Sunday, December 23, 2012

AYAM PENYET DI SINGAPORE AIRLINES



Ayam goreng barangkali makanan yang paling sederhana. Namun sangat populer diseluruh penjuru dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Tiongkok hingga Indonesia. Seorang pengusaha resto ayam goreng, pernah membisik-kan cerita kepada saya, bahwa ia hampir tidak pernah mendengar ada orang yang tidak suka ayam goreng. Hanya saja, resep sukses ayam goreng tidak mudah-mudah amat. Rahasianya sederhana, garing diluar tetapi didalam tetap empuk dan gurih. Bahasa keren-nya : "Crispy on the outside .... But juicy on the inside". Ini yang tidak mudah. Dua hal yang terdengar bertolak belakang. Tetapi menjadi satu produk dengan pengalaman memakan yang sangat unik. Hampir semua resep ayam goreng, terdiri dari bumbu rendam untuk membuat rasa ayam gurih. Lalu biasanya ayam di masak tergantung resep masing-masing, entah itu 1/2 matang atau 2/3 matang, kemudian digoreng dengan minyak panas dalam waktu kilat. Sehingga garing diluar namun tetap empuk dan gurih didalam.

Ayam penyet, konon kabarnya adalah salah satu resep khas ayam goreng dari Jawa Timur. Menurut dongeng, disajikan sederhana dengan tempe goreng, tahun goreng dan lalapan. Sambalnya sangat khas. Pedas dan gurih. Dinamakan penyet, karena setelah digoreng konon digebuk dengan pisau besar sehingga gepeng atau penyet.

Belum lama ini, saat terbang dengan Singapore Airlines, saya sempat tersenyum, ketika ditawari makan siang dengan ayam penyet. Karena penasaran, akhirnya saya memilih ayam penyet. Saya tahu pasti tidak akan persis seperti ayam penyet ala Indonesia asli. Namun saya sangat kagum dengan Singapore Airlines. Nasinya kebetulan adalah nasi ayam ala Hainan. Wangi dan gurih dengan sentuhan bawang putih dan sentuhan jahe. Lalapan, dan tahu beserta sambelnya lengkap. Ayamnya tidak digoreng garing. Karena sangat tidak mungkin dipanaskan dengan sistim pemanas diatas dapur pesawat. Ayamnya cukup gurih. Pengalaman ini sangat luar biasa. Walapun rasanya sangat berbeda, saya memberi Singapore Airlines nilai 10 karena berani mengangkat ayam penyet kedalam menu makan siangnya.

Menurut teman saya, seorang "chef" profesional, ayam penyet memang sedang naik daun. Dan menjadi aikon kuliner Indonesia setidaknya di Singapura dan Malaysia. Ceritanya juga sangat romantis sekali. Ayam penyet jelas bukan makanan tingkat atas atau "fine dining" di Indonesia. Tapi menurut cerita, lebih dari 10 tahun yang lalu, seorang pengusaha membuka warung ayam penyet di Lucky Plaza. Karena ia melihat banyaknya TKI kita di Singapura yang selalu libur seminggu sekali dan saat mereka libur, mereka selalu kumpul dan saling bertukar cerita. Dan TKI ini juga selalu rindu makanan asli Indonesia. Maka ayam penyet menjadi salah satu hiburan dan saluran pelepas rindu terhadap rumah dan kampung halaman.

Konon kabarnya itulah cerita awalnya. Karena laris, akhirnya menyebar kemana-mana. Sekarang di Singapura, dapat kita temukan ayam penyet dimana-mana. Dari Singapura, trend kuliner ini menyebar ke Malaysia dan Hongkong. Sehingga akhirnya menjadi aikon, dan dipilih Singapore Airlines sebagai salah satu menu makan siangnya. Fenomena TKI sebagai medium 'viral marketing', sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Sebuah majalah di Surabaya menggunakan TKI sebagai alat 'viral marketing' dan berhasil menjual majalah dalam jumlah cukup besar, di Singapuram, Malaysia, Hongkong, dan Taiwan.

Sayangnya, ketika Menteri Pariwisata mengumumkan 30 makanan kuliner Indonesia yang dijadikan aikon, ayam penyet karena kesederhana-an-nya, tidak masuk daftar. Padahal saya sangat berharap ayam penyet masuk. Kata Mpu Peniti, mentor spiritual saya, "seseorang yang tahu, belum tentu mengerti, dan seseorang yang mengerti belum tentu sadar".

Untuk mempromosikan Indonesia, barangkali ada baiknya, pemerintah melakukan sensus dan survey terhadap TKI di seluruh Asia. Siapa tahu saja lewat prilaku dan budaya kuliner mereka, kita bisa mempromosikan 'viral marketing' tentang Indonesia secara efektif dan murah.