Sunday, October 20, 2013

POLITIK NYABLAK : Prediksi Presiden Indonesia 2014





Pertanyaan yang paling menggelegar. "Siapa yang anda mau pilih sebagai Presiden 2014 ?" Jawabannya sangat sulit banget. Pada pemilu tahun 2009, pertanyaan ini rada mudah dijawab. Saat itu minimal ada satu calon kuat yang sangat dominan. Tahun 2014, semuanya nampak gamang dan galau. Seperti ada sebuah kekosongan yang sangat kuat menghantui kita. Teman saya malah menyebutnya - "Hantu pemilu 2014".

Ini adalah matematikanya. Tahun 2009, ada 44 partai politik yang ikut Pemilu. 3 besar adalah Partai Demokrat = 20,85% lalu Golkar = 14,45% dan PDI-P = 14,03%. 25% suara sisanya dikuasai oleh 3 partai lain yaitu PPP, PAN, dan PKS. Artinya 6 partai ini menguasai suara diatas 75%. Tahun 2009 Partai Demokrat dengan mulusnya melakukan koalisi. Karena partainya banyak. Tahun 2014 partainya tinggal 12 partai. Dan selama 5 tahun terakhir ini, kita mengalamai badai skandal dan korupsi yang sangat banyak. Jumlah pejabat yang dipenjara gara-gara korupsi juga beragam sekali mulai dari bupati hingga menteri, ketua partai dan jumlahnya sangat banyak. Mereka juga datang dari beragam partai. Akibatnya partai-partai tertentu yang memiliki kasus dan skandal korupsi sangat "high-profile" diperkirakan akan terkuras suaranya di Pemilu 2014. Tetapi itu baru perkiraan. Masyarakat pedesaan yang kurang terekspos dengan berita dan media sosial dan tidak terlibat dalam percakapan politik praktis sehari-hari, kemungkinan masih lebih lugu dalam memilih pada pemilu 2014.

Dengan perhitungan ini, ada beberapa perhitungan dan kalkulasi praktis. Pertama kemungkinan berkoalisi di tahun 2014, akan semakin sulit. Karena jumlah partai yang ada tinggal 12, maka harga koalisi jauh akan lebih mahal. Kedua andaikata benar, bahwa skandal korupsi selama 5 tahun terakhir ini sangat mempengaruhi pilihan para pemilih, maka partai kecil yang relatif bersih kemungkinan akan mendapat luberan suara. Ketiga karena tidak ada calon dominan seperti tahun 2009, maka Pemilu 2014 akan jauh lebih seru, dan sangat menentukan masa depan Indonesia tahun 2020. Kalau komputer, situasinya berpeluang untuk "re-boot". Apabila kita memilih dengan sangat hati-hati, kita bisa merubah masa depan Indonesia. Bayangkan potensi itu !

Dan ini adalah sejumlah prediksi dari teman-teman. Tentang siapa yang bakal menjadi Presiden 2014.

1. Tokoh terpopuler saat ini memang Jokowi. Karena situasi dan momen yang dimiliki Jokowi. Namun kita harus kepala dingin dan mencari calon alternatif lain dan berani membandingkan-nya.

2. Megawati dengan PDIP punya peluang bagus menang Pemilu 2014. Apalagi kalau Jokowi dipasang sebagai calon di pemilu 2014. Masalahnya Megawati apabila maju 2014, dia juga punya peluang besar. Karena di tahun 2014, relatif tidak ada saingan yang berarti. Terlebih karena Megawati tidak pernah menjadi presiden terpilih. (Megawati hanya pernah menjadi Presiden menggantikan GUS DUR) Rasanya ambisi itu masih ada. Dan Megawati pasti ingin maju lagi. Karena peluang dia sangat besar sekali. Cuma saja ditahun 2009, Megawati punya kongsi dengan Prabowo. Apakah Mega maju dengan Prabowo lagi ? Atau Prabowo ingin maju sendiri ? Rasanya ini adalah ganjalan terbesar. Tetapi andaikata Megawati pecah kongsi dengan Prabowo maka menurut teman-teman, Megawati sebaiknya duet dengan Jokowi. Dan Megawati harus berani men-deklarasi-kan duet ini sebelum tahun 2013 berakhir. Bila ini dilakukan rasanya perolehan suara PDIP di Pemilu legislatif APRIL 2014 bakalan meningkat tajam.

3. Prabowo dengan GERINDRA di tahun 2009, meraih suara hanya 4 juta lebih alias cuma 4,46%. Situasi memang berbeda tahun 2014. Namun untuk GERINDRA meraih suara diatas 15% alis naik 3 kali lipat penuh tantangan tersendiri dan tidak mudah. Andaikata kongsi dengan PDIP bersama Mega dilanjutkan, bisa jadi hasilnya akan sangat menarik. Tapi perhitungan teman-teman, kayaknya Prabowo akan pecah kongsi dan berjalan sendirian. Apalagi kalau kita baca dari media selama ini, hubungannya dengan Jokowi tidak mesra lagi. Mungkinkah Prabowo menang di Pemilu 2014 ? Menurut teman-teman mungkin saja. Apabila Prabowo berani mengambil ide gila, dengan segera men-deklarasi-kan bahwa Prabowo akan maju dengan A Hok yang kebetulan juga kader GERINDRA. Nah, kalau ini terjadi akan seru sekali. Menciptakan peta antagonis yang bertolak belakang. Megawati dan Jokowi yang cenderung kalem. Melawan Prabowo dan A Hok yang keras dan tegas. Banyak rakyat Indonesia yang sudah apatis dan tidak sabar dengan perubahan Indonesia yang tidak maju-maju dan sangat lambat, kelihatan-nya akan memilih duet Prabowo dan A Hok. Selain itu, duet ini akan memberikan kesempatan untuk Prabowo merangkul kaum etnis keturunan Tionghoa. Lagi-lagi Prabowo harus juga berani men-deklarasi-kan duet ini secepatnya. Semakin cepat semakin baik. Dan akan berpengaruh besar bagi perolehan suara GERINDA di pemilu legislatif April 2014.

4. ARB alias Ical dari Golkar bakal jadi kuda hitam yang unik. Partai Golkar saat ini, seperti yang diberitakan media, masih punya sejumlah gunjang ganjing. Secara internal, bisa saja mereka tidak dan belum menyatu dan menggumpal. Tapi GOLKAR yang juara 2 tahun 2009, punya infrastruktur yang lebih baik. Walaupun memerlukan kerja keras dan strategi plus ide gila. Kata teman-teman, ARB punya dua pilihan. Pertama menggalang koalisi dari sekarang, terutama untuk dominan di DPR nantinya. Kalau cerdik ARB bisa jadi tidak menjadi PRESIDEN tetapi bisa mayoritas di DPR . Dan ini bakal sama penting dan strategisnya dengan menjadi Presiden. Partai ex koalisi tahun 2009 dengan Demokrat, pasti dalam keadaan bimbang. Karena tanpa SBY, partai Demokrat tidak lagi menjadi pilihan terbaik untuk koalisi. Tapi apakah GOLKAR cukup puas dengan opsi ini ? Andaikata ARB tetap mau jadi Presiden, teman-teman meramalkan ARB harus cerdas dan cukup gila memilih Cawapres. Misalnya saja memilih perempuan. Dan bisa saja perempuan dari keturunan Jawa atau perempuan dari keturunan etnis Tionghoa. Ini adalah peluang dan kemungkinan yang penuh kalkulasi.

5. Partai Demokrat, yang dalam minggu-minggu terakhir ini, ikut mengalami serangan isu dinasti-sasi politik, pasti galau dan gamang. Karena apakah mereka akan tetap ngotot memajukan adik ipar SBY Pramono Edhie ? Lalu memasangkannya dengan salah satu kandidat konvensi partai Demokrat ? Seperti Gita Wirjawan atau Dahlan Iskan ? Lalu apakah partai Demokrat akan pecah kongsi dengan PAN yang juga besan SBY ? Jangan lupa PAN pada pemilu 2009 berhasil jadi 5 besar dengan suara 6,01%. HR atau Hatta Rajasa yang sangat loyal pada SBY, pasti juga punya sejumlah ambisi dan tuntutan. Bagaimana Partai Demokrat mengakomodasi Hatta Rajasa ? Apakah pecah kongsi sama sekali ? Ataukah dipasangkan menjadi duet Pramono Edhie dan Hatta Rajasa ? Malah mungkin juga partai Demokrat akan memasang tokoh bukan dari keluarga SBY. Saya yakin keputusan mereka akan hati-hati dan cukup lambat. Walaupun demikian patut diperhitungkan dengan seksama.

 

6. Diluar dari opsi-opsi tadi partai-partai lain perlu mulai dari sekarang berhitung dengan sangat matang. Bisa saja mereka berkoalisi, mengorbankan ambisi pribadi ketua partai, dan mencari calon alternatif yang justru bisa membuka peluang untuk membesarkan partai dan menjadi kekuatan signifikan tahun 2014 dan setelahnya. Tetapi apabila mereka tidak kreatif dan berani mengambil langkah gila, sebagian dari mereka justru hanya akan menunggu tawaran koalisi, atau surut padam setelah tahun 2014 dan menjadi kekuatan yang semakin kecil. Partai-partai kecil punya opsi jadi pahlawan sekalian dengan menyodorkan calon presiden yang segar dan profesionalisme. Momen-nya pas dan peluang itu sangat besar.

 

Diluar itu, teman-teman masih berhitung dan menunggu, karena Indonesia 2014 membutuhkan sebuah langkah berani. Saat ini, langkah itu masih berupa angan-angan. Dan bagaikan menunggu sebuah keajaiban !


Sunday, October 06, 2013

IDE GILA PILPRES IV (TAMAT)
























Seorang teman bercerita tentang pengalaman-nya kena tipu disebuah mall. Alkisah ia sedang cuci mata disebuah department store terkenal. Tiba-tiba seseorang menyapa dengan bahasa Inggris. Ia menoleh dan seorang yang mirip dengan warga keturunan India mengatakan bahwa ia terkesima karena melihat wajah teman saya yang menurutnya sangat beruntung alias "hoki" sekali. Awalnya teman saya cuma tersenyum. Siapa sih yang tidak mau dipuji dengan pujian bahwa dirinya punya peluang "hoki" yang sangat besar. Lalu sang warga negara asing melakukan sulap untuk meyakinkan teman saya. Yaitu dengan cara menebak nama istri dan anaknya. Tebakan tepat 100%. Teman saya dikatakan akan mendapat rejeki besar dalam 3 hari. Supaya rejeki tidak lari, teman saya dikasih doa dalam coretan yang tidak dimengertinya. Dan diminta uang. Teman saya akhirnya kena memberi uang 500 ribu. Jimat dari orang itu ditaruhnya didalam dompet, dan ia dengan setia menunggu rejeki nomplok dalam 3 hari. Apa yang terjadi duit hilang dan rejeki tidak pernah datang.

Ketika cerita itu digelar dalam sebuah acara makan siang bersama beberapa teman. Kami semuanya tertawa terbahak-bahak. Seorang teman menyebutnya sebagai sebuah nujum jalanan. Teman lain menyebutnya sebagai sulap tipu. Tawa kami mulai berhenti, ketika salah satu teman kami dengan serius mengatakan bahwa situasi Indonesia saat ini juga mirip nujum jalanan. Lalu kami semuanya dengan seksama menyimak. Teman ini berkata bahwa pemilu tahun 1999 - tingkat partisipasi pemilih sangat tinggi  92,74%. Rakyat benar-benar menikmati semangat reformasi. Dan penuh harapan bahwa bangsa dan negara akan berubah. Ada kepercayaan yang sangat tinggi. Mirip teman saya yang kena tipu. Ia dengan setia dan cemas menunggu selama 3 hari untuk rejeki nomplok. Setelah 3 hari lewat teman saya masih juga menunggu. Seminggu lewat. Sebulan lewat. Lalu iapun kecewa, marah dan menyobek jimat yang dibelinya 500 ribu itu.

Sama dengan rakyat Indonesia, mereka juga menunggu. Namun rasa kecewa mulai meresap, ketika apa yang ditunggu tidak datang. Maka partisipasi pemilu 5 tahun berikutnya merosot menjadi  84,07% ditahun 2004. Kekecewaan itu berlanjut terus, rakyat mulai bosan menunggu dan menjadi apatis. Tahun 2009, jumlah pemilih tinggal 71%. Tahun 2014 ada rasa kuatir yang dalam bahwa partisipasi pemilih dalam pemilu bisa turun dibawah 70% atau hanya mendekati 50%. Hal ini sudah terbukti dengan tingkat partisipasi yang rendah di berbagai daerah saat pilkada ditahun 2013. Tingkat partisipasi pemilu hanya tinggal 50% - 70%. Rakyat jelas menjadi malas, dan apatis. Prestasi reformasi selama 15 tahun lebih jelas sangat mengecewakan. Negara penuh dengan skandal dan kasus korupsi.

Maka dalam pemilu tahun depan kita harus punya harapan baru. Kita harus punya perhitungan yang baru. Kita tidak lagi bisa terjerumus menjadi korban nujum jalanan ala partai politik. Kita butuh terobosan baru. Kita butuh ide gila.

Salah satu teman kami yang bisnisnya dibidang IT, mengungkapkan sebuah model berpikir. Bayangkan komputer anda berjalan dengan sangat lambat dan terus menerus mogok dan macet. Apa yang kita perbuat ? Sederhana - Reboot - ! Komputer di matikan dan kita nyalakan ulang. Biasanya ketika mau start, ketika komputer mendapat koneksi internet, secara otomotis komputer akan meng-upgrade piranti lunak alias software terbaru untuk mencegah komputer macet dan mogok. Dan teman saya mengutip kalimat dari filsuf Swedia  Søren Aabye Kierkegaard yang hidup diabad ke 19, " Life can only be understood backwards, but it must be lived forward." Artinya apa yang telah terjadi setelah tahun 1999 sebaiknya hanya dijadikan sebuah pelajaran. Tapi tujuan kita setelah tahun 2019 alias 20 tahun setelah reformasi adalah tujuan hidup bangsa ini yang sesungguhnya. Teman kami menyarankan kita membuat sebuah sayembara nasional - Visi Indonesia 2020. Setiap kontestan pemilu harus menyampaikan kepada rakyat dokumen perencanaan Visi Indonesia 2020, lengkap dengan tujuan dan rencana kerja. Calon pemimpin nasional yang tidak memiliki visi itu jangan dicoblos. Titik. Habis perkara !
Memang gila sih ! Tapi saya setuju banget. Saya pikir kita tidak punya waktu lagi. Indonesia harus bergerak sangat cepat, kalau tidak kita akan ketinggalan momentum dan juga kesempatan. Setelah ASEAN menjadi satu kawasan terintegrasi tahun 2016, Indonesia cuma punya dua pilihan. Memimpin didepan. Atau hanya ikut-ikutan dibelakang.

Lalu bagaimana dengan korupsi ? Teman lain, punya ide gila juga. Dia menyarankan kita bikin gerakan "ZERO TOLERANCE CORUPTION", artinya nol korupsi. Partai politik harus bikin kontrak anti korupsi di media massa satu halaman. Kontraknya sederhana. Andaikata mereka menang pemilu dan lalu berkuasa. Terus dalam perjalanannya ada kader partai yang terbukti korupsi, maka partai tersebut harus sukarela mundur dan membubarkan pemerintahan lalu dalam waktu 90 hari melakukan pemilu baru. Gila bener ide ini. Tapi masuk akal. Partai politik yang tidak serius dan tidak berani membuat kontrak anti korupsi ini, jangan dicoblos ditahun 2014. Selesai. Habis perkara, dan tanpa kompromi.

