Monday, January 26, 2009

KONJUNGSI AQUARIUS DAN JUPITER

GERHANA MATAHARI DI HARI IMLEK 26 JANUARI 2009

Sejak pagi hari Imlek, 26 Januari 2009, semua orang sudah sibuk melihat langit, berharap-harap cemas atas pertanda baik yaitu limpahan hujan deras. Yang konon secara positif melambangkan aliran rejeki yang luber dan berlimpah. Namun di wilayah sebagian Jakarta, hingga sore hari cuma langit yang mendung dan sedikit gerimis disana-sini. Hujan deras yang ditunggu, ternyata tak kunjung datang. Mungkinkah langit memberi pertanda yang berbeda dan lain untuk tahun kerbau tanah 2009 ini ?

Tidak banyak yang menyadari, bahwa Imlek kali ini sebenarnya sangat istimewa sekali. Menjelang jam 16.30 telah terjadi gerhana matahari cincin atau annular solar eclipse. Dan menurut pantuan detik.com, pada jam 16.40 bulan secara komplit menghalangi sinar matahari dan membentuk gerhana matahari cincin. Apakah gerhana matahari ini memiliki pengaruh kosmik yang unik terhadap tahun kerbau tanah 2009 ? Ataukah cuma sebuah kebetulan semata ?

Secara astrologis sebenarnya dibedakan antara gerhana bulan dan gerhana matahari. Gerhana bulan cenderung dianggap pertanda kosmik negatif dibanding dengan gerhana matahari. Walaupun kadang-kadang gerhana matahari cenderung lebih menakutkan secara alam, dimana langit tiba-tiba gelap ditengah-tengah siang bolong, dan membuat hewan-hewan panik. Gerhana matahari dianggap pertanda kosmik yang sangat positif. Karena biasanya gerhana matahari menandakan sebuah awal perubahan yang masif. Mirip sebuah putaran roda yang berbalik arah. Artinya yang berkuasa dan berjaya penuh akan digoyang posisinya. Dan mereka-mereka yang dibawah memiliki peluang untuk berbalik arah dan menikmati posisi yang lebih baik. Namun ini semuanya sangat bergantung dari posisi bintang dan zodiak ketika gerhana matahari ini terjadi.

Gerhana matahari yang terjadi pada Imlek 26 Januari 2009, adalah gerhana yang terjadi pada saat bulan baru muncul dibawah bayang-bayang Aquarius dan pada saat pengaruh Mercury terbenam. Gerhana kali ini terlihat jelas dengan mata telanjang disebagian Samudra India dan uniknya disebagian Indonesia bagian barat. Dan secara parsial bisa juga dililihat di Selatan Afrika, Madagascar, Australia, dan juga tenggara India.

Gerhana matahari yang berawal dari 6 derajat dan 30 detik dari rase bintang Aquarius yaitu simbol pembawa air dan kesuburan, berkonjungsi dengan Jupiter, yang menciptakan sebuah konjungsi yang sangat luar biasa di hari Imlek tahun kerbau tanah 2009. Ini sungguh merupakan kombinasi yang sangat menguntungkan. Konjungsi ini juga melibatkan satu gugusan bintang yaitu Bos, yang dalam bahasa Latin artinya kerbau.

Buat perekonomian dunia, konon gerhana matahari ini juga pertanda sangat positif. Artinya, siapa tahu krisis ekonomi global akan segera berakhir, dan kemakmuran akan segera pulih kembali. Hanya saja kabar buruknya, gerhana matahari ini bertolak belakang dengan tanda-tanda zodiak Barrack Obama yang kebetulan juga lahir di tahun kerbau. Barrack Obama lahir tanggal 4 Agustus 1961 dibawah zodiak Leo. Dan mereka yang lahir dibawah zodiak-zodiak Aquarius; Leo; Scorpio; Taurus tidak akan diuntungkan oleh gerhana matahari kali ini. Dalam 6 bulan mendatang dimana gerhana matahari berpengaruh terhadap restrukturisasi enerji kosmik, Barrack Obama akan mendapat tantangan luar biasa. Sebaliknya SBY yang juga lahir di bawah shio kerbau tanah yaitu 9 September 1949, kebetulan zodiaknya adalah Virgo. Jadi beliau tidak terkena imbas negatif dari gerhana matahari tersebut. Nah, malah SBY yang tanggal lahirnya memiliki kombinasi istimewa 9-9-9, ini menjadi teka-teki unik tersendiri. Apakah beliau punya langkah jitu dalam 6 bulan mendatang ? Mari kita saksikan bersama-sama secara seksama !

Semoga tahun kerbau tanah 2009, memberikan anda rejeki, kesehatan, dan kemakmuran yang berlimpah.

Sunday, January 25, 2009

Wednesday, January 21, 2009

Saturday, January 17, 2009

TOMORROW WILL BE BETTER !

KERIKIL DI TAHUN KERBAU 2009

Dalam hari-hari menjelang tahun baru 2009, saya di interview beberapa wartawan. Topiknya tentang prediksi dan ramalan bisnis di tahun 2009. Kepada mereka saya mengutarakan prediksi yang optimis dan positif-positif saja. Umumnya mereka tertawa, menganggap ramalan saya hanya gertakan untuk memotivasi sikap semua orang agar tetap punya harapan menghadapi “kemungkinan masa-masa sulit 2009”. Karena opini publik dan berita dikoran akhir-akhir ini semuanya sangat suram dan juga negatif semua. Terus terang hati saya jadi tidak tentram. Menghadapi sekian banyak enerji negatif disekeliling saya.

