Penyanyi rock Bono dari U2 dan Bobby Shriver, Chairman dari DATA, berdua menciptakan sebuah global brand dengan nama (RED). Idenya sederhana, Bono dan Bobby Shriver, lewat merek ini, membujuk sejumlah produsen dengan produk-produk dengan merek global yang beken untuk menciptakan produk khusus dengan mengadopsi merek (RED). Tujuan-nya agar menciptakan sebuah “awareness” unik, tentang wabah penyakit HIV di Afrika. Sebagaian keuntungan dari produk-produk berlabel (RED), disumbangkan untuk membeli obat HIV dan juga program-program pemberantasan penyakit HIV di Afrika.
Bono dan Bobby Shriver sendiri, kemudian menjadi Brand Activist, yang mempromosikan merek ini secara global. Hal inilah yang juga menjadi daya tarik baik bagi konsumen dan produsen. Saat ini, sejumlah perusahaan seperti Motorola, American Express, Emporio Armani, Converse, GAP, dan Apple membuat produk khusus dengan merek (RED). Jadi lain kali kalau anda belanja ke salah satu toko dengan merek itu, perhatikan baik-baik produk khusus dengan label (RED). Karena disamping anda bisa membeli produk khusus, anda bisa ikut berbuat amal untuk pemberantasan penyakit HIV di Afrika.
Berlainan dengan konser Live Aid, yang diproklamasikan oleh Bob Geldof dan Midge Ure, pada tanggal 13 Juli 1985, yang dipancarkan ke 150 negara dan ditonton oleh lebih dari semilyar pemirsa diseluruh dunia, yang merupakan pengumpulan dana global sekali secara masif. Maka merek (RED) adalah sebuah upaya pemasaran global yang sifatnya bisa berkesinambungan lewat pemberdayaan konsumen. Atau ”empowering global consumer” untuk membuat pilihan yang lebih bijak dan bertanggung jawab. Dalam manifesto (RED) yang bisa anda lihat di www.joinred.com, disebutkan bahwa (RED) bukanlah sebuah gerakan amal, melainkan sebuah model bisnis yang kreatif. Dan seandainya gerakan ini diadopsi oleh konsumen diseluruh dunia, dan konsumen lebih menyukai produk yang berlabel (RED), maka akan lebih banyak produsen yang ikut tergerak dan akhirnya juga ikut membuat produk dengan label (RED). Ini ide brilyan, yang sangat bergantung sekali terhadap peran Bono sebagai ”brand activist” atau duta besar dari merek (RED).
Majalah Vanity Fair, misalnya ikut tergerak membuat propaganda gede, dengan mengeluarkan edisi khusus bulan Juli 2007, dengan 20 cover yang berbeda. Ke 20 selebriti yang tampil adalah tokoh-tokoh yang peduli dengan nasib Afrika diseluruh dunia. Dengan Bono bertindak sebagai brand activist, rasanya akan sangat unik melihat perkembangan merek (RED) di masa-masa mendatang.
Di Inggris, retailer beken Marks & Spencers juga meluncurkan ”Plan A – Food Miles”. Sebuah issue yang menarik sekali, dan menjadi diskusi hangat yang saya ikuti baru-baru ini di USA Pears Global Convention 2007, di Portland. Seperti kita ketahui, bahwa dunia kita, sedang mengalami perubahan luar biasa. Polusi yang berlebihan dan tidak terkontrol dari industri, kendaraan dan rumah kita, telah menciptakan sejumlah fenomena penyakit “global warming”, yang sangat mempengaruhi iklim kita. Akibatnya cuaca dunia menjadi sinting tidak keruan. Gempa bumi, musim yang bergeser, munculnya taifun yang sangat banyak, dan banjir dimana-mana. Hal ini membutuhkan kesadaran kita untuk mengubah prilaku enerji kita.
Prilaku enerji kita saat ini, dihitung dengan “carbon footprint”, yaitu jejak polusi karbon yang kita tinggalkan karena satu perbuatan dan prilaku. Marks & Spencers, berdalih bahwa produk-produk makanan yang ditansportasikan terlalu jauh, akan meninggalkan “carbon footprint” yang berlebihan. Itu sebabnya setiap produk makanan harus mempunyai ukuran “food miles”. Yaitu berapa jauh makanan itu telah ditansportasikan ketempat anda membeli. Tujuannya membiasakan konsumen untuk membeli makanan dengan ”food miles” terendah. Agar menghemat enerji dan mengurangi ”carbon footprint”.
(RED) dan ”Food Miles” adalah 2 contoh tentang pemberdayaan konsumen untuk menentukan pilihan konsumsinya agar lebih bijak dan bertanggung jawab. Dimasa mendatang pemberdayaan konsumen seperti ini jelas akan semakin banyak. Konsumen tidak lagi menjadi pihak yang pasif dan hanya meng-konsumsi. Konsumen akan bergerak fungsi dan pengaruhnya menjadi stakeholder yang secara agresif akan mentukan pola dan prilaku konsumsi kita dimasa mendatang. Konsumen secara umum akan menjadi ”global citizen” yang lebih bertanggung jawab terhadap pilihan konsumsinya.
Bono dan Bobby Shriver sendiri, kemudian menjadi Brand Activist, yang mempromosikan merek ini secara global. Hal inilah yang juga menjadi daya tarik baik bagi konsumen dan produsen. Saat ini, sejumlah perusahaan seperti Motorola, American Express, Emporio Armani, Converse, GAP, dan Apple membuat produk khusus dengan merek (RED). Jadi lain kali kalau anda belanja ke salah satu toko dengan merek itu, perhatikan baik-baik produk khusus dengan label (RED). Karena disamping anda bisa membeli produk khusus, anda bisa ikut berbuat amal untuk pemberantasan penyakit HIV di Afrika.
Berlainan dengan konser Live Aid, yang diproklamasikan oleh Bob Geldof dan Midge Ure, pada tanggal 13 Juli 1985, yang dipancarkan ke 150 negara dan ditonton oleh lebih dari semilyar pemirsa diseluruh dunia, yang merupakan pengumpulan dana global sekali secara masif. Maka merek (RED) adalah sebuah upaya pemasaran global yang sifatnya bisa berkesinambungan lewat pemberdayaan konsumen. Atau ”empowering global consumer” untuk membuat pilihan yang lebih bijak dan bertanggung jawab. Dalam manifesto (RED) yang bisa anda lihat di www.joinred.com, disebutkan bahwa (RED) bukanlah sebuah gerakan amal, melainkan sebuah model bisnis yang kreatif. Dan seandainya gerakan ini diadopsi oleh konsumen diseluruh dunia, dan konsumen lebih menyukai produk yang berlabel (RED), maka akan lebih banyak produsen yang ikut tergerak dan akhirnya juga ikut membuat produk dengan label (RED). Ini ide brilyan, yang sangat bergantung sekali terhadap peran Bono sebagai ”brand activist” atau duta besar dari merek (RED).
Majalah Vanity Fair, misalnya ikut tergerak membuat propaganda gede, dengan mengeluarkan edisi khusus bulan Juli 2007, dengan 20 cover yang berbeda. Ke 20 selebriti yang tampil adalah tokoh-tokoh yang peduli dengan nasib Afrika diseluruh dunia. Dengan Bono bertindak sebagai brand activist, rasanya akan sangat unik melihat perkembangan merek (RED) di masa-masa mendatang.
Di Inggris, retailer beken Marks & Spencers juga meluncurkan ”Plan A – Food Miles”. Sebuah issue yang menarik sekali, dan menjadi diskusi hangat yang saya ikuti baru-baru ini di USA Pears Global Convention 2007, di Portland. Seperti kita ketahui, bahwa dunia kita, sedang mengalami perubahan luar biasa. Polusi yang berlebihan dan tidak terkontrol dari industri, kendaraan dan rumah kita, telah menciptakan sejumlah fenomena penyakit “global warming”, yang sangat mempengaruhi iklim kita. Akibatnya cuaca dunia menjadi sinting tidak keruan. Gempa bumi, musim yang bergeser, munculnya taifun yang sangat banyak, dan banjir dimana-mana. Hal ini membutuhkan kesadaran kita untuk mengubah prilaku enerji kita.
Prilaku enerji kita saat ini, dihitung dengan “carbon footprint”, yaitu jejak polusi karbon yang kita tinggalkan karena satu perbuatan dan prilaku. Marks & Spencers, berdalih bahwa produk-produk makanan yang ditansportasikan terlalu jauh, akan meninggalkan “carbon footprint” yang berlebihan. Itu sebabnya setiap produk makanan harus mempunyai ukuran “food miles”. Yaitu berapa jauh makanan itu telah ditansportasikan ketempat anda membeli. Tujuannya membiasakan konsumen untuk membeli makanan dengan ”food miles” terendah. Agar menghemat enerji dan mengurangi ”carbon footprint”.
(RED) dan ”Food Miles” adalah 2 contoh tentang pemberdayaan konsumen untuk menentukan pilihan konsumsinya agar lebih bijak dan bertanggung jawab. Dimasa mendatang pemberdayaan konsumen seperti ini jelas akan semakin banyak. Konsumen tidak lagi menjadi pihak yang pasif dan hanya meng-konsumsi. Konsumen akan bergerak fungsi dan pengaruhnya menjadi stakeholder yang secara agresif akan mentukan pola dan prilaku konsumsi kita dimasa mendatang. Konsumen secara umum akan menjadi ”global citizen” yang lebih bertanggung jawab terhadap pilihan konsumsinya.
No comments:
Post a Comment