Sunday, November 09, 2008

THE ART OF SURVIVAL

Satu pertanyaan yang terus hinggap ditelinga saya, adalah :”Bagaimana kita bisa bertahan ? dan tetap ‘survive’ dari krisis ini ?” Situasi yang disebut koran-koran – krisis ekonomi global - memang memicu kepanikan luar biasa. Ditambah ketakutan bertubi-tubi. Buktinya hanya dalam 2 bulan saya sudah melakukan ‘coaching’ – SURVIVAL TECHNIQUE – kepada lebih dari 2 lusin perusahaan. Mengajarkan kepada perusahaan-perusahaan ini, cara-cara teknik survival yang praktis agar bertahan dari siksaan krisis.

Secara spiritual Mpu Peniti, mentor dan guru saya - memberi wejangan bahwa sesungguhnya semua mahluk hidup sudah dibekali ‘naluri survival’ agar bisa bertahan. Menurut Mpu Peniti, Tuhan tidak menciptakan kita dengan maksud agar suatu hari kita punah begitu saja. Kita telah diberikan kemampuan untuk ber-evolusi dan beradaptasi yang sangat luar biasa. Buktinya kita tetap bertahan selama jutaan tahun lamanya. Nah, bekal inilah yang harus kita manfaatkan secara maksimal. Caranya sangat sederhana. Belajar dari sejarah. Bagaimana nenek moyang kita, selalu mendekatkan diri dengan alam, dan berusaha mengerti setiap perubahan alam.

Seorang antropolog pernah mendongeng bahwa nenek moyang kita belajar tentang cuaca secara seksama dan teliti, sehingga mereka punya hitungan yang akurat soal musim tanam dan waktu melaut untuk menangkap ikan. Pengetahuan itu diturunkan secara berabad-abad secara naluriah, tanpa penjelasan seperti dalam sebuah ‘text book’.

Didalam kancah pertempuran bisnis, situasinya juga sangat mirip sekali. Pedagang-pedagang tradisional yang mewarisi bisnisnya turun temurun, juga memiliki naluri terhadap musim dan waktu. Mereka juga punya tekhnik ‘survival’, misalnya dengan menjadi pedagang musiman. Hanya saja dijaman tekhnologi nano saat ini, dimana waktu bersilangan dengan tekhnologi dan globalisasi dalam ketelanjangan sempurna, maka kita tidak lagi kebal terhadap sebuah perubahan yang terjadi di Amerika. Edward Lorenz yang banyak melakukan riset dalam ‘Chaos Theory’ mempopulerkan sebuah ide unik yang kemudian dikenal dengan ‘Butterfly effect’. Teorinya memang edan, bayangkan seekor kupu-kupu mengepakan sayapnya. Sehingga terjadi perubahan di atmosfir. Yang menular sehingga menjadi perubahan serius dan menciptakan tornado yang merusak seluruh panen kopi di Brazil.

Walaupun edan, teori Edward Lorenz seringkali digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi saat ini. Krisis ekonomi global saat ini, barangkali juga paling baik bila diterjemahkan menggunakan Chaos Theory. Dimana ekonomi dunia yang besarnya mendekati 60 trilyun dollar dihancurkan oleh kekacauan (chaos) yang berdasarkan sentimen pasar. Akibatnya menciptakan tornado krisis ekonomi dimana-mana. Begitu cepat dan drastisnya perubahan itu, sehingga kita ketinggalan bereaksi dan beradaptasi. Dan karena krisis itu sambung menyambung, biarpun kita mampu melakukan reparasi dipusatnya, belum tentu kita bisa membetulkan kerusakan dan krisis sekunder yang terjadi dinegara-negara lain.

Nah, disaat kekacauan melanda dunia, dan krisis serta bencana punya potensi mengancam kita, naluri ‘survival’ kita perlu kita asah dan pertajam. Jerry White, adalah salah satu co-founder dari organisasi Survivors Corps, pernah merasakan hidupnya dalam ‘chaos’, ketika mengalami perubahan drastis ketika pada tahun 1984 dimana ia kehilangan kakinya terkena ranjau darat. Sejak saat itu ia mencoba untuk tetap ‘survive’ dan menjadi aktifis yang sangat aktif menyebarkan pesan dan semangat berjuang hidup. Pada tahun 1997 ia bersama Jody Williams mendapatkan Penghargaan Nobel, dan menulis sebuah buku tentang tekhnik survival yang berjdul – “I WILL NOT BE BROKEN”. Didalam buku ini, Jerry menuliskan lima langkah strategis untuk bisa tetap ‘survive’.

Yang pertama adalah – Face Facts ! – Setiap kali terjadi krisis atau masalah, kebanyakan dari kita kadang mencoba untuk berpura-pura positif, menganggap remeh, dan takut mengakui keadaan sesungguhnya. Kita jarang sekali bisa jujur 100% dan mau serius mengakui kegawatan dari situasi krisis itu. Lihat saja, kejadian disekeliling kita dalam 3 bulan terakhir ini. Masih banyak orang yang meremehkan situasi krisis ekonomi global ini. Istilah keren-nya ‘in-denial’ ! Sebaliknya terkadang kita juga ‘overacting’ dan berlaku berlebihan dalam menghadapi situasi. Selayaknya kita mundur dua langkah, saking ‘overacting’-nya kita, malah sudah mundur sampai 100 langkah. Sikap berlebihan ini juga berbahaya. Karena sangat negatif. Yang benar, hadapilah situasi dengan kepala dingin, dan penuh realitas. Langkah pertama ini merupakan langkah strategis yang disebut ‘assesment’ atau langkah mengambil ancang-ancang. Satu langkah untuk menganalisa situasi kita terkini. Dan kalau anda menonton film action seperti Star Trek misalnya, setiap kali kapal Kapten Kirk – Enterprise - diserang musuh, dan mengalami goncangan, sesudahnya ia selalu minta ‘damage report’.

Nah, menghadapi krisis saat ini, anda juga harus punya ‘damage report’ yang sangat akurat. Baru anda bisa menentukan langkah berikutnya !

Choose life, not death – itulah strategi kedua dari Jerry White. Survival adalah pilihan. Sama dengan sembuh dari penyakit. Saya menyadari ini dari pengalaman ayah saya melawan penyakit stroke selama lebih dari 10 tahun. Bagaimana beliau survive dari satu serangan ke serangan berikutnya. Pilihan beliau untuk tetap hidup, menjadi penentu semangat berjuang menuju kesembuhan.

Saya menyaksikan hal yang sama dalam bisnis. Banyak perusahaan yang gagal bertahan selama krisis dan bangkrut, karena semata-mata mereka tidak memiliki skenario ini. Dan punya pilihan jelas untuk tetap bertahan dan hidup. Seorang teman yang memiliki pabrik minuman bercerita, bahwa ketika krisis ekonomi tahun 1998, yang ia lakukan adalah menghitung titik terendah yang memungkinkan perusahaan-nya tetap hidup. Ia menghitung dengan seksama penjualan terendah yang mungkin ia capai selama krisis. Kemudian ia mengadakan rapat terbuka bersama karyawan-nya dan menjelaskan situasi itu secara terbuka. Akhirnya para karyawan mau juga menerima pengurangan gaji hingga 30%, demi ‘survival’ perusahaan. Perusahaan itupun luput dari serangan krisis, dan sanggup bertahan hingga kini.

Lanjut - Reach out. – kata Jerry White sangat sulit untuk ‘survive’ sendirian. Bentuk aliansi. Berkelompok. Maka peluang ‘survival’ biasanya lebih besar. Dalam setiap film bencana yang anda tonton mulai dari Towering Inferno, The Poseidon Adventure, hingga Independence Day, ceritanya berakhir dengan sejumlah orang yang akhirnya bersama-sama membentuk group kecil untuk mencoba ‘survive’ bersama-sama. Kadang dalam situasi sangat sulit ini, percaya atau tidak teman terbaik anda justru adalah musuh anda. Dalam cerita-cerita kuno di Mesir, Eropa dan Cina, kerajaan-kerajaan yang kecil yang biasanya bertikai satu sama lain-nya, selalu saja otomatis membentuk aliansi dan sekutu, bilamana ada raja besar yang agresif dan berambisi ingin mencaplok mereka satu demi satu.

Jadi kalau dalam keadaan krisis ekonomi global seperti ini jangan segan melakukan pemasaran atau promosi bersama-sama musuh anda. Disamping mengirit ongkos. Pemasaran dan promosinya menjadi lebih high profile, karena dilakukan bersama-sama musuh anda.

Dan yang terpenting adalah - Get moving ! – jangan pasif dan pasrah menerima nasib. Karena dengan berdiam diri, anda menjadi target yang empuk. “Aggressiveness is the principal guarantor of survival.” – begitu kutipan dari Robert Ardrey, seorang penulis skenario yang kebetulan juga seorang antropolog. Selama 3 tahun saya di angkat sebagai konsultan disebuah perusahaan penjualan dan pemasaran. Saat itu, reformasi baru saja menumbangkan Orde Baru. Penjualan anjlok. Solusi saya saat itu, sangat pendek. Agresif menjual. Mula-nya mereka mencemoohkan saya. Karena sangat tidak masuk akal, dan situasi pasar tidak mendukung. Namun setelah satu tahun, mereka sangat kaget, penjualan malah tumbuh lebih dari 20%, dan seluruh staff penjualan mendapat bonus naik haji. Tahun kedua dan ketiga, pertumbuhan penjualan tetap fantastis. Hanya dengan agresif semata !

Ingat disaat krisis, seringkali kompetitor anda tiarap dan low profile. Dengan bersikap agresif, anda menjadi sangat menonjol dipasar, dan semua konsumen mau tidak mau merasakan kehadiran anda !

Yang terakhir adalah - Give back. Ini nasehat spiritual Jerry White. Kehidupan ini mirip roda yang berputar. Krisis tidak akan pernah datang cuma sekali. Demikian juga bencana. Dan banjir. Apabila kita berhasil lolos dari satu krisis dan bencana, maka setelah itu jangan lupa untuk berbuat kebajikan dan menolong orang setiap kali kesempatan itu ada. Kita menabur benih-benih kebaikan. Karena pada saat krisis dan bencana itu datang pada kesempatan berikutnya, kita membutuhkan sangat banyak pertolongan. Tanpa dapat kita rencanakan dan kira, seringkali pertolongan yang paling kritis justru datang dari orang yang tidak kita sangka-sangka. Dan saya sudah sangat sering mengalami hal ini.

Pada akhirnya, krisis dan bencana menyadarkan kita akan kerapuhan hidup ini. Untuk bertahan dan tidak terpatahkan olehnya, kita tidak akan mampu melewatinya hanya berbekal semangat dan optimisme saja. Tapi sejumlah strategi yang cerdas !

1 comment:

Babeh Helmi said...

aseemmmmm!!!!

ternyata ada blog kaya begini ...

thanks berat pak atas sharing-nya ...