Komikus Bill Keane pernah berkata : “Yesterday's the past, tomorrow's the future, but today is a gift. That's why it's called the present.” Satu kalimat favorite saya, yang selalu manjur bilamana saya sedang menghadapi hari yang sangat panjang dan melelahkan. Sentakan semangat yang ampuh ! Karena selama masih ada hari esok, berarti masih ada harapan. Bahwa hari esok masih bisa diperjuangkan menjadi lebih baik. Secara spiritual ini bukan teori yang biasa anda dapatkan di buku-buku dan seminar motivasi. Secara spiritual saya sendiri sudah pernah mengalaminya secara nyata. Kejadian-nya ketika saya masih menjadi mahasiswa, dan sedang getol mencari jati diri saya. Saat itu, entah siapa yang menurunkan wangsit, saya dipertemukan dengan seorang guru ZEN. Usianya sudah sangat lanjut. Lahir dan besar di Vietnam, lalu mengungsi ke Australia setelah perang Vietnam. Beliau bercerita tentang masa-masa tersulit hidupnya. Masa kecil dari keluarga petani yang sangat miskin. Mencoba “survive” dari perang. Menjadi “boat people”. Hingga akhirnya menjadi imigran di Australia, dan sejuta pengalaman pahit ketika beradaptasi hidup di kota besar seperti Sydney. Mulai dari belajar bahasa Inggris hingga mencari pekerjaan.

Diakhir diskusi kami, beliau membungkuk dan mengambil sebuah kerikil. Kata beliau, “Kakek saya pernah berkata kepada saya. ‘Lihatlah disekeliling-mu. Tuhan tidak menempatkan batu-batu besar disekeliling-mu. Tetapi cuma kerikil yang berserakan dimana-mana. Hidup ini, kita harus belajar memanfaatkan kerikil disekeliling kita. Ia ada dimana-mana dan jumlahnya banyak sekali’. Artinya rejeki, kesempatan, dan peluang diberikan Tuhan setiap hari kepada kita. Cuma tidak dalam bentuk yang sangat besar seperti hadiah kena lotere yang mendadak. Kadang saking kecilnya kerikil itu, kita seringkali meremehkan dan menganggap sepele”.

Percakapan hari itu, menjadi pengalaman spiritual yang sangat berkesan bagi saya. Yang membuat saya selalu percaya kepada keajaiban hari esok. Buat saya, hari esok selalu menjadi tantangan yang asyik. MAKE IT BETTER ! ALWAYS ! Kini apapun yang terjadi, saya selalu tau dan yakin, bahwa disekeliling saya banyak kerikil yang bisa kita gunakan dan manfaatkan. Asalkan jeli mencari dan menggunakan-nya.

Namun, bilamana anda iseng dan penasaran, ingin melihat tahun 2009 dari kaca mata yang berbeda. Maka tahun 2009 juga membuka pintu rejeki, kesempatan dan peluang yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Secara penanggalan Cina, mulai tanggal 26 Januari 2009 mendatang kita akan memasuki tahun baru, dibawah bayang-bayang tahun kerbau. Penanggalan Cina yang memiliki 12 tanda horoscope hewan, mengalami satu putaran setiap 12 tahun sekali sesuai dengan tanda horoscope masing-masing. Namun dengan lima elemen alam metal, kayu, air, api, dan bumi yang dikenal dengan “Wu Xing” atau The Five Cardinal Point, maka putaran besar itu terjadi setiap 60 tahun sekali. Tahun lalu dalam SEMINAR MARKETING ALA FENG-SHUI bersama BISNIS INDONESIA dipermulaan tahun, saya sudah mengingatkan tentang perubahan pusaran enerji yang akan berkaca dengan resesi yang terjadi 60 tahun yang lalu yaitu tahun 1948 sehabis perang Dunia ke II. Tahun 1949 merupakan tahun kerbau yang sangat penting dan membuktikan sejumlah peristiwa penting akibat arus balik. Di tahun ini NATO lahir, demekian juga Jerman resmi terbelah dua, dengan masing-masing sisi memproklamirkan diri. Tahun 1949, adalah tahun berdirinya Republik Rakyat Cina, dan tahun Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Negara lain yang merdeka di tahun yang sama adalah Vietnam, dan SIAM berganti nama menjadi Thailand. Dan merupakan tahun penting ditemukannya sejumlah obat antibiotik.

Ketika tahun tikus 2008 mulai beredar pada tanggal 7 Pebruari 2008, sejumlah tanda sudah nampak dipermukaan. Dunia terguncang, ketika pada Jumat 25 Januari 2008, pasar saham dunia merosot tajam, menunjukan tanda-tanda ‘meltdown’. Index saham BSE di India turun 10%, DAX Jerman jatuh 14%, HSI Hong Kong merosot 9% dan SSE Shanghai terjun bebas 10%. Semua orang dan media mulai berteriak satu kata yang menakutkan global resesi. Beberapa bank besar di Amerika, juga menghapus hutang tak tertagih dalam jumlah yang fenomenal. Merrill Lynch 22.4 milyar dollar, Citigroup 19.9 milyar dollar, dan UBS 14,4 milyar dollar. Hanya saja tanda-tanda itu tidak kita abaikan sehingga berlanjut pada situasi yang lebih runyam.

Tahun kerbau 2009, memiliki enerji yang berbeda. Kerbau yang dikenal tangguh dan memiliki kegigihan yang bersemangat baja dipercaya akan menstabilkan situasi dan memberikan fundamental yang lebih baik. Bila kita bercermin dengan situasi yang mirip dalam siklus 60 tahun tadi, maka tahun 1949 dikenal sebagai tahun enerjik yang juga perlahan-lahan menghapus resesi. 2009 berpeluang memunculkan kekuatan-kekuatan baru yang telah terbukti tahan uji. Tahun kerbau 2009, adalah tahun tanah atau bumi, dan keterdekatan kerbau dengan bumi akan menciptakan sinerji yang lebih baik, terutama buat bisnis-bisnis yang dekat dengan elemen bumi dan atau tanah seperti agribisnis dan properti.

Yang menarik, pemimpin top dunia seperti : Napoleon Bonaparte, Adolph Hitler, Saddam Hussien, semuanya lahir di tahun kerbau. Demikian juga, Princess Diana, Margaret Thatcher, dan Richard Nixon. Dan menariknya juga Barack Obama dilahirkan di tahun kerbau. Anda yang membaca fenomena ini mungkin akan menyiratkan bahwa tahun 2009, akan memunculkan pemimpin-pemimpin baru dengan kekuatan baru. Jadi semoga saja Barck Obama sukses membawa enerji positif di Amerika Serikat secepat mungkin. Semoga pula tahun 2009, setelah 100 tahun Kebangkitan Nasional, di Indonesia akan muncul generasi pemimpin baru yang akan mensejahterakan dan memakmurkan Indonesia.

Seniman dan pelawak dunia legendaris, juga banyak yang ber-shio kerbau. Misalnya, Peter Sellers, Charlie Chaplin, Bill Cosby, Walt Disney, Picasso, Vincent Van Gogh. Ini sentilan penting, jangan berani menganggap kerbau itu kelihatan mahluk lambat, yang membosankan dan tidak memiliki imajinasi. Kekuatan kerbau bukan semata di otot tetapi justru di saraf intelegensia, dan kualitas pemikiran. Tahun 2009 sebaiknya anda juga menyiasati hal yang sama. Menang adu pintar dan bukan menang adu otot (he…he…he….).

Aktor dan aktris film yang bershio kerbau, lebih maut lagi daftarnya, Clark Gable, Rock Hudson,Dustin Hoffman, Anthony Hopkins, Paul Newman, Jack Nicholson, Robert Redford, Jane Fonda,Meryl Streep, Sigourney Weaver, Richard Gere, Meg Ryan, Whoopi Goldberg, George Clooney, Keira Knightley, dan Kate Beckinsale. Hampir semuanya adalah aktor dan aktris pemain watak yang dahsyat. Jadi disamping harus penuh imajinasi dan cerdas, tahun 2009 membutuhkan kekuatan karakter dan kepribadian yang sangat kuat sekali.

Hanya saja raksasa ASIA seperti China, India, dan sebagian Rusia diramalkan punya potensi mengalami kerusakan yang lebih masif. Sehingga enerji negatifnya bisa berimbas kencang sekali ke ASEAN, termasuk Indonesia. 2009 adalah tahun tantangan buat Indonesia. Menurut Mpu Peniti, ditahun pemilu yang bakal sarat dengan persaingan dan kompetisi politik, tegangan emosi cenderung tinggi sekali. Kerbau memang kalem, tetapi kalau sudah ngamuk, maka kerusakannya bisa sangat merugikan sekali. Dan menjaga agar semua bisa kalem dan tidak terpancing emosi, memerlukan ‘leadership’ yang luar biasa. Secara karakter, kebetulan sekali SBY itu juga lahir dibawah shio kerbau. Tapi mampukah SBY menjadi lokomotif baru yang menciptakan kestabilan itu di tahun 2009 ? Dan pemimpin yang akan memakmurkan Indonesia ke sebuah era yang baru ? Kita lihat saja nanti ! Yang penting saya tetap optimis buat 2009 !

Monday, January 12, 2009

MIYAMOTO MUSASHI

HOW TO "JUMP START" 2009 ?

Lebih dari 20 tahun yang lalu, disebuah WC di kampus Broadway, NSWIT di Sydney, saya melihat sebuah graffiti – pesannya sangat pendek : “Start The Revolution”, dan sebuah logo berbintang dengan singkatan STR dalam hurup besar yang sangat menonjol. Isi pesan itu sangat pendek. Berbagai pesan yang serupa pernah pula saya lihat diberbagai dinding graffiti yang lain. Tapi malam itu saya tidak bisa tidur. Saya ingat betul malam itu adalah malam Jumat dan sejumlah pikiran berkecamuk dikepala saya. Campur aduk. Konon menurut Mpu Peniti didalam hidup kita sesekali syaraf di otak kita korslet dengan tegangan tinggi, dan tibalah saat pencerahan dimana kita mendapat wangsit atau ide besar. Dan buat saya, saat “pencerahan” itu adalah - pas malam itu di kamar apartemen saya, dalam kantuk yang tidak mau datang dan sejumlah kegelisahan mengamuk dan menggaruk sekaligus.

Nah, didalam situasi yang sekarat itu, muncul satu pertanyaan yang barangkali sederhana, tetapi sebenarnya jawaban dari segalanya. Yaitu – masalah “how to start ?”. Bagaimana kita memulai sesuatu ? Sepele tapi menohok. Entah berapa kali saya telah memberikan seminar atau ceramah tentang entrepener. Pesertanya seringkali campuran antara mahasiswa dengan kaum profesional. Pertanyaan klasik yang selalu muncul diakhir acara, selalu saja…. “bagaimana memulainya ?” …. Atau “kapan memulainya ?” Kenapa memulai sesuatu itu sedemikian repot dan susahnya ? Begitu membingungkan atau menakutkan ? Kelakar dan canda Mpu Peniti kepada saya, adalah justru karena semuanya takut dan ragu memulainya, maka seminar dan ceramah saya laris terus menerus. Karena masih banyak yang belum mulai-mulai juga.

Memulai sesuatu bisa saja menjadi tantangan dan tindakan yang sangat sulit, terutama apabila kita punya sejumlah pengalaman yang negatif yang memagari sikap kita untuk memulai. Seseorang yang baru saja mengalami kegagalan entah itu dalam bisnis dan asmara, pasti akan takut untuk memulai lagi. Karena kegagalan itu pasti nyeri dan menyakitkan. Untuk memulai sesuatu kita butuh 3 hal, kata Mpu Peniti. Pertama keberanian. Kedua adalah waktu yang tepat. Kombinasi inilah yang menciptakan momentum. Kombinasinya pas, momentumnya juga bakalan edan banget.

Tak lama setelah malam yang resah dan menggelisahkan itu, entah bagaimana caranya, saya juga tidak ingat… tapi saya mendapat sebuah ajaran tua dari Lao Tzu – “The journey of a thousand miles begins with one step.” Kalimat ini yang memberikan saya motivasi dan keberanian untuk selalu memulai, tanpa harus takut gagal. Ayah saya almarhum sering menasehati saya, dan kata beliau : “Kamu ngak bakalan kaya gara-gara menang lotere, kalau beli lotere saja tidak pernah ”. Saya sering tersenyum bila mendengar nasehat yang satu ini. Dan lagi kalau kita punya persiapan baik, biasanya keberanian, keyakinan dan percaya diri, tumbuh secara otomatis. Jadi langkah pertama adalah persiapan. Ngak harus sempurna banget-benget. Karena ada juga, orang yang terobesesi dengan persiapan atau planning, akhirnya ngak mulai-mulai juga. Semata-mata karena persiapan-nya tidak pernah selesai. Kesempatan atau opportunity akhirnya lewat dengan sia-sia.



Padahal ini menyerempet esensi yang kedua dan berikutnya. Yaitu waktu yang tepat atau “timing” yang pas. Atlit dunia Carl Lewis yang meraih 10 medali Olympiade pernah berkata : “Life is about timing.” Jadi manfaatkanlah waktu, untuk memulai sesuatu. Jangan sampai tertinggal. Ini rahasianya. Pernah sekali saya bertemu dengan seorang entrepener. Usianya masih muda. Usahanya sudah beraneka ragam dan hidup sangat nyaman. Ia bertemu saya ingin berkonsultasi. Bukan karena bisnisnya bermasalah, tetapi justru ia ingin “exit” dari beberapa bisnisnya. Mulanya saya terperanjat. Karena permintaan-nya rada aneh. Namun dengan serius ia lalu menceritakan kisah hidupnya. Ia hanya lulus SMA. Umur 18 tahun ia sudah bekerja. Tidak ada yang istimewa. Hanya sebagai seorang salesman. Lalu ia bertemu dengan sejumlah orang yang percaya dengan-nya dan membantu permodalan. Dari sana bisnisnya berkembang. Ia mengaku setiap langkah yang diambilnya dan sukses, semata-mata karena selalu pas waktunya. “Perfect Timing”, begitu ia menyebutnya. Satu pelajaran lain yang cukup unik menurut dia, adalah juga “perfect timing” yang ia lakukan ketika menghindar dari penipuan teman dan kolega bisnis. 10 tahun pertama saat ia mulai berbisnis, ia mengaku berkali-kali ditipu orang. Lambat laun ia belajar, dan selalu saja bisa menghindar pas waktu yang tepat datang. Berdasarkan pengalaman inilah ia ingin “exit”, karena menurutnya waktunya sudah pas.

Di tahun 2009 ini, Mpu Peniti memberi wejangan yang unik. Beliau berpesan untuk menyiasati saat-saat ‘susah’ ini dengan 2 strategi. Yang pertama strategi “jump start”. Ibarat mobil yang batere-nya habis listriknya, anda butuh pinjam batere mobil lain untuk di-stroom kaget dan “start”. Artinya jangan putus asa dan menyerah. Dan menjadi alasan untuk berhenti dan tidak berbuat apa-apa. Biar susah seperti apa-pun, anda harus berusaha mencari bantuan untuk “jump start”. Entah itu lewat sinerji dan atau aliansi dengan kawan dan musuh sekalipun.

Yang kedua, bisa saja “slow start” atau “fast start”. Tergantung kemampuan kita. Kalau kita cuma sanggupnya “start” pelan, biar saja. Seorang politisi, pernah menasehati saya. Kata beliau hidup ini adalah pertandingan tinju. Stamina kita bagus, kita bertinju full 15 ronde hingga akhir dan cukup dengan menang angka. Tapi kalau sumber daya kita terbatas, barangkali kita butuh “fast start”, bertinju sangat keras dan berusaha menjatuhkan lawan di ronde pertama. Berikan dan habiskan semuanya didepan. Tuntas habis.

Setelah peristiwa malam itu, saya tidak pernah lagi takut. Selalu saja ada gairah yang timbul untuk segera memulai sesuatu. Saya punya tekad untuk selalu menciptakan revolusi. Ide besar ! Perubahan besar ! Tidak lagi pasif menunggu. Saya sadar hidup ini dibangun dengan kegigihan. Buddha pernah berkata, dalam pertarungan antara aliran sungai dan batu karang, yang selalu menang adalah aliran sungai. Bukan semata-mata karena aliran sungai selalu deras dan memiliki kekuatan lebih besar. Aliran sungai selalu menang berkat kegigihan-nya. Tidak pernah menyerah. Tapi juga kita harus memulainya. Ayah saya almarhum pernah berkata, “Jangan pernah takut pada sebuah buku yang tebal sekalipun. Kalau kita mulai membacanya pada halaman pertama, berapa lama-pun kita membaca, suatu saat kita pasti akan membaca halaman terakhir, dan menamatkan buku itu. Yang paling menakutkan adalah kita tidak pernah membuka halaman pertama dan mulai membacanya !” Jadi apapun alasan dan masalah di tahun 2009, jangan pernah menyerah pada alasan apapun dan tidak memulainya !

Saturday, January 10, 2009

IGA BAKAR RAWIT ALA OASIS

Rediscovering A Taste of Our Heritage in Oasis

By Richard Oh


It is situated in the street that was once part of the expansive residence of Raden Saleh, the famed 19th century naturalist painter. Its unassuming façade, with its name emblazoned in neon light red, is unequalled to most flashy restaurants’ to date in Jakarta, but it boasts the serene dignity of a presence that goes back forty years in the history of the city. It was opened in 1962 by Tirto Utomo as the temporary accommodation for guests waiting to be placed at Hotel Indonesia. Since 1970, it had been turned into a restaurant. And what a roster of celebrities and dignitaries Oasis has served. It has hosted from H.R.H Prince Bernhard of the Netherlands, Cliff Richard, Evander Holyfield, George and Hilary Clinton, and in 2007, the Japanese Prince Shinzo Abe and his consort.

The Oasis was once a mansion built in 1982 for the Dutch millionaire F. Brandenburg van Oltsende, owner of vast estates of tea, rubber and cinchona. As you enter into the dimly lit reception area, you’ll immediately feel the warm ambience of welcome. The maitre d’, Nyoman, greets you with a genuine smile that makes you feel like the homecoming of a long lost friend. This goes on as you go into the restaurant, appointed with fine teak beams with walls adorned with the original paintings of Hendra Goenawan, in today’s estimation each is easily worth hundreds of millions of rupiahs, and with fine ikat embroideries, masks and handcrafted wooden figurines collected from all over the country. To the right of the reception is the Topeng Bar (The Mask Bar), a small enclave with sofas whose subdued color fabrics and teak woods must have been privy to the most enchanting conversations in the history of this country. That evening, Rizal Mallarangeng was huddling in the corner with Surya Paloh, adding presumably another interesting conversation in the annals of this bar. Up a flight of stairs, I was shown the Raja function rooms, the largest of which can host up to about forty guests. As with the rest of the restaurant, the walls are hung with more Hendra Goenawan paintings and masks. In fact, the walls, with the exceptional crystal chandeliers and the backlit stained glass of a family coat of arms designed by Dutch humanist Desiderus Erasmus, are the only vocal elements that call for our attention in the restaurant. The rest of the furnishing seems pleased to welcome its guests demurely, but with majestic assurance.

Out in the back of the restaurant, a cozy patio is enclosed with flush tropical growths and here and there Grecian statues are situated, evoking a rare atmosphere of Old World elegance.

I had a brief conversation with the Executive Chef Mr. Falk, a Swiss national, who had worked for 10 years at The Hilton before joining Oasis in 1993. Mr Falk told me, a part from their famed Rijsttafel, which is served by twelve ladies tiptoeing in a row, the pride of his culinary offerings in the restaurant are: Lobster Termidor, after a dish once favored by a French king, Tornado Rossini, after the composer’s favorite choice of dinner, and the rack lamb, an innovation from Indonesian kambing guling. That night he served us four different dishes that he recommends to all Oasis’ guests: king prawns with green chilies, sate remes, pieces of hand-kneaded local beef pierced through sticks of sugar cane, Betawi oxtail soup, and breaded fish. The dessert was the restaurant’s famed banana flambé with a cup of exquisite Mandailing coffee. Throughout the sampling of the cuisines, a trio of Batak troubadours that called themselves Amores regaled us with familiar songs from North Sumatera.

I was in fact once invited to have dinner at Oasis by Onghokham, the renowned historian, but had to take a rain check because of an urgent business to attend to. Since then, Oasis has been on the back of my mind. I must thank Kafi Kurnia, the marketing maverick who is now the designated promoter of the restaurant, who extended an invitation for the unforgettable dinner. The waiters and waitresses are very gracious who make an effort to remember names of the guests. They move with Old World grace and serve with the hospitality of ancient Javanese tradition.

Oasis is that rarity in the culinary world here in Indonesia with the distinction of a historical tradition. A perfect place to host foreign guests, it is definitely a must for those who have never been there. It is a culinary landmark in the heart of the city.

Saturday, January 03, 2009

TEA WISDOM

EKONOMI TEH - EKONOMI JALANAN PART V

Ini cerita yang sesungguhnya terjadi. Teman saya makan disebuah restoran ternama. Ketika beliau ditanya ingin pesan minum apa ? Teman saya menjawab, “teh panas”. Sang pelayan pria dengan gaya-nya yang sangat kemayu mirip aktor sinetron, dengan suara yang kenes menjawab, tidak ada. Adanya hanya “hot tea!”. Teman saya tentu saja melotot dan berang. Ia merasa dipermainkan. Karena apa bedanya “teh panas” dengan “hot tea” ? Namun sang pelayan pria dengan gayanya yang kemayu itu, menjelaskan lagi, bahwa “teh panas” itu gratis….. tapi “hot tea” itu bayar dan ada di menu. Akhirnya teman saya dengan mata masih melotot mengiyakan pesanan-nya “hot tea”.

Tak lama kemudian muncul secangkir teh panas dengan teko mungil yang berisi “teh Lipton”. Sambil minum teman saya masih meradang. Komentarnya dengan emosi tinggi “Ini dia, kekonyolan republik kita ! Katanya minuman soft drink nomer satu di Indonesia adalah “Teh Botol”, masak sih kita masih pake teh impor untuk minum teh panas ?” Komentar teman saya memang “nyentil” banget. Dan membuat kuping kita merah merona.
Karena alkisah, Indonesia memang salah satu penghasil teh terbesar didunia. Konon Indonesia adalah penghasil teh nomer 6 terbesar didunia. Atau memproduksi sekitar 5% total produksi dunia. Produsen terbesar adalah Cina (27%) di-ikuti dengan India (23%), lalu Kenya (9%), Sri Lanka (9%) kemudian Turki (6%). Sejarah teh di Indonesia, adalah sebuah warisan yang unik dari jaman penjajahan Belanda. Adalah Andreas Cleyer seorang pegawai VOC yang bertugas di Batavia sekitar tahun 1697-1698, yang kebetulan adalah seorang pemerhati tumbuh-tumbuhan, seorang dokter dan juga pengajar, yang membawa teh ke tanah Jawa. Sejarah perkebunan teh di Indonesia ternyata tidak senantiasa mulus. Mungkin dijaman itu dianggap sebagai komoditi yang rendah nilainya. Karena baru hampir 200 tahun kemudian, tepatnya tahun 1835 teh hasil Indonesia dikapalkan ke Eropa untuk layak dilelang. Itupun hasilnya cuma 200 peti.

Walaupun ritual minum teh di Indonesia kelihatan-nya sangat umum dan populer, budaya minum teh kita tidak mengakar dan sekaya negara lain. Memang di Indonesia kita memiliki sejumlah ritual turunan yang kemudian menjadi sangat unik seperti minum teh yang diracik dengan aneka rempah-rempah, dan ritual populer lain-nya seperti teh poci. Tetapi hanya sebatas itu. Lain dengan negara-negara lain. Diberbagai negara lain misalnya, teh dikenal dengan “provenance” tertentu. “Provenance” asalnya dari bahasa Perancis, yang artinya “tempat asal”. Dalam konsep marketing “provenance’ sangat penting. Ambil contoh, salak pondoh dari Yogyakarta, duren dari Medan, kopi dari Kintamani dsbnya.

Teh Assam, misalnya adalah teh dengan “provenance” dari India yang beken dan populer. Teh Assam ini kebanyakan ditanam di wilayah Jorhat – India, yang sangat unik, karena daerah tanamnya cukup rendah. Warnanya cukup kuat ketika di seduh, dan memiliki rasa yang cukup “malty”. Demekian juga teh dari India yang berikutnya : Darjeeling. Dianggap sebagai “Champagne of teas” karena cita rasanya yang segar, dengan sedikit “final note” asam diujungnya. Disamping “provenance”, metode dan proses peracikan teh, juga sangat berpengaruh. Karena metode peracikan akhir, sangat menentukan kualitas, cita rasa dan aroma teh ketika diseduh nanti. Cina dan Taiwan merupakan “provenance” dari varitas teh yang dikenal dengan “oolong” atau “Ti-Kwan-Yin”. Jenis teh ini melewati proses yang cukup rumit, yaitu setelah dipetik, biasanya di panggang untuk menciptakan aroma “slight toastiness” dan kemudian disimpan selama setahun. Lalu dikeluarkan dan diproses ulang, dan dipanggang serta disimpan kembali selama setahun. Demekian proses ini dijalani berulang selama 4 tahun dan baru di jual.

Lain lagi dongeng tentang cerita teh Earl Grey yang sangat legendaris. Nama Earl Grey berasal dari perdana menteri Inggris yang berkuasa di tahun 1830’an. Komposisi teh Early Grey adalah teh hitam yang diberi minyak bergamot sehingga aromanya sangat luar biasa. Bergamot adalah sejenis jeruk yang tumbuh di Italia Selatan. Kemungkinan besar teh ini awalnya adalah upeti dari seorang pejabat atau tokoh masyarakat yang berasal dari tanah jajahan Inggris di ASIA. Ada 2 cerita yang kedua-duanya kabur, bahwa satu cerita teh tersebut berasal dari seorang pedagang teh Cina dan satunya lagi berasal dari seorang Maharaja di India. Siapapun penciptanya tak pernah jelas. Hanya saja perusahaan teh – Jacksons of Picadilly – mengaku bahwa resep aslinya memang berasal dari Lord Grey sendiri dan diberikan kepada partner perusahaan itu George Charlton. Konon resep aslinya tidak pernah dibeberkan kepada publik. Jadi teh Earl Grey yang diproduksi perusahaan lain, semuanya adalah tiruan belaka.

Di Cina ada lagi dongeng teh yang tidak kalah fenomenal-nya. Yaitu cerita tentang Pu-Erh. Teh yang satu ini berlainan dengan teh lain yang menggunakan daun pohon teh yang terkecil atau pucuknya, Pu-Erh terbaik justru datang dari pohon tua atau pohon teh liar yang sudah sangat tua, dan dipetik dari helai daun yang paling lebar. Teh ini kemudian di press dan dicetak dalam cetakan khusus dan dibiarkan terfermentasi selama bertahun-tahun. Saat ini penggemar teh diseluruh dunia berburu Pu-Erh yang sudah disimpan tahunan, biasanya antara 10-50 tahun. Malah di Cina masih dijual Pu-Erh dari jaman terakhir dinasti Qing yaitu diawal 1900’an. Saya sendiri tidak menyukai Pu-Erh karena rasanya apek dan hampir tidak memiliki rasa. Secara tradisi Pu-Erh disajikan dalam jamuan makan yang berat-berat dan sangat berminyak. Pu-Erh misalnya populer disajikan bersama dim-sum. Semata-mata dipercaya Pu-Erh memiliki khasiat membantu pencernaan, menghancurkan lemak dan khasiat anti-oxidant yang sangat tinggi sekali. Pu-Erh juga dipercaya mampu merendahkan kolesterol darah. Dipasar internasional Pu-Erh yang langka dijual dengan harga diatas puluhan ribu dollar, dan lebih mahal dari anggur langka sekalipun.

Tak dapat disangkal, bahwa budaya minum teh akan semakin mendunia. Di seantero penjuru jagad, telah muncul butik-butik teh seperti Lupicia yang menyediakan lebih dari 400 jenis teh yang berbeda, dan juga bermunculan sejumlah warung teh atau “tea-house” kontemporer, sebagai antiklimaks dari budaya minum kopi. Berlainan dengan kopi Indonesia yang memiliki “provenance” kaliber dunia seperti Java Jampit, Sumatera Mandheling atau Toraja Kalosi, teh dari Indonesia tidak satupun yang dikenal memiliki “provenance” top. Sehingga harganya selalu menjadi sangat murah karena hanya dipakai sebagai oplosan atau pencampur teh dari negara lain. Selain teh melati, proses meracik teh ala Indonesia juga tidak ada yang terkenal mendunia. Namun secara kuantitas Indonesia punya potensi sebagai produsen nomer 6 didunia. Tinggal bagaimana cara kita mendesain sebuah strategi pemasaran berkaliber dunia untuk memberdayakan teh Indonesia ini. Barangkali meraciknya dengan rempah-rempah kesohor lain Indonesia atau mencampurnya dengan jus buah tropis Indonesia.

Kalau saja “Teh Botol” sudah menjadi minuman soft drink favorit kita, maka bukan tidak kemungkinannya, suatu saat teh Indonesia akan mendunia. Seperti Darjeling atau Assam dari India, dan Oolong dari Cina.

Thursday, January 01, 2009

SAYU ASEM KALDU SARI LAUT

SAYUR ASEM ALA OASIS

Dalam budaya kuliner Indonesia, kita hampir tidak mengenal “sup” atau setidaknya cara menyeruput “sup” seperti layaknya dalam budaya kuliner negara lain, dima “sup” diletak-kan didepan sebagai hidangan pembuka. Secara main-stream, kita mengenal masakan berkuah dalam kuliner Indonesia. Salah satu diantaranya yang sangat terkenal seantero jagad raya, adalah hidangan soto. Dan soto didalam budaya kuliner Indonesia, bertebaran dimana-mana dari Sabang sampe Merauke. Dengan isi dan kuah yang sangat bervariasi. Mulai dengan yang menggunakan kaldu ayam, sapi, kambing hingga seafood dan jerohan. Ada yang bening, dan adapula yang bersantan. Jenis-jenis soto di Indonesia boleh dibilang sangat komplit. Cara makan-nya boleh dikata hampir seragam, yaitu dimakan disantap dengan nasi, ketupat, atau-pun lontong. Sangat jarang dimakan sendiri atau digado selayaknya kita menyantap “sup” dalam tata cara kuliner negara lain.

Selain soto, kita masih mengenal masakan berkuah lain-nya, seperti semur, rawon, serta variasi lainnya. Masakan berkuah, sebenarnya sangat “bersahabat” diperut. Sering disebut sebagai “liquid food” dan “comfort food” karena lebih nyaman dan mudah dicerna. Georges Ausguste Escoffier, yang dijuluki “the emperor of chefs” dan “emperor of the world’s kitchens” oleh Kaisar William II dari Jerman, berkat jasanya dalam menata manajemen dapur moderen, pernah berkata : "Soup puts the heart at ease, calms down the violence of hunger, eliminates the tension of the day, and awakens and refines the appetite."

