Tuesday, January 30, 2007

Monday, January 29, 2007

Wednesday, January 24, 2007

LANGKAH PEMBUKAAN

Pernah sekali, seorang pengusaha bertanya apakah saya bisa bermain catur. Karena kebetulan itu adalah salah satu hobi saya waktu SMA, maka saya iya-kan saja pertanyaan beliau itu. Mendengar jawaban saya, muka-nya langsung berseri-seri. Ia menyuruh pembantunya, untuk mengambil papan catur. Akhirnya, saya dipaksa bermain catur. Banyak negara yang mengklaim sebagai asal permainan catur. Termasuk, Arab, Persia, Yunani, Portugis dan Spanyol. Tetapi kalau ditelusuri asal muasal kata catur diberbagai bahasa asal negara-negara itu, nampaknya kata catur berasal dari bahasa sanskerta. Jadi kemungkinan besar asal muasal catur itu aslinya memang dari India. Bukti lain, dalam permainan catur dikenal 3 hewan yang secara tradisi digunakan dalam barisan kaveleri, yaitu kuda, unta, dan gajah. Dalam permainan catur sekarang, ketiga-tiga-nya masih dipertahankan walaupun namanya berubah menjadi “knight, bishop dan rook”. Teori lain mengatakan bahwa asal permainan catur kemungkinan juga berasal dari Cina, yang memiliki catatan bahwa sejak abad ke 4 sebelum Masehi, Tian Wen, penguasa di wilayah Mengchang, sudah populer memainkan Xiangqi atau catur Cina. Lalu pada abad ke 2 sebelum Masehi, kemungkinan permainan ini dibawa pedagang lewat jalur sutera, ke India dan Arab. Abad ke 7 catur konon sudah menyebrang ke Rusia dan daratan Mongolia.
Permainan catur memang melulu didasari strategi. Ada 64 bidak, dan tujuan dari permainan adalah mematikan raja milik musuh, sehingga situasinya menjadi “checkmate” yang konon berasal dari bahasa Persia yang berbunyi “shah mat” atau yang artinya “sang raja telah kalah”. Ketika kami bermain, sang pengusaha bercerita filosofi catur secara sederhana. Katanya, dalam catur yang paling penting, adalah langkah pembukaan. Ini memang benar. Beberapa Grand Master catur dunia terkenal karena menemukan langkah-langkah strategi pembukaan yang mematikan.
Dalam bisnis, langkah pembukaan juga penting dan strategis. Langkah ini menentukan emosi, ritme, dan “state-of-mind” sebagai motivasi kita berbisnis. Hal ini yang biasanya menentukan kita menang atau tidak. Misalnya, langkah pembukaan menentukan keseriusan kita berbisnis. Jangan asal iseng. Jangan asal untuk mengisi waktu. Jangan pula asal latah dan ikut-ikut-an. Langkah pembukaan menunjukan bahwa bisnis kita memiliki strategi dan perencanaan yang matang. Uniknya langkah pembukaan ini biasanya dilakukan oleh pion atau prajurit. Dan langkah pembukaan biasanya didesain sebagai benteng yang memperkuat posisi raja, agar kavaleri yang lain dapat maju dari kedua sayap dan melakukan serangan. Ini filosofi yang sangat penting. Yang seringkali disepelekan.
Saya jadi teringat warung mie, kesayangan saya di San Gabriel, Los Angeles. Namanya “Mien Nghia”. Setiap kali saya berkunjung ke Los Angeles, acara sarapan pagi saya yang paling favorite adalah semangkok mie ayam dan es kopi ala Vietnam, yang terkenal mantap. Warung mie “Mien Nghia” sangat sederhana. Tidak ada yang istimewa tempatnya. Tetapi mienya memang sangat gurih dan lezat. Selalu berhasil menjadi pengobat rindu, ketika kangen dengan Jakarta. Yang mengagumkan juga, adalah karena mereka seolah mengerti betul dengan apa yang disebut “langkah pembukaan” dalam catur. Kalau hari kebetulan sedang sangat panas, begitu anda tiba dan duduk dibangku, seorang pelayan akan dengan sigap mengantarkan 2 gelas es the, yang es-nya sangat banyak. Benar-benar sejuk, pas dan langsung mengguyur dahaga kita. Bagi anda, mungkin langkah ini agak sembrono. Karena konsumen cenderung akan terpuaskan dan tidak akan memesan minum lagi. Berarti mereka akan kehilangan penghasilan yang luamayan. Mungkin analisa itu benar. Disatu pihak mereka kehilangan sebagian penghasilan dari minuman. Tetapi dilain pihak, tindakan itu menciptakan simpati yang luar biasa. Dan buktinya menyentuh saya secara emosional.
