Saturday, July 27, 2013

Kebahagian itu ada ! Kebahagian itu pasti !


Ketika saya kuliah, bertahun-tahun saya sulit tidur. Hal ini terus terbawa ketika saya mulai masuk dunia nyata dan bekerja. Perasaan ini menyiksa luar biasa. Tiap malam saya terpaksa terjaga hingga larut malam dan kemudian baru tidur. Itupun hanya beberapa jam saja. Sama seperti orang lain, saya punya segunung perasaan takut dan cemas. Apakah saya akan sukses ? Apakah saya akan kaya raya ? Dan apakah saya akan bahagia ? Melihat dunia nyata yang begitu agresif, maka sekian pertanyaan itu tumbuh dan merasuk jiwa raga saya, tanpa bisa saya bendung sama sekali. Tekanan datang bertubi-tubi, apalagi kalau kita rajin menengok kanan dan kiri - melihat teman-teman kita sebaya lebih berhasil atau lebih sukses dari kita. Stress yang kita gendong di pundak kita bertambah berat, dengan iri dan cemburu. Kita merasa kelinci yang diburu oleh sekian banyak pemburu. Hidup ini kita jalani dengan nafas tersengal. Kita tidak pernah lagi kehabisan amarah dan dengki. Begitu banyak. Dan selalu luber seperti banjir yang meradang sehabis hujan.

Setelah tahun 1990, ketika saya memutuskan untuk menata ulang kehidupan saya, ada 2 pelajaran yang saya dapat dari mentor spriritual saya Mpu Peniti. Beliau mengajarkan saya tentang 2 jenis kebahagian. Yang pertama adalah kebahagian yang pasif. Yaitu kebahagian yang datang kepada kita karena dari luar kita. Misalnya kita punya karir sangat tinggi, banyak uang dan kaya raya. Maka rejeki yang berlimpah itu bisa saja memberikan sejumlah kebahagian dan kepuasan. Mulai dari rumah hingga mobil mewah. Semuanya memberikan anda kepuasan, kesenangan dan akhirnya seporsi kebahagian. Kebahagian ini bisa saja menaik-kan gengsi, wibawa, kharisma, dan harkat diri anda.

Namun ada juga kebahagian yang kedua. Yaitu kebahagian yang aktif. Yang datang bukan dari luar, melainkan dari dalam. Bahwa anda berbuat sesuatu yang baik, sehingga kebaikan itu mampu menjadi enerji positif. Dan anda merasa bahagia yang sangat berbeda. Kebahagian yang lebih emosional dan spiritual. Perasaan ini bisa anda simak dari sekian banyak perbuatan sehari-hari. Mulai dari yang sangat sederhana. Misalnya anda sedang berkendara dalam mobil dalam sebuah siang hari yang sangat panas. Tiba-tiba ada pengemis yang cacat mengetuk jendela mobil anda. Anda bisa saja menggelengkan kepala menolak bersedekah. Atau menyuruh supir anda memberikan uang receh. Semata karena anda mampu. Dan karena bersedekah memang dianjurkan dalam agama kita. Tetapi anda bisa saja melakukan sesuatu yang berbeda dari dua tindakan diatas. Anda bisa saja menatap sang pengemis, hingga rasa iba anda tersentuh. Lalu menurunkan kaca mobil. Mengambil uang lalu memberikan kepada sang pengemis sambil tersenyum. Kemudian mendoa-kan beliau, agar Tuhan Yang Maha Esa memberkati sang pengemis, melindunginya dan menjaganya dengan kebaikan yang tidak pernah habis. Percayalah diakhir perbuatan anda itu, kebahagian akan merembes masuk tanpa anda sadari. Andaikata anda melakukan 3 perbuatan seperti itu dalam satu hari, satu di pagi hari, satu di siang hari dan satu dimalam hari, maka hidup anda akan kenyang dengan kebahagian. Anda tidak akan pernah lagi lapar dari kebahagian.

Sejak tahun 1990, saya kemudian mencoba mempraktek-kan ajaran hidup itu. Mencoba melakukan praktek kebahagian yang aktif. Bukan yang pasif. Saya melakukan-nya dengan kegiatan yang sangat sederhana. Menulis dan mengajar. Mencoba untuk melekatkan sebuah inspirasi kecil kepada orang lain. Dengan harapan agar inspirasi itu bermanfaat dan bisa menjadi kebahagian buat orang lain. Awalnya saya tidak pernah tahu kalau apa yang saya lakukan itu berhasil atau tidak. Saya baru tahu dan baru yakin, ketika saya mengalami sebuah peristiwa yang sangat membahagiakan diri saya.

