Thursday, February 22, 2007

THE YEAR OF MISS PIGGY

Konon, tahun 2006, yang dibayang-bayangi zodiak anjing, terbukti sesuai dengan ramalan setahun yang lalu. Yaitu tahun "underdog" yang penuh kejutan tak terduga. Termasuk berbagai bencana alam yang bertubi-tubi. Maka, kita didera bencana demi bencana, seperti tsunami, gempa bumi, gunung berapi, banjir lumpur, dan banjir air bah. Konon, tahun 2007, setelah 18 Februari, akan memasuki zodiak baru yang, menurut penanggalan Imlek, akan masuk ke tahun Babi Api.

Tahun Baru Imlek 2007 akan tiba dengan energi yang masih sama, yaitu api. Maka, secara negatif diperkirakan bencana masih akan mengintai. Berdasarkan analisis I-Ching atau buku tentang perubahan, 2007 memiliki dua elemen yang (pria) yang menyelimuti satu yin (wanita) dan tiga yin (wanita) tambahan di dasar. Komposisi ini membuat elemen wanita atau feminin lebih dominan dan akan menguasai keseluruhan tahun 2007. Hal ini juga membuka jalan dan peluang akan munculnya lebih banyak pemimpin wanita, baik di arena bisnis maupun politik.

Ketika saya dan Mpu Peniti bergosip-ria tentang masalah ini, beliau menyebutkan bahwa 2007 yang memiliki zodiak babi api memang cocok dan pantas kalau disebut sebagai tahun Miss Piggy. Yaitu tokoh populer di acara "The Muppet Show", yang memang terkenal meledak-ledak dan sangat emosional.

Yang merisaukan adalah analisis I-Ching yang menyimpulkan, karena dominasi elemen api atas bumi, maka pada 2007 kita akan kena gonjang-ganjing kebakaran hutan yang melebar. Musim hujan 2007 diperkirakan sangat dahsyat, tapi periodenya pendek sekali, dan akan meninggalkan musim kemarau panjang dengan potensi kebakaran hutan lebih hebat.

Pengaruh elemen api tidak akan berhenti di sini, melainkan juga akan menciptakan potensi konflik baru, dengan bencana perang yang sporadis. Diperkirakan sejumlah bencana pada 2007 juga akan terjadi di atas tanah, sesuai dengan sifat api dan tiga elemen yin yang mendominasi dasar. Akibat ketidakseimbangan ini, tahun 2007 memperingatkan kita agar hati-hati terhadap bencana di atas tanah, seperti kecelakaan pesawat terbang, gunung berapi, gedung bertingkat yang roboh, dan kemungkinan fasilitas satelit yang gagal berfungsi.

Secara positif, Imlek 2007 membawa angin segar setidaknya bagi fundamental ekonomi dunia yang akan lebih stabil dan membaik. Tetapi bencana wabah penyakit yang mirip SARS dan flu burung, konon, diprediksi akan kembali dan membuat keder semua orang. Menurut Mpu Peniti, kita harus mempertajam naluri feminin diri kita, yang lebih bersifat konservasi dan melindungi. Uniknya, pada 2007 diperkirakan skandal perkawinan akan muncul lebih banyak. Dan bakal ada beberapa perkawinan heboh, di mana wanita yang usianya jauh lebih tua akan menikah dengan pria yang jauh lebih muda.

Bisnis yang dipengaruhi elemen api, tanah, atau logam konon akan membaik. Kabar baik untuk bisnis real estate, yang diperkirakan tumbuh signifikan. Industri makanan juga diperkirakan "rebound", tapi akan sangat dipengaruhi oleh berbagai terobosan inovasi dan pengembangan produk. Demikian juga industri permata, yang sangat dipengaruhi kreativitas. Turisme juga akan membawa angin segar. Industri otomotif, barang-barang elektronik, dan komunikasi akan bertambah gencar oleh kompetisi, tetapi diperkirakan tetap tumbuh baik. Perbankan dan pendidikan juga bakal merasakan pertumbuhan positif.

Lalu, strategi apa yang harus kita gunakan di tahun unik seperti Miss Piggy ini? Kebetulan saya adalah fans berat Miss Piggy. Celetukan Miss Piggy yang sangat terkenal antara lain: "Never purchase beauty products in a hardware store." Secara harafiah, Miss Piggy bilang, jangan mau membeli produk kecantikan di toko bahan bangunan. Pasti ngawur dan tidak terjamin. Artinya, hidup ini jangan mau asal gampang dan mudah saja. Jangan potong kompas. Jangan sembarang dan serampangan. Hidup memerlukan perjuangan. Pada 2007, hati-hati dengan orang-orang yang menjanjikan kemudahan dan keuntungan berlebihan. Berdayakan akal sehat Anda semaksimal mungkin.

Celetukan kedua Miss Piggy yang paling terkenal seantero jagat adalah: "Never eat anything you can't lift." Sederhana sekali. Miss Piggy mengingatkan kita agar selalu eling dan tidak serakah. Mpu Peniti juga memberikan wejangan yang mirip. Kata beliau, setelah pada 2006 kita dilanda sedemikian banyak bencana, sudah saatnya kita prihatin dan tirakat. Mengkaji ulang semua langkah yang telah kita jalani. Berusaha menyembuhkan semua luka. Barulah menyelaraskan strategi ulang. Mengukur dengan setepat-tepatnya batas-batas kemampuan kita. Lalu memanfaatkannya sebagai modal baru.

Kedua larangan Miss Piggy itu terdengar usang sekali. Tapi ada seorang pengusaha yang belum lama ini menuturkan cerita hidupnya yang sangat istimewa. Tahun 2002 ia mengalami musibah banjir sama seperti tahun 2007. Usahanya hampir hancur. Ia mengalami depresi berat dan dirawat di rumah sakit jiwa.

Tahun 2005 ia sembuh. Nol, tidak memiliki apa-apa. Dengan tirakat dan prihatin, ia melakukan persis apa yang dikatakan Miss Piggy. Maju selangkah demi selangkah. Dengan penuh tirakat dan keprihatinan tinggi, sang pengusaha akhirnya bisa "come-back". Selamat Tahun Baru Imlek.

Saturday, February 17, 2007

Thursday, February 08, 2007

KEBAHAGIAAN

“If you want happiness for an hour, take a nap. If you want happiness for a day, go fishing. If you want happiness for a year, inherit a fortune. If you want happiness for a lifetime, help somebody.” – A Chinese proverb



Pernah sekali Mpu Peniti membisiki saya, kata beliau, semua sumber ketidak bahagiaan adalah pengetahuan. Artinya semakin besar dan dalam pengetahuan kita, semakin kita tidak berbahagia. Saya tentu saja tidak setuju dengan nasehat seperti itu. Karena seolah-olah mengajak kita untuk cuek, masa bodoh, dan tidak mau belajar. Bagi saya ini nasehat yang ngawur. Sampai 2 minggu yang lalu, saya disadarkan petuah itu oleh sebuah peristiwa. Teman saya di Hong Kong, baru saja kehilangan ayahnya. Ketika diberitahu kabar itu, saya langsung mengirimkan email, dan memberikan ucapan bela sungkawa. Teman saya membalas email tersebut, isinya cukup mengejutkan. Ia bercerita bahwa ayahnya sudah sangat tua. Sudah 90 tahun lebih. Sering sakit. Jadi kepergian-nya sebenarnya cukup melegakan. Karena dalam 20 tahun terkahir ini, ayahnya banyak menghabiskan biaya pengobatan, dan sangat menyusahkan anak-anaknya. Jawaban ini tentu saja membuat saya merenung. Hati saya kacau sekali dibuatnya.

Seorang teman yang lain, juga mengalami hal yang sama. Ia baru baru saja kehilangan ayahnya. Prosesnya beda. Ketika pagi hari ia ingin membangunkan ayahnya, ia kaget setengah mati. Ayahnya meninggal dalam tidur. Dan wajahnya tersenyum. Konon menurut dokter, ayahnya meninggal karena serangan jantung. Ayahnya memang tidak pernah mau disuruh periksa kedokter. Lain dengan teman saya yang di Hong Kong, ayahnya sangat teliti, ketika memasuki usia 70 tahun, sebuah pemeriksaan yang teliti, menunjukan sejumlah komplikasi dan kelainan. Ia lalu menjalani hidup serba hati-hati. Ia memang berhasil hidup hingga 90 tahun lebih, tapi dengan membuat anak-anaknya cukup repot. Kedua cerita diatas mungkin sangat ekstrim. Dan bukan contoh yang bijaksana. Tapi kenyataan hidup yang sebenarnya memang begitu.