Jadi “sup” atau masakan berkuah memang punya posisi yang strategis dalam tradisi kuliner. Escoffier sendiri sangat dikagumi dalam dunia kuliner, dan karirnya cukup impresif, yaitu pernah menjadi Chef di beberapa hotel terkenal termasuk, the Carlton Hotel di London, the Grande National Hotel di Lucerne, Switzerland, the Grand Hotel di Monte Carlo, the Savoy di London, serta the Ritz hotels di Paris dan New York City.

Dalam tradisi memasak Cina, “sup” memiliki porsi yang sangat penting. Karena bentuk dan strukturnya, yang memungkinkan “sup” dijadikan medium pengobatan dan tekhnik memasak yang lebih “advanced”. Membuat “sup” dalam teknik memasak Cina, bisa dilakukan dengan cara cepat dan api cukup besar, tetapi juga bisa dimasak dengan api sangat kecil dan memakan waktu berjam-jam. Malah ada juga tekhnik memasak “sup” dengan tidak langsung, alias dikukus atau “double boiled”. Dengan teknik ini, seorang tabib atau chef dapat merancang satu “sup” dengan tekhnik “infusion” dan melarutkan berbagai rempah-rempah untuk menciptakan cita rasa yang seimbang, harmonis dan kompleks. Tak heran apabila “sup” merupakan teknik memasak yang sangat canggih dan hasil “sup”nya bisa memperbaiki “chi” atau tenaga internal dari seseorang. Jadi jangan heran apabila anda suatu hari pergi kesebuah rumah makan Cina, dan menemukan makanan yang paling mahal, justru adalah “sup”, yang harganya bisa jutaan rupiah satu porsi, dengan isi dan rempah-rempah yang sangat exotic sekali.

Salah satu masakan berkuah yang menurut saya sangat luar biasa dalam fenomena kuliner Indonesia, adalah sayur asem. Di Indonesia sendiri, kemungkinan ada lebih dari selusin versi. Mulai dari versi Sumatera hingga puluhan versi lain-nya di pulau Jawa. Mpu Peniti, mentor saya, mengatakan bahwa Sayur Asem secara filosofis memang sangat luar biasa. Versi sayur asem yang sejati konon 100% adalah vegetarian. Namun berhasil menciptakan kompleksitas rasa dengan keseimbangan yang mengagumkan antara manis, asin, asem, dan pedas. Versi yang lebih gurih memang ada terasinya. Namun dalam perkembangannya, sayur asem ini memiliki aneka resep yang bervariasi. Misalnya saya pernah makan sayur asem versi Sumatera Selatan yang dimasak dengan kerupuk ikan. Atau sayur asem di Jawa Barat yang diberi daging tetelan dan urat. Semuanya saya suka dan semuanya sangat lezat. Pokoknya menurut Mpu Peniti, emosi seorang wanita diukur dari sayur asem yang dimasaknya. Sayur asem yang dimasak “camplang” menunjukan seorang wanita yang adem ayem. Tapi sayur asem yang medok dengan rasa kompleks bisa dimakan baik panas maupun dingin. Dan wanita yang memasaknya perlu diberi acungan jempol.
Masakan berkuah dengan rasa asam, sebenarnya dikenal diberbagai budaya kuliner lainnya di ASIA. Di Philipina dikenal sayur “sinigang”, di Thailand “tomyam”, di Cambodia “samlass m’chou moan” dan di Vietnam “canh chua ca”. Rempah-rempah yang menciptakan rasa asam seperti buah asam Jawa, jeruk nipis, cuka dan belimbing wuluh, konon memiliki sejumlah faedah kesehatan, termasuk diantaranya anti bakteri. Rasa asam juga berguna mendinginkan tubuh, yang sangat vital buat kita yang tinggal didaerah tropis. Dan yang terpenting adalah untuk membangkitkan selera.

Tak heran apabila sayur asem sering dipadukan dengan makanan yang paling sederhana. Seperti sambel terasi, lalap, sayur asem dan ikan asin, konon sudah bisa membuat seorang lelaki menghabiskan satu bakul nasi. Salah satu variasi sayur asem favorite saya adalah SAYUR ASEM ALA OASIS. Konon resep ini berasal dari daerah pesisir di Pulau Jawa. Kuah sayur asem yang 100% vegetarian dalam resep ini dimasak dengan kuah kaldu sari laut (seafood). Dan disajikan dengan udang windu yang besar. Kelezatannya jelas sangat berbeda. Karena memiliki “final edge” manis yang sangat kompleks dan gurih. Menurut salah satu teman saya yang berasal dari Jepang, sayur asem ala OASIS memiliki rasa gurih yang berasal dari “Umami” atau “Xian” dalam bahasa Cina. Ini adalah rasa atau flavour yang kelima setelah asin, manis,pahit, dan asam. Sehingga rasanya menjadi sangat esklusif sekali.

Restoran OASIS, di Jalan Raden Saleh 47, Cikini-Jakarta Pusat, pada malam tahun baru ini (31 DESEMBER 2008) akan menampilkan sebuah kreasi unik ini yaitu SAYUR ASEM UDANG WINDU. Sayur asem klasik yang menggunakan kaldu sari laut (seafood) dimasak dengan slow heat dan ditampilkan dengan udang windu yang segar. Rasanya amboi !

Bilamana anda ingin mencoba, SAYUR ASEM UDANG WINDU, silahkan membuat reservasi di telpon +62213150646. SAYUR ASEM UDANG WINDU dihadirkan khusus dalam Rijsttafel menyambut Old & New 2009.