Monday, June 21, 2010

ORANG BEKEN BACA PUISI DI OASIS ! ( PART IV )



RAKA MAHESA WARDHANA

INDOPOS - 21 Juni 2010

Sentilan Deddy Undang Tawa, Cornelia Pikat Penonton Orang Beken Baca Puisi. Begitulah tajuk kumpul-kumpul para pemerhati sastra. Mereka adalah para tokoh, artis, penulis, dan penikmat yang berkumpul jadi satu. Keprihatinan terhadap minat baca, dan kesusatraan menggugah mereka.

SEBUAH restoran di kawasan Raden Saleh, Jakarta Pusat, penuh. Sabtu siang lalu. Berbagai jenis kendaraan berjejalan .di area parkir. Sedangkan di ruangan ulama restoran berubah total. Hampir seluruh meja makan disimpan. Tersisa puluhan kursi terarah ke satu sisi yang sama. Mereka menghadap ke para penampil tak berpanggung. Di antaranya Deddy Mizwar, Wanda Hamidah, Cornelia Agatha, Niniek L. Kariem. Kafi Kurnia, Kirana Kejora, Yudhistira Massardi, dan beberapa tokoh lain.

Gelaran ini kali pertama diselenggarakan. Rencananya setiap bulan akan terus digulirkan sebagai agenda tetap. Para pembaca puisi ini bebas menampilkan karya siapa saja. Ada juga disediakan buku-buku puisi, bisa dipilih bagi yang ingin tampil. Tak berbeda jauh seperti memilih lagu dalam ruang karaoke. "Kita harap nantinya kalau orang merayakan sesuatu tidak hanya karaoke, tapi bisa juga baca puisi," ujar Kafi Kurnia.

Masing-masing penampil berekspresi dengan gaya berbeda. Seperti Cornelia Agatha yang diiringi musik dan penyanyi. Atau gaya berbicara santai ala Deddy Mizwar yang mengajak para penontonnya mengikuti alur gayanya. Sesekali yang menyaksikan ikut tertawa menikmati sentilan-senlilan pedas daribarisan kala-kala yang terucap. "Tadi saya baca karya Taufik Ismail, apa yang Beliau katakan terjadi han im. Korupsi uda di mana-mana. Karya sastra itu mewakili peradaban," kata Deddy

Tak sekadar berkumpul dan tampil, mereka punya misi untuk membangkitkan dunia sastra Indonesia. Menurut Deddy, perkembangan sastra masih memprihatinkan. "Coba lihat banyak karya sastra yang bersembunyi di rak paling pojok toko buku. Itu karena sudah beberapa bulan tidak laku, jarang ada novel atau puisi yang jadi best seller. Jarang ada penerbit yang berani mensupport para penulis. Setiap tahun ada buku pelajaran yang dibuat ulang. padahal isinya sama saja kenapa tidak digunakan untuk karya-karya lainya saja," kala pria kelahiran 5 Maret ll)55 ini.

Menurutnya, sistem pendidikan yang terjadi saat ini tidak mendukung minat baca para mund. Lebih lagi tidak ada jalur penghubung ankara sastra dengan dunia lain. Salah satu akibatnya, perfilman Indonesia tak banyak berkembang "Kalau di luar negeri itu pasti ada best seller novel, lalu kemudian dijadikan film. Dan itu terjadi setiap bulan," ujar aktor yang telah membintangi 73 judul nim ini.

Sementara itu Cornelia yang tampil dengan karya Rida Ka-liamsi memikat para penontonyang berada tak jauh dengannya. "Saya senang dengan kata-kata sederhana, dan Rida adalah salah satu penulis favorit saya," kata wanita kelahiran 11 Januari 1973 ini. Menurutnya, selama ini puisi terjebak dengan kemasan berat dan tertutup yang membuatnya tak bisa dinikmati banyak orang. Kebanyakan pementasan dilakukan di tempat-tempat tertentujauh dan jangkauan para awam. "Semua orang bisa buat puisi. Mulai dari anak kecil sampai ibu rumah tangga, orang jatuh cinta biasanya juga be rpuisi," kata dia. Sementara selama ini sajian puisi lebih identik dengan kata-kata yang susah dimengerti. Hal nu lah yang menurutnya sedikit menghalangi orang untuk lebih dekat dengan puisi. (*)

No comments: