengan James Bond dalam filmnya “The World is Not Enough”. Dalam percakapan itu “Q” berujar : "Now 007, I've always tried to teach you two things. One, is never to let the enemy see you bleed." Dan James Bond menjawab : "And the other?" Lalu “Q” menjawab dengan kalimat terakhir : “Always have an escape plan" Barangkali sudah saatnya pula kita menyimak dari sekian pengalaman dan upaya memberantas korupsi di negeri ini. Menyempurnakannya dengan elegan. Sehingga lebih efektif dan manjur. Yang terpenting jangan menjadi sebuah aksi kejar-kejar-an antara polisi dan malingnya. Sehingga suatu saat malingnya berbalik lebih pintar. Bila tidak, maka pemberantasan korupsi di Indonesia bisa beresiko menjadi semur jengkol. Dan ini tidak sedap sama sekali !