Mentor bisnis saya, almarhum bapak MS Kurnia, anehnya juga pernah menasehati saya hal yang mirip. Ia mengatakan kepada saya, bahwa dalam mengelola perusahaan kadang ada saatnya kita harus belajar untuk tidak tahu, tidak peduli, cuek, dan masa bodoh. Karena semakin anda ingin tahu, kadang semakin banyak masalah yang justru kita temukan. Anda akan menjadi semakin kuatir. Hidup kita akan semakin stress jadinya. Dan akhirnya kita hanya akan dihadang dengan sejumlah kekurangan, kelemahan dan kesalahan yang menumpuk. Kita menjadi tidak bahagia.
Sama pula dengan kekayaan. Semakin banyak harta kita, semakin besar rasa kuatir kita. Takut dirampok. Takut ditipu. Kita jadi repot pasang alarm. Bikin tembok yang semakin tinggi. Menambah jumlah kunci dan gembok. Kalau perlu punya sejumlah pengawal dan satpam. Atau memborong berbagai asuransi. Lain halnya kalau anda tidak banyak memiliki harta. Maka semua kebutuhan tadi menjadi lenyap. Terdengar ironis, tapi nyatanya begitu.

Oleh Mpu Peniti, saya dinasehati untuk belajar cuek, dan masa bodoh. Konon demi kebahagian diri saya. Kemarin, disebuah taksi, saya berjumpa seorang supir taxi yang berusia lanjut. Rambut dikepalanya hampir putih semua. Ia mengeluh ekonomi yang semakin susah. Jumlah taxi yang semakin banyak dan setoran yang sedikit. Anaknya yang kuliah di Universitas Indonesia, sudah tidak bisa kuliah, karena menunggak uang kuliah sekian lama. Ia mengaku sudah menghadap rektor, tapi juga tidak mendapat keringanan. Ketika ia menasehati anaknya untuk kerja saja, anaknya malah menangis pilu. Ia jadi susah hati. Ia juga mengisahkan bahwa kemarin dulu, pernah sekali uang setoran taxinya kurang Rp.19.000.-. Esok harinya ia disandera tidak boleh bekerja. Ia harus melunasi kekekurangan setorannya itu. Apa daya ia tidak punya uang sama sekali. Ketika ia mencari pinjaman kanan dan kiri, hanya ada satu teman yang bisa meminjamkan Rp. 5.000.-. Syukurlah dengan mencicil Rp.5.000.- ia diperkenankan menarik taxi kembali.

Saya ikut trenyuh mendengar ceritanya itu. Namun yang membuat saya lega adalah semangat hidupnya yang sangat luar biasa. Ia bertutur, katanya kalau ia membandingkan nasibnya dengan teman-teman-nya yang lain, mungkin ia sudah bunuh diri. Tidak sanggup katanya. Kalau ia putus asa melihat anaknya tidak bisa kuliah, mungkin ia sudah menipu dan merampok. Survival-nya selama ini, adalah berkat sikapnya untuk belajar cuek dan masa bodoh. Apapun situasinya, ia tetap fokus dan konsentrasi menarik taxi. Ia belajar tidak peduli dengan nasibnya. Lalu dimana letak kebahagiannya. Menurutnya, hanya ada 2. Ia bahagia, setiap hari apabila bisa pulang dengan selamat dan bisa meluangkan waktu dengan keluarganya. Syukur-syukur apabila ia pulang membawa uang hasil menarik taxi yang lumayan. Ia Ia juga bahagia setiap kali bangun tidur, diberikan kesehatan oleh Allah, yang mampu membuatnya sujud dan menjalan sholat dengan khusuk. Lalu berangkat kerja untuk menarik taxi.

Mendengar cerita sang bapak supir taxi, saya menjadi sangat bersyukur, karena limpahan rahmat dan kesejahteraan yang telah diberikan oleh Allah selama ini. Saya berjanji untuk tidak lagi membanding-bandingkan nasib saya dengan orang lain. Karena sesungguhnya kebahagiaan yang telah dilimpahkan kepada saya, jumlahnya sangat banyak dan tak terkira.

Monday, February 05, 2007