Memang gila tapi kalau ada pemimpin yang serius mau memimpin dengan bersih, jujur, dan peduli, maka 2 syarat diatas bukanlah sebuah syarat yang tidak mungkin. Masuk akal dan pas menurut teman-teman kami.

Minggu lalu ketika saya menengok guru spiritual saya, Mpu Peniti, dan kami berdiskusi soal dan hal yang sama. Beliau punya teori yang cukup unik. Kata beliau, "Hanya maaf dan cinta yang bisa menyelamatkan bangsa dan negara ini". Tahun 1998 dan tahun 1999 kita melampiaskan sekian banyak amarah dan keputus-asa-an. Ketika ada kesempatan untuk berubah, kita tidak mengisinya dengan maaf dan cinta. Ibarat naik komedi putar, yang kita lakukan ada berebut naik diputaran berikutnya. Gantian giliran naik, itu istilah Mpu Peniti. Yang dulunya ngak kebagian naik komedi putar, berebut naik dan mencoba komedi putar. Lalu kita berputar dan mabuk. Maka kita pun gantian korupsi. Masa sih yang kaya hanya yang dulu berkuasa ? Kita juga ingin berkuasa, menikmati kekuasaan, dan menggunakan kekuasaan untuk kaya raya. Jadi jangan heran kalau tiap hari ada berita korupsi di koran.

Tapi 20 tahun rasanya cukup sudah. Satu generasi lewat. Saatnya kita menggunakan maaf. Bukan amarah. Bukan nafsu. Dan bukan serakah. Itu teori Mpu Peniti. Kita harus berani legowo. Menyerah dan kembali hidup benar. Maka menurut Mpu Peniti, tahun 2014, kita hanya butuh pemimpin yang peduli. Yang mau dengan rasa cintanya yang sepenuhnya utuh, memimpin bangsa dan negara ini. Pemimpin yang cinta Indonesia dan rakyatknya 100%.

Bila saya sambungkan teori teman-teman saya dan teori Mpu Peniti, rasanya sangat klop. Kita harus re-boot komputer kita dan negara kita dengan meng-up-gradenya dengan cita-cita yang baru dan visi yang baru. Maka pemimpin yang hanya bercita-cita ingin gantian naik komedi puter, dengan rendah hati kita minta mereka agar mundur dengan kesatria. Memberikan kesempatan kepada pemimpin lain, yang punya semangat, yang punya keberanian dan tahu apa yang harus dibuatnya untuk mensejahterakan bangsa. Pemimpin yang punya Visi Indonesia 2020 yang cemerlang.

Kedua pemimpin yang harus memimpin kita tahun 2014 adalah pemimpin yang cinta tanah air dan bangsa Indonesia. Yang berani menandatangi kontrak anti korupsi dihadapan seluruh bangsa. Pemimpin yang serius ingin mengubah nasib Indonesia. Nah, pemimpin yang setengah-setengah, sebaiknya menyerah dan legowo mundur. Bagi anda yang skeptis membaca artikel ini, dan mengatakan tidak mungkin. Saya setuju. Namanya ide gila. Dan ditengah kegilaan yang ada, apabila kita tidak ingin Indonesia merosot lebih jauh. Rasanya ide gila diatas, masuk akal juga. Karena kita memang butuh terobosan. Kita bertanggung jawab untuk menyelamatkan Indonesia.

Saturday, July 27, 2013

Kebahagian itu ada ! Kebahagian itu pasti !


Ketika saya kuliah, bertahun-tahun saya sulit tidur. Hal ini terus terbawa ketika saya mulai masuk dunia nyata dan bekerja. Perasaan ini menyiksa luar biasa. Tiap malam saya terpaksa terjaga hingga larut malam dan kemudian baru tidur. Itupun hanya beberapa jam saja. Sama seperti orang lain, saya punya segunung perasaan takut dan cemas. Apakah saya akan sukses ? Apakah saya akan kaya raya ? Dan apakah saya akan bahagia ? Melihat dunia nyata yang begitu agresif, maka sekian pertanyaan itu tumbuh dan merasuk jiwa raga saya, tanpa bisa saya bendung sama sekali. Tekanan datang bertubi-tubi, apalagi kalau kita rajin menengok kanan dan kiri - melihat teman-teman kita sebaya lebih berhasil atau lebih sukses dari kita. Stress yang kita gendong di pundak kita bertambah berat, dengan iri dan cemburu. Kita merasa kelinci yang diburu oleh sekian banyak pemburu. Hidup ini kita jalani dengan nafas tersengal. Kita tidak pernah lagi kehabisan amarah dan dengki. Begitu banyak. Dan selalu luber seperti banjir yang meradang sehabis hujan.

Setelah tahun 1990, ketika saya memutuskan untuk menata ulang kehidupan saya, ada 2 pelajaran yang saya dapat dari mentor spriritual saya Mpu Peniti. Beliau mengajarkan saya tentang 2 jenis kebahagian. Yang pertama adalah kebahagian yang pasif. Yaitu kebahagian yang datang kepada kita karena dari luar kita. Misalnya kita punya karir sangat tinggi, banyak uang dan kaya raya. Maka rejeki yang berlimpah itu bisa saja memberikan sejumlah kebahagian dan kepuasan. Mulai dari rumah hingga mobil mewah. Semuanya memberikan anda kepuasan, kesenangan dan akhirnya seporsi kebahagian. Kebahagian ini bisa saja menaik-kan gengsi, wibawa, kharisma, dan harkat diri anda.

Namun ada juga kebahagian yang kedua. Yaitu kebahagian yang aktif. Yang datang bukan dari luar, melainkan dari dalam. Bahwa anda berbuat sesuatu yang baik, sehingga kebaikan itu mampu menjadi enerji positif. Dan anda merasa bahagia yang sangat berbeda. Kebahagian yang lebih emosional dan spiritual. Perasaan ini bisa anda simak dari sekian banyak perbuatan sehari-hari. Mulai dari yang sangat sederhana. Misalnya anda sedang berkendara dalam mobil dalam sebuah siang hari yang sangat panas. Tiba-tiba ada pengemis yang cacat mengetuk jendela mobil anda. Anda bisa saja menggelengkan kepala menolak bersedekah. Atau menyuruh supir anda memberikan uang receh. Semata karena anda mampu. Dan karena bersedekah memang dianjurkan dalam agama kita. Tetapi anda bisa saja melakukan sesuatu yang berbeda dari dua tindakan diatas. Anda bisa saja menatap sang pengemis, hingga rasa iba anda tersentuh. Lalu menurunkan kaca mobil. Mengambil uang lalu memberikan kepada sang pengemis sambil tersenyum. Kemudian mendoa-kan beliau, agar Tuhan Yang Maha Esa memberkati sang pengemis, melindunginya dan menjaganya dengan kebaikan yang tidak pernah habis. Percayalah diakhir perbuatan anda itu, kebahagian akan merembes masuk tanpa anda sadari. Andaikata anda melakukan 3 perbuatan seperti itu dalam satu hari, satu di pagi hari, satu di siang hari dan satu dimalam hari, maka hidup anda akan kenyang dengan kebahagian. Anda tidak akan pernah lagi lapar dari kebahagian.

Sejak tahun 1990, saya kemudian mencoba mempraktek-kan ajaran hidup itu. Mencoba melakukan praktek kebahagian yang aktif. Bukan yang pasif. Saya melakukan-nya dengan kegiatan yang sangat sederhana. Menulis dan mengajar. Mencoba untuk melekatkan sebuah inspirasi kecil kepada orang lain. Dengan harapan agar inspirasi itu bermanfaat dan bisa menjadi kebahagian buat orang lain. Awalnya saya tidak pernah tahu kalau apa yang saya lakukan itu berhasil atau tidak. Saya baru tahu dan baru yakin, ketika saya mengalami sebuah peristiwa yang sangat membahagiakan diri saya.

Alkisah, suatu hari lebih dari 20 tahun yang lalu, di Pasar Baru saya sedang menunggu supir datang dengan mobil saya. Tiba-tiba seorang lelaki separuh baya datang menghampiri saya. Wajahnya sangat gembira melihat saya. Lalu ia menjabat tangan saya. Dan mengatakan dengan terbata-bata : "Mas Kafi ..... terima kasih ! Anda telah menyelamatkan hidup saya." Awalnya saya kaget bukan main. Lalu dia bercerita bahwa profesi awalnya adalah supir. Suatu hari di mobil, ia membaca artikel saya disebuah majalah. Dan majalah itu adalah majalah majikan-nya yang ditaruh di mobil. Gara-gara artikel itu, ia berhenti menjadi supir dan berubah menjadi entrepener. Ia mengaku sangat berbahagia. Kami barangkali cuma sempat mengobrol 2 menit. Namun 2 menit itulah yang mengubah hidup saya hingga kini. Sejak itu saya bertekad menjadi praktisi kebahagian yang aktif. Saya ingin menulis lebih baik. Mengajar lebih baik. Membantu orang untuk menemukan inspirasi hidup. Agar hidup mereka lebih baik.

Namun cobaan hidup yang datang terus menerus, kadang membuat kita sering ragu. Apakah kebahagian itu ada ? Dan apa kebahagian itu pasti ? Sama dengan anda saya juga sering bertanya dengan pertanyaan yang sama. Mpu Peniti pernah bercerita 2 cerita tentang kebahagian.

Cerita yang pertama tentang se-ekor ikan kecil. Konon, suatu hari ia mendengar pembicaraan ditepi danau antara seorang guru dan muridnya. Sang guru berceramah tentang air. Bagaimana air itu secara mujizat menjadi sumber kehidupan bagi berbagai mahluk hidup. Mulai dari tanaman, hewan hingga manusia. Semua mahluk hidup sangat membutuhkan air. Mendengar hal itu sang ikan yang kecil menjadi penasaran. Ia ingin mencari dimana gerangan sang air itu berada. Awalnya ia bertanya kepada ayah dan ibunya. Keduanya menggeleng. Karena memang tidak tahu. Lalu ia bertanya kepada gurunya disekolah. Gurunya juga tidak tahu. Ikan kecil ini hampir putus asa. Lalu ia dianjurkan menemui ikan sepuh yang selalu bertapa ditengah danau. Sang ikan yang selalu bertapa ini tahu hampir segalanya. Dan ia pasti tau dimana letaknya sang air. Bergegaslah sang ikan kecil untuk menemui sang ikan yang selalu bertapa. Ketika bertemu, sang ikan kecil langsung bertanya, dimanakah ia bisa mendapatkan air. Ikan yang selalu bertapa tersenyum, dan mengatakan air itu ada disekeliling sang ikan kecil. Mulanya sang ikan kecil merengut, tidak mengerti. Lalu sang ikan yang selalu bertapa menjelaskan bahwa sang ikan kecil berenang didalam air.

Kebahagian itu ada. Tergantung persepsi anda. Kalau anda pasif, maka kebahagian itu ada disekeliling anda. Tantangan-nya apakah anda mau mengenali mana yang disebut kebahagian itu ? Tetapi kalau anda aktif maka anda sama seperti ikan kecil, yaitu anda berenang didalam kebahagian. Anda tidak lagi harus mengenali kebahagian, tetapi apakah anda mau bahagia ? Dan menikmati apa yang ada disekeliling anda. Menjadikan apa yang ada disekeliling anda sebuah kebahagian yang lengkap. Jadi kebahagian itu memang ada. Kebahagian itu ternyata pilihan hidup.

Cerita yang kedua adalah cerita seorang pangeran yang diberi tugas oleh ayahnya sang Raja. Suatu hari Raja menugaskan putera mahkota untuk pergi ke danau mencari ikan yang paling besar dan sempurna untuk dijadikan santapan buat sang Raja. Maka pergilah sang pangeran memancing ke danau sesuai dengan perintah sang Raja. Anehnya, sang pangeran tidak pulang berhari-hari. Barulah setelah seminggu sang pangeran pulang. Mukanya pucat dan kuyu. Ia pulang dengan tangan kosong. Tidak membawa se-ekor ikan-pun. Dengan sedih sang pangeran bercerita tentang kegagalan-nya. Awalnya ia berhasil menangkap beberapa ikan yang besar-besar. Namun ia selalu penasaran, dan ingin mencari ikan yang lebih besar lagi. Celakanya, ikan yang ia tangkap bukan semakin besar tetapi semakin kecil. Sehingga ia putus asa total.

Lalu ayahnya menasehati sang pangeran. Bahwa kebahagian dalam hidup kita adalah sesuatu yang pasti. Asalkan kita bersedia menerima apa yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa dengan suka cita. Kebahagian bukanlah sesuatu yang harus selalu kita bandingkan. Rumah yang lebih besar. Atau mobil yang lebih mahal. Belajar menerima apa yang kita miliki adalah sebuah perbuatan kebahagiaan. Karena sesungguhnya kebahagian adalah pilihan hidup. Kebahagian itu ada. Dan kebahagian itu pasti !

Monday, July 22, 2013

MANAJEMEN MEMBAHAGIAKAN PERUT RAKYAT
















Belum lama ini, sebuah laporan dari World Bank memuat data yang sangat mengejutkan. Yaitu 36% anak Indonesia dibawah usia 5 tahun mengalami pertumbuhan - "stunted growth", alias tinggi badan-nya dibawah standar rata-rata, alias kate atau kerdil. Angka ini lebih tinggi dibanding Vietnam (23,3%) dan Filipina (32%). Menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara lebih miskin seperti Myanmar (35%), Kamboja (40,9%) dan Laos (44%).

Celakanya, Indonesia juga punya statistik yang mengejutkan, yaitu anak-anak yang terlampau gemuk tercatat 12,2%. Dan ini sangat tinggi, apabila dibandingkan Malaysia yang hanya 6%. Laporan ini juga mengutip bahwa pada tahun 2002, bayi di Indonesia yang menyusui ASI hingga 6 bulan ada 40%. Tahun 2010 angka tersebut hanya tinggal 15%.

Teman saya yang kebetulan adalah dokter, merasa sangat gusar dengan laporan ini, karena artinya anak-anak Indonesia mengalami masalah gizi berbarengan di dua sisi sekaligus. Disisi yang satu dapat dikatakan anak-anak kita terancam pertumbuhan-nya karena kekurangan gizi. Anak-anak Indonesia yang tinggi badan-nya di bawah standar, akan menimbulkan sejumlah masalah yang kompleks. Bayangkan kita menjadi bangsa yang kerdil alias kate. Sehingga mempengaruhi kemampuan kita dalam memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Dan akan sangat sulit misalnya mendapatkan bakat untuk para atlit dimasa-masa mendatang.

Sebaliknya anak-anak kita yang sudah terlalu gemuk semenjak kecil, akan memiliki resiko, yang lebih tinggi terhadap penyakit-penyakit seperti diabetes dan jantung. Sehingga usia mereka cenderung lebih pendek. Mereka juga bakal mendapat sejumlah masalah emosional lain-nya yang cenderung menjadi masalah sosial yang lebih kompleks. Anda mungkin bingung kenapa Indonesia bisa terkena masalah ini dua-duanya sekaligus. Rasanya rada aneh.

Analisanya sangat mudah, namun jarang ada yang memperhatikan. Jumlah penduduk Indonesia konon sudah melebihi 220 juta orang. Lebih dari separuhnya belum berusia 30 tahun. Malah menurut perkiraan ada lebih dari 50 juta pemilih baru dalam pemilu 2014 mendatang. Ini data yang mengerikan, artinya kita punya rakyat dengan usia produktif yang sangat tinggi. Mereka membutuhkan lapangan kerja, perumahan dan layanan sosial lainnya yang sangat banyak. Kenyataan ini menjadi lebih runyam, karena menurut World Bank atau Bank Dunia, Indonesia setelah tahun 2014 punya potensi memiliki masayarakat kelas menengah yang bisa mendekati 150 juta orang. Bandingkan dengan negara-negara tetangga kita di ASEAN, yang sangat jauh dari 50 juta orang kelas menengah. Baik Filipina, Malaysia, Vietnam dan Thailand, semuanya tidak memiliki kemampuan yang sama.

150 juta kelas menengah Indonesia ini, memiliki aspirasi dan kemampuan membeli (purchasing power) yang sangat luar biasa. Namun jangan lupa kita juga memiliki 100 juta masyarakat pedesaan yang kemungkinan tingkat sosial dan kesejahteraan-nya semakin jauh bisa dibanding dengan yang 150 juta kelas menengah ini. Nampaknya jurang sosial yang semakin lebar inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki masalah gizi rendah dan gizi berlebih sekaligus. Runyam bukan ?

Banyak kritik yang dilontarkan kepada pemerintah bahwa sudah 10 tahun lebih lamanya ekonomi Indonesia berjalan dengan 'auto pilot' - dimana pemerintah tidak berdaya melakukan kebijakan yang berimbas besar kepada ekonomi Indonesia. Akibatnya sebagian rakyat menjadi rakyat kelas menengah karena upaya mereka sendiri. Sedangkan masyarakat pedesaan yang seharusnya ditolong pemerintah untuk diberdayakan dan dimaksimalkan kesejahteraan-nya terbukti dan terlihat terlantar. Sehingga Indonesia memiliki masalah runyam ini.

Bukti lain yang sangat terlihat jelas, adalah dalam 18 bulan terakhir ini, pemerintah membuat berbagai kebijakan dibidang pangan yang sangat populis, karena maklum sudah menjalang pemilu 2014, dan saatnya Pemerintah terlihat memiliki citra untuk membela 'wong cilik' dan petani. Kebijakan itu terutama dibidang impor dan pengadaan bahan pangan. Namun apa yang terjadi ? Situasi menjadi kisruh dan runyam. Berturut-turut dan berulang kali kita diterpa krisis pangan. Mulai dari krisis bawang putih, krisis jengkol dan pete, krisis daging hingga krisis cabe dan bawang merah. Dalam beberapa bulan terakhir ini pangan juga memberati tingkat inflasi. Sehingga laju ekonomi Indonesia terguncang dan tersendat-sendat.

Keberpihakan kita jelas adalah 100% bagi petani Indonesia. Ini mutlak dan tidak bisa ditawar. Kita harus membela kepentingan Nasional. Tetapi kebijakan yang diterapkan semestinya memiliki kearifan yang menyeluruh dari perencanaan, hingga pelaksanaan. Bila tidak maka kebijakan yang semestinya membela petani hanya akan menjadi macan kertas saja. Terlihat apik, namun sangat sulit dilaksanakan. Ambil contoh masalah daging sapi. Pemerintah ingin memajukan peternakan sapi dan mensejahterakan perternak dalam negeri. Maka impor daging sapi dibatasi. Terlihat diatas kertas sangat baik. Dan sangat bijak. Namun pembatasan impor daging sapi tersebut sama dengan masalah gizi diawal artikel ini, disama ratakan kebijakan-nya. Padahal industri pariwisata dan industri cafe - restoran kita sedang tumbuh sangat luar biasa. Akibatnya daging impor untuk industri ini melonjak hingga 400 ribu rupiah perkg. Pengusaha menjerit ! Karena harga yang sedemikian tinggi, laba di daging impor juga menjadi menggiurkan. Perijinan impor daging menjadi lahan bisnis tersendiri. Maka meledak-lah kasus korupsi perijinan kouta impor daging dapi. Akhirnya pemerintah sadar juga, maka impor sapi khusus untuk hotel dan resto yang disebut dengan "prime cut beef" dibebaskan dari kouta, namun harus diimpor lewat pelabuhan udara. Yang tentunya akan membuat harga tetap mahal. Sebuah kebijakan yang kelihatan sekali diberlakukan dengan setengah hati.

Sementara situasi daging sapi dipasar domestik tetap ruwet dan runyam. Harga tetap tinggi dan tidak terjangkau. Maka presiden membuat instruksi agar dilakukan impor sapi darurat. Agar tidak terjadi permainan, maka diperintahkan Bulog sebagai pelaksana-nya. Tetap saja runyam, karena instansi terkait baru menggelontorkan ijin, akhir Juni lalu. Karena bulan puasa sudah semakin dekat, terpaksa Bulog mendatangkan daging sapi dengan pesawat terbang. Disamping harganya tetap mahal, jumlah yang bisa diimpor juga terbatas. Situasi belum berubah banyak, harga daging sapi tetap mahal. Masalah bertambah ketika, penjual dipasar menolah menjual daging impor Bulog, karena yang diimpor adalah daging beku. Konsumen hanya mau membeli daging segar.

Situasi runyam, ruwet ini akhirnya membuat pemerintah panik, dan hari ini di koran, diumumkan bahwa kouta daging impor akan dihapus. Contoh diatas menunjukan kebijakan pangan kita yang tambah sulam. Kalau bocor baru ditambal. Masalah pangan nasional sangat ruwet, karena dimulai dari keberpihakan kita terhadap petani Indonesia, hingga kedaulatan dan ketahanan pangan. Namun bagi konsumen persepsinya jauh berbeda, yaitu bagaimana mendapatkan pangan dalam jumlah yang cukup namun harganya sangat ekonomis.

Seorang pejabat yang sangat jujur, mengatakan kepada saya, bahwa salah satu masalahnya, adalah gengsi bangsa. Masa Indonesia, sebuah negara tropis yang sangat subur di Khatulistiwa sangat bergantung pada impor pangan. Secara matematik impor pangan kita sebenarnya sangat kecil. Misalnya saja impor hortikultura hanya sekitar 8% dari total konsumsi nasional. Tetapi lagi-lagi seperti awal dari tulisan ini, yang kita lihat hanya sisi bagus Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang bagus. Lonjakan kelas menengah yang fantastis. Ibarat kita berpakaian, diatas kita pinggang kita berpakaian utuh, dibawah pinggang kita telanjang. Demikian juga yang terjadi impor pangan terlihat sangat 'high visibility' kalau kita melihatnya di supermarket dan pusat belanja di mall yang dipenuhi dengan resto dan cafe mewah. Ketika kita menyatukan dua pasar yang berbeda - antara pasar kelas menengah yang bakal 150 juta itu dan pasar pedesaan yang hampir sama jumlahnya, maka penglihatan kita menjadi tidak lagi jelas. Warna menjadi sangat abu-abu.

Seorang pengusaha wanita yang marah pada semua keadaan ini membuat analogi yang sangat menarik. Kata beliau, kalau pemerintah mau melakukan kebijakan yang populis, maka hal yang sama harus diberlakukan disemua bidang, jangan hanya pangan. Misalnya, merek-merek baju yang sangat terkenal diseluruh dunia harus juga diberlakukan kouta dan dibatasi. Masyarakat harus diwajibkan berpakaian lurik dan batik. Mobil-mobil mewah juga harus dibatasi dan diberlakukan kouta. Masyatakat harus diwajibkan hanya membeli mobil Kijang saja. Begitu omelan sang Ibu pengusaha.

Andaikata kita mau merenung dan berpikir arif, ucapan sang Ibu banyak benarnya juga. Batik dan mobil Kijang, tidak pernah terancam dengan impor baju mewah dan impor mobil mewah. Kenapa bisa begitu ? Sederhana jawaban-nya ! Batik dan mobil Kijang tampil sangat menawan, dibeli dan dipakai oleh masyarakat, semata-mata karena dua hal. Pertama produknya makin modis dan kualitasnya semakin baik. Kedua baik batik dan mobil Kijang dipromosikan dengan pemasaran yang baik. Barangkali ini adalah kearifan yang tidak bisa terbantahkan.

Jadi kita bisa belajar dari dua kearifan diatas. Pangan produksi Indonesia, apakah itu daging, buah dan sayur, kalau ingin sukses seperti Batik dan mobil Kijang, harus menempuh jalan yang sama bahwa produknya mesti berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi. Sederhana sebenarnya. Dan harus pula dipromosikan dengan strategi pemasaran yang baik.

Kalau pemerintah tidak membatasi orang untuk berpakaian mewah dan memiliki mobil mewah, rasanya janggal kalau pemerintah membatasi orang untuk makan buah impor dan makan daging impor. Kecintaan konsumen Indonesia terhadap buah dan daging Nusantara, harusnya sama seperti batik, yaitu kita mencintai-nya karena pilihan semata. Bukan karena terpaksa gara-gara tidak ada pilihan lain. Semua peraturan pemerintah yang mempersulit impor pangan dan membuat bahan pangan impor menjadi sangat mahal adalah tindakan tidak adil terhadap kelas menengah Indonesia. Jangan mentang-mentang mereka sanggup membayar, biar saja mereka membayar dengan mahal. Hal ini akan menjadi pemiskinan terhadap kelas menengah.

Secara pribadi saya berharap, pemerintah punya kebijakan pangan yang jangan asal tembak dan asal tambal sulam. Pekerjaan rumah kita sangat banyak. Seharusnya pemerintah punya visi tahun 2020, dimana kedaulatan pangan dan ketahanan pangan kita bertahta dengan pemberdayaan petani dan semangat entrepener petani generasi baru. Saya melihat tantangan visi tahun 2020 akan sangat berat, bukan saja kita harus mampu menyediakan ketersedian pangan yang cukup dan harganya sangat ekonomis, tetapi bagaimana lewat pangan kita bisa mensejahterakan rakyat dengan pangan berkualitas tinggi. Bagaimana kita bisa membuat rakyat sehat lewat pangan. Tidak akan ada lagi gagal nutrisi baik kekurangan gizi dan kelebihan gizi.

Ini praktek manajemen yang sangat ruwet dan sulit. Teman saya menyebutnya sebagai manajemen untuk membahagiakan perut rakyat. Dan seperti praktek manajemen lain-nya, diperlukan tujuan dan visi. Kemampuan merencanakan yang sangat akurat. Pelaksaan yang efektif. Serta pengawasan yang arif. Saya berharap presiden baru kita mendatang akan arif untuk mewujudkan-nya.