Monday, October 08, 2007

THE POWER OF "THANK YOU"


Ketika kecil, saya sering rewel kalau makan. Selalu saja, merasa kalau lauknya kurang. Atau masakan Ibu terasa tidak enak. Kurang ini dan kurang itu. Pokoknya tidak pernah puas. Pengen jajan tambahan. Ibu saya sering marah dengan ulah saya ini. Beliau selalu mengingatkan saya betapa beruntungnya saya, karena masih bisa cukup makan. Padahal disaat yang sama, banyak orang yang justru kelaparan ditempat yang lain. Ibu mengajarkan saya untuk selalu bersyukur dan berterima kasih. Menurut Ibu, kalau kita bandingkan nasib kita dengan orang yang lebih kaya dan lebih beruntung, mungkin kita akan iri dan cemburu. Tetapi kalau kita terbalik membandingkan-nya dengan orang yang nasibnya jauh lebih miskin, maka akan terasa betapa beruntungnya kita ini. Nasehat hidup ini mulanya saya telan begitu saja. Tidak saya rasakan keampuhan-nya.

Pertama kali saya berkenalan dengan Mpu Peniti, disaat saya mengalami krisis hidup yang luar biasa. Saat itulah saya berterima kasih bisa bertemu dengan beliau. Mpu Peniti menyela :”Lha, kamu ndak pernah toh, merasa bersyukur dengan hidup kamu selama ini ?” Saya malu, dan hanya menggeleng. Lalu Mpu Peniti menuturkan sebuah lawakan Warkop jaman dulu. Tentang orang yang selalu merasa beruntung. Konon menurut lawakan Warkop, kalaupun sudah kecelakaan dan patah kakinya, orang masih juga merasa beruntung, “Untung, cuma patah kakinya ! Kan, tangan-nya selamat”. Lalu kalaupun matanya buta satu, masih juga untung :” Untung, cuma kena matanya satu. Mata satunya masih normal !”. Dan biarpun separah patah kaki tangan, dan buta kedua matanya, masih juga bisa untung : “ Masih untung tidak mati !” Saya mulanya ikut nyengir mendengar lawakan itu.

Mpu Peniti lalu mengajarkan kepada saya, bahwa berkat dan karunia Allah, bagaikan udara disekeliling kita. Diberikan gratis kepada semua orang. Semua orang punya kesempatan yang sama. Tinggal tiap orang mau tidak berusaha menikmatinya. Ada orang yang acuh tidak acuh dan menghirup udara apa adanya. Tapi ada orang yang bermeditasi, dan melakukan yoga, melatih pernafasannya sehingga udara yang dihirupnya memiliki makna yang lebih. Lalu orang lain bersusah payah mendaki gunung, karena ingin menghirup udara segar. Dan menikmatinya. Jadi menurut Mpu Peniti, berkat dan karunia Allah, membutuhkan apresiasi. Barulah hidup kita bernilai dan bermakna sebagaimana mestinya.

Mike Robbins, bekas pitcher dari team softball Kansas City Royals, yang kini menjadi penulis buku dan motivator, menulis sebuah buku kecil yang unik. Judulnya “Focus on the good stuff – Appreciation” Menurut Mike, kita hidup dengan budaya yang terobsesi dengan hal-hal yang negatif. Tengok saja berita di media. Semuanya berfokus pada hal-hal yang negatif, seperti peperangan, bencana alam, kecelakaan, skandal dan banyak lagi. Infotainment kita juga isinya melulu tentang skandal, perselingkuhan dan perceraian. Ngobrol dengan teman-teman-pun, kita bicara gossip dan aib orang lain. Karena kita terbiasa memiliki obsesi dengan hal-hal yang negatif. Akibatnya sekeliling kita dipenuhi dengan aura dan enerji negatif. Tanpa kita sadari, kita justru menikmati dan menghargai yang negatif saja. Saya ajak anda bereksperimen ! Mulai hari ini, kita membalik fokus hidup kita. Titik fokus hidup kita arahkan hanya pada yang positif saja. Saya jamin hidup anda akan segera berubah !

Deborah Norville, bekas penyiar NBC yang sangat beken, juga meluncurkan buku yang mirip. Judulnya “The Power of Thank You”. Didalam buku ini dikatakan bahwa bersyukur, dan berterima kasih telah menjadi sebuah ilmu tersendiri untuk menyiasati hidup. Malah buku ini juga mengutip berbagai riset yang dilakukan oleh berbagai universitas terkenal seperti Universitas Cornell, Universitas Michigan dan Universitas California-Davis, yang telah melakukan berbagai riset tentang bersyukur dan berterima kasih.

Riset menyimpulkan bahwa orang-orang yang terbiasa bersyukur dan berterima kasih, umumnya lebih mudah bangkit dari segala macam kegagalan. Mereka juga terbukti mengatasi stress lebih baik. Dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Banyak orang terheran-heran, mendengar saya sering dan mudah tertawa di acara radio saya di Trijaya setiap Rabu sore. Sebagian menuduh saya cuma berpura-pura tertawa. Sisanya bertanya apa resepnya. Sejujur-jujurnya, sejak belajar dari Mpu Peniti tentang sikap bersyukur dan berterima kasih, percaya atau tidak, hidup saya terasa sangat “plong”. Saya merasa lebih rileks dan benar-benar bisa menikmati hidup. Tidur lebih nyenyak. Dan lebih mudah tertawa. Di saat Idul Fitri tinggal beberapa hari lagi, saya bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, atas hidup yang luar biasa ini. Semoga anda semua juga diberkahi rahmat, karunia dan nikmat yang berlimpah. Mohon maaf lahir batin.