Sang pengusaha teman saya main catur, berkomentar, kadang kita cukup memenangkan satu pertempuran tertentu, untuk memenangkan seluruh perang. Kadang kita perlu mengorbankan “pion” atau prajurit dalam permainan catur, untuk memenangkan bidak atau langkah yang strategis. Strategi ini, merupakan strategi klasik yang diterapkan oleh pengusaha-pengusaha kecil. Yang rela untuk mengorbankan sesuatu yang kecil untuk memenangkan sesuatu yang lebih besar.
Uniknya sesuatu yang kecil dan remeh itu, kadang efek psikologisnya sangatlah besar. Minggu kemarin, saya kebetulan harus ke Bandung karena sebuah keperluan. Diperjalanan, kami memutuskan untuk berhenti sejenak, istirahat sambil sekalian ke WC. Kami memilih sebuah café yang sangat terkenal, ditempat peristirahatan yang sekarang lagi sangat terkenal. Yang kebetulan merupakan juga franchise dari luar. Saat hari masih pagi. Ketika kami masuk dan memesan, pada saat membayar, kami diberikan kartu promosi, yang mirip dengan paspor. Sang kasir menjelaskan bahwa setiap kali kami ke café itu, dan belanja sampai jumlah tertentu, maka akan diberi satu bintang. Kalau bintang yang terkumpul sudah penuh satu paspor, kami akan memenangkan hadiah. Sembari bercanda, saya katakan bahwa café itu penjualan-nya pasti menurun. Sehingga mengadakan promosi seperti itu. Sang kasir cuma mesem-mesem saja mendengar komentar saya. Rekan kerja saya, juga setuju. Bahwa café itu konon sudah tidak seramai dulu lagi.
Saya sangat kaget, ketika masuk kedalam WC café yang bersangkutan. Ternyata sangat kotor dan tidak nyaman. Jadi pantas saja, kalau jumlah pengunjung mereka turun. Karena menurut saya, WC mereka adalah “langkah pembukaan” yang strategis dalam sebuah permainan catur. Kebanyakan konsumen termotivasi untuk berhenti, istirahat, dan belanja di café itu, tentulah dengan sebuah pengharapan besar, bahwa WC yang disediakan café yang terkenal itu, sangat bersih dan nyaman. Rupanya justru, kebalikan-nya. Dan langkah pembukaan itu gagal total. Padahal kalau saya pemilik café itu, saya akan pasang khusus seorang staff untuk selalu menjaga kebersihan WC itu. Kalau perlu akan saya hias dengan bunga, dan juga wewangian yang bisa membuat suasana sangat nyaman.
Langkah pembukaan terbukti sangat penting. Karena menciptakan impresi, dan merupakan awal cerita yang seringkali menentukan klimaks sukses kita. Setiap kali saya check in ke-sebuah hotel, sangatlah lazim kita disajikan minuman “welcome drink”. Celakanya, kebanyakan “welcome drink” itu dibuat asal saja. Seringkali rasanya terlampau manis, atau rasanya tidak keruan. Kadang juga es-nya sudah mencair, dan kelihatan seperti sebuah minuman yang dibuat 3-4 jam yang lalu, dan dibiarkan di ruang terbuka. Pengalaman terbaik saya, menikmati “welcome drink” justru ketika berkunjung ke Jepang. Dan kebetulan saya menginap disebuah ryokan atau losmen tradisional Jepang. Saat itu memang kebetulan sedang musim panas, ketika check in, serta merta saya diberikan sebuah handuk yang sangat dingin, dan sebotol air mineral yang telah didinginkan disebuah baskom berisi es, selama berjam-jam. Langsung segala kepenatan dan dahaga saya hilang. Pengalaman itu masih membekas hingga kini.
Kalau anda adalah seorang pengusaha, berpikirlah sederhana seperti anda bermain catur. Pikirkan masak-masak langkah pembukaan anda. Tidak usah terlalu glamor dan sensasi. Tetapi sesuatu yang sederhana, mudah, tetapi secara emosional menciptakan simpati yang luarbiasa bagi konsumen dan pelanggan anda. Maka anda akan tetap jaya tak terkalahkan.

Sunday, January 21, 2007

Wednesday, January 17, 2007

TIGA NASEHAT IBU

“THRIFTY - Means a lot more than putting pennies away, and it is the opposite of cheap. Common sense covers it just about as well as anything. “– John Wayne

TIGA NASIHAT IBU


PERAN ibu sebagai figur paternalistik dalam budaya kita cukup unik. Tak jarang, truk-truk angkutan luar kota mencantumkan tulisan ''Doa Ibu'' di badannya. Seolah ''Doa Ibu'' adalah mantra yang membuat mereka selamat di perjalanan. Warung dan restoran padang juga sering menggunakan ibu sebagai bagian dari mereknya. Di antara semua fenomena itu, yang paling unik mungkin adalah nasihat ibu.

Seorang pengusaha muda Indonesia belum lama ini mengobrol dengan saya. Ia tengah mengalami berbagai kesulitan setelah badai krisis ekonomi, tak beda jauh dengan pengusaha atau konglomerat lain. Sepuluh tahun lalu, ia pengusaha yang cukup sukses. Ia memiliki aneka aset berharga, baik di dalam maupun luar negeri. Kini, hampir semuanya ludes. Ia menyesal karena lalai mengamankan tiga nasihat ibunya.

Ketika ia baru mulai berusaha, ibunya memberi nasihat unik. Menurut ibunya, uang memiliki tiga wajah. Yang pertama, wajah uang yang berasal dari laba atau untung usaha. Kedua, uang yang berwajah deposito. Ketiga, wajah uang dalam bentuk tanah.

Mulanya ia mengiyakan saja nasihat itu. Namun, ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, dan ia jatuh, ia merenung. Barulah ia menemukan arti sesungguhnya tiga nasihat itu.

Yang pertama adalah wajah uang dalam bentuk laba usaha. Ini berarti, apa pun yang kita kerjakan, kita harus hati-hati menghitung. Jangan sampai sekali pun merugi. Perhatikan baik-baik para pedagang di pasar grosir, seperti Tanah Abang dan Mangga Dua, keduanya di Jakarta. Semua rata-rata sangat agresif. Mereka tak peduli laba kecil. Yang penting berlaba. Biar kecil, kalau jumlahnya banyak, lama-lama akan menggunung.

Nasihat kedua secara harfiah mengajarkan agar laba jangan dihabiskan begitu saja. Belajarlah berhemat, dan selalu menabung. Selalu siap menghadapi situasi buruk. Nasihat ini mengajarkan pada kita hidup sederhana, selalu sedia payung untuk hari hujan.

Nasihat ibu yang terakhir mengajarkan trik sederhana untuk kaya raya: investasikan uang Anda dengan bijaksana. Kalau deposito Anda sudah tinggi nilainya, konversikan deposito itu menjadi aset berharga. Sejak dulu, properti atau tanah selalu dianggap investasi paling aman dan bijaksana.

Teman saya, sang pengusaha, menyesal tak mengikuti dengan saksama nasihat ibunya. Saya yang ikut mendengar ceritanya tak kuasa menahan haru. Dalam perjalanan pulang, cerita tentang tiga nasihat itu terus menghantui pikiran saya. Kalau saya urut, tiga nasihat ibu itu adalah rahasia bagi siapa saja untuk kaya raya.

Bekas bos saya pernah menasihati saya dengan cerita mirip. Ia menyimpulkan, mencari uang itu mudah sekali. Namun, untuk bisa kaya, dibutuhkan gaya hidup telaten, seperti tiga nasihat ibu itu.

Ketika kecil, saya suka menyisakan makanan. Ibu sering marah. Ia suka mengingatkan saya bahwa di dunia ini banyak orang miskin yang masih hidup kelaparan. Salah satu cerita favorit ibu saya adalah kisah tentang kerak nasi.

Alkisah, ada keluarga kaya yang hidup boros. Mereka memiliki pembantu rumah tangga yang bijaksana. Setiap kali mencuci dandang, ia mengambil kerak nasi, lalu menjemurnya. Setelah nasi itu kering, ia simpan. Tak lama kemudian datang paceklik. Keluarga kaya itu jatuh miskin, tak memiliki makanan lagi.

Namun, sang pembantu dengan rajin tiap hari selalu berhasil menyajikan bubur. Majikan heran. Ia ingin tahu dari mana bubur itu datang. Dengan malu-malu, si pembantu mengatakan, bubur itu dari kerak nasi yang selalu ia simpan.

Untuk menjadi kaya rupanya hanya ada satu jalan: hidup disiplin secara hemat. Warren Buffet, milyarder ala Wall Street di Amerika, memberikan nasihat unik tentang cara menjadi kaya raya. Aturan pertama adalah jangan pernah merugi dan kehilangan uang. Aturan kedua, jangan sampai lupa aturan pertama.

Monday, January 08, 2007