Alkisah, suatu hari lebih dari 20 tahun yang lalu, di Pasar Baru saya sedang menunggu supir datang dengan mobil saya. Tiba-tiba seorang lelaki separuh baya datang menghampiri saya. Wajahnya sangat gembira melihat saya. Lalu ia menjabat tangan saya. Dan mengatakan dengan terbata-bata : "Mas Kafi ..... terima kasih ! Anda telah menyelamatkan hidup saya." Awalnya saya kaget bukan main. Lalu dia bercerita bahwa profesi awalnya adalah supir. Suatu hari di mobil, ia membaca artikel saya disebuah majalah. Dan majalah itu adalah majalah majikan-nya yang ditaruh di mobil. Gara-gara artikel itu, ia berhenti menjadi supir dan berubah menjadi entrepener. Ia mengaku sangat berbahagia. Kami barangkali cuma sempat mengobrol 2 menit. Namun 2 menit itulah yang mengubah hidup saya hingga kini. Sejak itu saya bertekad menjadi praktisi kebahagian yang aktif. Saya ingin menulis lebih baik. Mengajar lebih baik. Membantu orang untuk menemukan inspirasi hidup. Agar hidup mereka lebih baik.

Namun cobaan hidup yang datang terus menerus, kadang membuat kita sering ragu. Apakah kebahagian itu ada ? Dan apa kebahagian itu pasti ? Sama dengan anda saya juga sering bertanya dengan pertanyaan yang sama. Mpu Peniti pernah bercerita 2 cerita tentang kebahagian.

Cerita yang pertama tentang se-ekor ikan kecil. Konon, suatu hari ia mendengar pembicaraan ditepi danau antara seorang guru dan muridnya. Sang guru berceramah tentang air. Bagaimana air itu secara mujizat menjadi sumber kehidupan bagi berbagai mahluk hidup. Mulai dari tanaman, hewan hingga manusia. Semua mahluk hidup sangat membutuhkan air. Mendengar hal itu sang ikan yang kecil menjadi penasaran. Ia ingin mencari dimana gerangan sang air itu berada. Awalnya ia bertanya kepada ayah dan ibunya. Keduanya menggeleng. Karena memang tidak tahu. Lalu ia bertanya kepada gurunya disekolah. Gurunya juga tidak tahu. Ikan kecil ini hampir putus asa. Lalu ia dianjurkan menemui ikan sepuh yang selalu bertapa ditengah danau. Sang ikan yang selalu bertapa ini tahu hampir segalanya. Dan ia pasti tau dimana letaknya sang air. Bergegaslah sang ikan kecil untuk menemui sang ikan yang selalu bertapa. Ketika bertemu, sang ikan kecil langsung bertanya, dimanakah ia bisa mendapatkan air. Ikan yang selalu bertapa tersenyum, dan mengatakan air itu ada disekeliling sang ikan kecil. Mulanya sang ikan kecil merengut, tidak mengerti. Lalu sang ikan yang selalu bertapa menjelaskan bahwa sang ikan kecil berenang didalam air.

Kebahagian itu ada. Tergantung persepsi anda. Kalau anda pasif, maka kebahagian itu ada disekeliling anda. Tantangan-nya apakah anda mau mengenali mana yang disebut kebahagian itu ? Tetapi kalau anda aktif maka anda sama seperti ikan kecil, yaitu anda berenang didalam kebahagian. Anda tidak lagi harus mengenali kebahagian, tetapi apakah anda mau bahagia ? Dan menikmati apa yang ada disekeliling anda. Menjadikan apa yang ada disekeliling anda sebuah kebahagian yang lengkap. Jadi kebahagian itu memang ada. Kebahagian itu ternyata pilihan hidup.

Cerita yang kedua adalah cerita seorang pangeran yang diberi tugas oleh ayahnya sang Raja. Suatu hari Raja menugaskan putera mahkota untuk pergi ke danau mencari ikan yang paling besar dan sempurna untuk dijadikan santapan buat sang Raja. Maka pergilah sang pangeran memancing ke danau sesuai dengan perintah sang Raja. Anehnya, sang pangeran tidak pulang berhari-hari. Barulah setelah seminggu sang pangeran pulang. Mukanya pucat dan kuyu. Ia pulang dengan tangan kosong. Tidak membawa se-ekor ikan-pun. Dengan sedih sang pangeran bercerita tentang kegagalan-nya. Awalnya ia berhasil menangkap beberapa ikan yang besar-besar. Namun ia selalu penasaran, dan ingin mencari ikan yang lebih besar lagi. Celakanya, ikan yang ia tangkap bukan semakin besar tetapi semakin kecil. Sehingga ia putus asa total.

Lalu ayahnya menasehati sang pangeran. Bahwa kebahagian dalam hidup kita adalah sesuatu yang pasti. Asalkan kita bersedia menerima apa yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa dengan suka cita. Kebahagian bukanlah sesuatu yang harus selalu kita bandingkan. Rumah yang lebih besar. Atau mobil yang lebih mahal. Belajar menerima apa yang kita miliki adalah sebuah perbuatan kebahagiaan. Karena sesungguhnya kebahagian adalah pilihan hidup. Kebahagian itu ada. Dan kebahagian itu pasti !

No comments: