Sunday, May 23, 2010

PRESIDEN BASI 2014



Ketika Sri Mulyani bertemu secara resmi dengan para anggota Dewan, seorang diantara mereka nyeletuk, agar Sri Mulyani mau dan bersedia dicalonkan sebagai calon Presiden 2014. Saat membaca adegan itu disebuah surat kabar, saya sempat tertawa. Itu ide yang menarik ! Tak lama kemudian di internet beredar sejumlah ajakan dan gerakan, untuk mewujudkan celetukan itu agar menjadi kenyataan.

Dalam sebuah diskusi terbatas, belum lama ini, beberapa teman menggagas agar tahun 2014 kita punya pilihan calon presiden yang lebih baik. Alasan-nya sangat sederhana. Bila kita lihat peta pimpinan partai besar yang berkuasa saat ini, sebenarnya kita sudah bisa meraba siapa-siapa saja yang bakal menjadi Presiden di 2014 dan 2019. Dan teman saya menyebutnya “presiden basi”. Saya terusik mendengarnya, walaupun sedikit kontroversial, namun memiliki sejumlah kebenaran juga. Ekonomi dunia berubah porosnya. Lihat saja Eropa yang tak reda dirundung krisis. Dan Amerika yang memicu krisis dua tahun yang lalu. Asia dengan kekuatan super ekonomi bersama Cina, Jepang dan Korea menjadi benteng ekonomi yang sangat sukar disaingi dalam 10 tahun mendatang. Seorang teman mengirim humor lewat Black Berry, “Barangkali Tuhan itu orang Cina. Jadi jangan heran apabila semua produk didunia dibuat oleh Cina” Dalam lomba ekonomi 10 tahun mendatang, Asia akan bertambah sakti, karena India akan semakin terbuka dan menjadi kekuatan terbaru ekonomi Asia. Dan kalau saja kita menemukan pemimpin yang dahsyat, maka Indonesia punya peluang menjadi kekuatan ekonomi kelima di Asia setelah Cina, Jepang, Korea dan India.

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia telah berhasil menjadi kekuatan demokrasi baru di Asia. Sebuah perjalanan panjang yang melelahkan selama 12 tahun. Kita sudah mengalami 4 kali pergantian presiden yang berbeda. Secara politik mungkin Indonesia boleh terpujikan. Tetapi dalam ekonomi, kita masih berjalan ditempat. Itu yang dirasakan hampir semua orang kebanyakan. Teorinya dengan modal yang luar biasa. Seperti jumlah penduduk ke 4 terbesar didunia. Tanah dan laut yang sangat subur. Dan potensi sumber daya alam yang berlimpah. Mestinya Indonesia tidak akan sulit menjadi kekuatan ekonomi Asia berdampingan dengan Cina, Jepang, Korea dan India. Solusinya kita butuh “pemimpin yang tidak basi”, yang mengerti tentang potensi ekonomi ini, yang punya ambisi besar mewujudkan visi ekonomi ini, dan kemampuan manajemen untuk mewujudkan-nya dalam periode 5 -10 tahun.

Barangkali ini dasar pemikiran yang sangat “urgent”, kenapa teman saya kesal, ngebet pemimpin baru yang segar, dan “tidak basi” ditahun 2014 nanti. Mungkin sebuah pertanyaan yang basi pula, bilamana kita bertanya : “Masa sih dari 200 juta orang lebih, kita tidak bisa menemukan satu-pun orang yang cakap memimpin ?” Sama dengan pertanyaan, masa sih dari 200 juta orang lebih, kita tidak bisa menemukan beberapa atlit berbakat untuk sepakbola, bulu tangkis dsbnya ? Pertanyaan basi yang selalu berdengung ketika kita kesal tim sepak bola dan tim bulu tangkis kita kalah melulu ! Jawabnya pasti bisa dan pasti ada. Masalahnya kita serius tidak mencari dan mendidik calon atlit itu ? Andaikata saya boleh membuat sebuah perbandingan. Dalam piala dunia Juni 2010 mendatang di Afrika Selatan, negara-negara kecil seperti Cameroon, Ivory Coast, Ghana dan Honduras yang memiliki populasi penduduk hanya 7 juta hingga 21 juta, berhasil masuk piala dunia. Kita, Indonesia belum punya kesempatan seperti itu. Nah, bilamana dan jikalau boleh membuat perbandingan secara potensi ekonomi. Berdasarkan data nominal GDP 2008 versi World Bank, Indonesia menduduki nomer 19. Bandingkan dengan Cameroon (88), Ivory Coast (87), Ghana (100) dan Honduras (107). Mestinya Indonesia punya prestasi segudang, apabila kita lihat urutan dan potensi ekonominya. Tapi benar pula; apabila angka diatas disanggah dengan perdebatan bahwa tidak ada hubungannya langsung antara ekonomi dengan dengan prestasi olah-raga.

Pernah sekali, Mpu Peniti pernah mengatakan kepada saya, ketika seseorang sangat minim dalam harta dan benda, tetapi ia sadar bahwa harta terbesarnya adalah dirinya sendiri, maka tidak ada lagi batas yang memisahkan prestasi yang bisa dicapainya. Miskin bukanlah penghalang. Ia bisa mencapai prestasi apapun yang ia inginkan. Tetapi Mpu Peniti juga mengatakan bahwa sebaliknya seseorang yang kelimpahan dalam harta dan benda tetapi gagal berbuat apa-apa. Maka dosanya dobel. Ia bodoh tidak bisa memanfaatkan peluang. Dan durhaka karena gagal berbuat kebajikan bagi orang banyak.

Tantangan-nya barangkali adalah bagaimana kita bisa mencetak kader-kader pemimpin yang pas ? Karena selama 12 tahun ini, partai politik di Indonesia telah gagal semua. Bukan pemimpin bagus yang berhasil dicetak, melainkan partai politik cuma dijadikan kendaraan menuju kekuasaaan. Sehingga pemimpin yang dihidangkan kepada kita, hingga hari ini semuanya basi. Tak jauh dari area pengkultus-an seseorang. Celakanya dalam menentukan kepemimpinan baru saat ini, mulai muncul tradisi buruk. Yaitu pewarisan kekuasaan dan kepemimpinan. Di berbagai daerah sudah muncul pilkada yang menampilkan istri dari Bupati atau Gubernur yang selesai berkuasa. Demikian pula di partai politik, anak-anak pimpinan partai di wacanakan sebagai pewaris dan penerus kepemimpinan. Seolah sebuah kepemimpinan adalah kepemilikan mutlak tokoh tertentu. Mirip kepemilikan tanah saja. Kepemimpinan kan bukan hak satu keluarga saja. Hingga diwariskan dari kakek ke anak cucu. Sungguh tradisi yang sangat feodal. Kalau sistim mencetak kader pimpinan di Indonesia masih berkutet di wilayah sempit ini, kapan kita bakalan punya pemimpin yang bagus ?

Mencetak kader pimpinan bangsa, sebenarnya bisa dilakukan secara lebih sistimatis dan matematis. Katakanlah kita dalam sepuluh tahun mendatang kita ingin punya kolam bakat calon pemimpin yang cukup banyak dan luas. Pemimpin yang ideal, matang dan memiliki pengalaman yang cukup dengan rentang usia 40-50 tahun. Maka saat ini, pertama-tama yang harus kita pilih adalah kolam latihnya. Agar produktif dan menyerap kemajemukan profesi dan gender, kolam latihnya jangan dibatasi. Bisa saja kolam latih itu berada di satuan militer, pemerintahan daerah, perusahaan BUMN, dan swasta. Namun pembibitan itu sudah harus dimulai dengan melihat bakat-bakat para eksekutif yang berusia 30’an saat ini. Mereka harus diberikan tanggung jawab, wawasan dan tugas-tugas memimpin yang luas. Ibaratnya intan, mereka harus terasah benar dalam 5-10 tahun mendatang, kita punya banyak pemimpin yang benar-benar kemilau dan kinclong.

Tantangan berikutnya adalah bagaimana partai politik bijaksana mengakses kolam bakat ini, atau sebaliknya bagaimana calon-calon pemimpin ini diberikan akses politik, sehingga mereka punya kesempatan mendarma baktikan kemampuan dan pengalaman memimpin-nya. Dalam 12 tahun terakhir ini, partai-partai politik di Indonesia mengalami konsolidasi, perpecahan dan selalu saja muncul partai sempalan baru. Semata-mata karena di negara demokrasi Indonesia ini sendiri, partai politiknya belum 100% arif berdemokrasi. Kekuasaan cenderung di patri dan dipasung hanya untuk kelompok esklusif. Kelompok yang kecewa akhirnya membuat partai baru dan seterusnya. Sehingga partai politik besar cenderung tidak mengalami penguatan melainkan sebaliknya pengeroposan bakat dan kekuatan. Potensi dan bakat yang baik tidak terkumpul dalam satu kekuatan, melainkan terpecah-pecah tidak keruan.

Tahun 2014 memang masih 4 tahun lagi. Namun menurut Mpu Peniti, bilamana kita mau membaca tanda-tanda alam, tahun 2014 yang memiliki perhitungan 2+0+1+4 = 7 akan menjadi tahun yang sangat penting. Menurut kepercayaan tradisonal Jawa, angka 7 merupakan angka yang sempurna. Lingkungan kita memiliki sejumlah angka 7. Dimulai dari seminggu ada 7 hari. Manusia yang memiliki 7 lubang. Sehingga 7 juga diaplikasikan dalam ilmu arsitektur secara tradisi. Konon Candi Borobudur saja mempunyai 7 tangga dan 7 gerbang. Dan yang membuat saya bulu saya berdiri, adalah perkataan Mpu Peniti bahwa tahun 2014 kita bakal punya presiden ke 7, setelah Soekarno, Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY. Saya sendiri mulanya skeptis, namun melihat kesungguhan air muka Mpu Peniti ketika bercerita saya ikut manggut-manggut juga. Saya tentu saja berharap Presiden ke 7 Indonesia di tahun 2014, adalah presiden dengan kepemimpinan baru yang segar. Bukan presiden basi ! Barangkali cuma waktu yang akan membuktikan, bilamana Sri Mulyani akan kembali ke Indonesia dan menjadi Presiden ke 7 Indonesia ! Kita sebagai rakyat kecil akan terus berharap !

No comments: