Saturday, January 08, 2011

BAHAGIA, SUKSES , KAYA RAYA ..... HAYO PILIH YANG MANA ????



Betapa sering, setiap kali kita bertemu dengan bekas teman sekolah, bekas teman sekantor atau bekas pacar sekali, angan kita melayang. Tidak jarang hati kita dirasuk pertanyaan, “apa jadinya kalau dulu, saya menikah dengan dia ?” Atau sebaliknya. Bekas pacar anda yang mungkin sudah menikah, dan kemudian karena satu dan berbagai hal, lalu bercerai, tiba-tiba menghubungi anda. Melontarkan satu pertanyaan yang sangat sulit dijawab : “Gue salah pilih yah ! Mestinya gue married sama elu ….” Dan anda pasti terhenyak mendengarnya. Pikiran anda bermain. Lalu muncul pertanyaan yang mirip, “apa jadinya kalau dulu kami sampai menikah ?” Lebih berbahagia atau sebaliknya.

Namun hidup ini tidak cuma berporos pada satu arah saja. Terkadang kita bertemu juga dengan bekas teman dan bekas pacar, tapi dengan perasaan terbalik. Kita bertemu dengan seorang teman yang menceritakan bahwa ia ditipu dan mengalami nasib sial dengan salah satu teman, gara-gara berpartner dalam bisnis. Maka tidak jarang reaksi kita adalah bersyukur, telah memilih pilihan yang tepat dan tidak jadi berpartner dengan teman itu. Atau kita bertemu dengan bekas pacar, yang telah menikah, tetapi penampilan fisik sang bekas pacar, jauh dari dugaan dan bayangan yang kita miliki. Mau tidak mau tanpa kita sadari, kita juga bersyukur tidak jadi menikah dengan orang yang sama.

Dititik inilah banyak diantara kita mungkin sadar, bahwa hidup ini adalah pilihan semata. Salah memilih, akibatnya akan runyam sekali. Pintar dan pandai memilih, maka apapun yang kita hendaki dari hidup ini, akan terpenuhi semuanya. Seorang teman, curhat kepada saya. Kata beliau, dahulu keluarganya memilihkan dia sekolah yang paling dekat dengan rumah. Agar praktis. Saat SMA ia memilih jurusan IPA, karena persepsinya anak-anak IPA jauh lebih elit, lebih pintar, dan lebih terpilih. Mereka yang angkanya kurang, selalu masuk IPS. Orang tuanya, selalu menanamkan kepercayaan bahwa setelah SMA, ia harus memilih fakultas atau jurusan elit pula. Seperti kedokteran, tekhnik, arsitek, dstnya. Usai sekolah ia melanjutkan kuliah di Amerika. Tidak berhasil lulus. Untung saja ia kemudian menikah dengan seorang anak pengusaha sangat kaya. Hidup berkecupan. Dan punya kehidupan yang mirip dengan dongeng Cinderella. Sambil tertawa ia bercerita bahwa sebenarnya ia punya perasaan bersalah hingga hari ini. Bahwa disaat-saat kritis ketika kuliah di Amerika, ia memutuskan untuk tidak menikah dengan orang yang paling ia cintai. Tetapi sebaliknya memilih pria yang ia rasakan paling mencintai dia, dan yang paling bagus status ekonominya. Menurut teman saya, ini pilihan hidup yang paling aman dan resikonya paling kecil. Terbukti pilihannya memang mujarab. Setidaknya begitulah ceritanya pada saya.

Kini dengan kehidupan yang lebih dari cukup, ia mengaku menerapkan ilmu dan strategi memilih kepada anak-anaknya. Ia tidak lagi memilih sekolah terdekat dengan rumah. Tetapi sekolah yang paling baik mutunya, dan sekolah yang paling elit pergaulan-nya. Ia berusaha menjelaskan kepada anaknya, mengapa anaknya harus memilih makanan tertentu. Mainan tertentu. Serta kegiataan tertentu. Ia mau anaknya fasih dan pintar memilih. Sebuah strategi yang masuk akal.

Kalau kita membaca berbagai buku yang mengajarkan kiat dan strategi untuk berhasil dalam kehidupan ini, apakah itu sukses, kaya, dan berbahagia, semuanya mengajarkan hanya satu jalan. Seolah hidup ini jalan satu arah. Mestinya tidak demikian. Dr. Kathleen Hall, seorang ahli manajemen stress dan praktisi harmonisasi kehidupan, mengatakan "In every single thing you do, you are choosing a direction. Your life is a product of choices." Menurut beliau kunci kehidupan cuma satu. Selalu memilih yang tepat ! Terdengar mudah - tinggal memilih, tetapi prakteknya memerlukan strategi dan ilmu tersendiri.

Ketika ayah saya meninggal tahun 1990. Saya sangat berduka. Guru spiritual dan mentor saya, member nasehat yang sangat sederhana. Kata beliau, “Kamu tinggal memilih. Hidup berbahagia. Atau tidak ?” Lalu beliau mengajarkan sejumlah pilihan hidup. Misalnya kalau ingin kaya raya, maka kita harus berani memilih hidup hemat. Kalau ingin karir bagus, pilih hidup yang tekun dan rajin. Dan kalau ingin kaya, pilih hidup menjadi seorang entrepener. Jangan bekerja sebagai seorang professional. Akhirnya saya mengikuti nasehat beliau. Saya memilih hidup berbahagia. Saya berhenti bekerja sebagai seorang professional. Lalu menjadi entrepener tulen dan 100% full time. Maka hidup sayapun berubah. Saya benar benar merasakan dan menikmati hidup.

Hambatan terbesar, seringkali kita tidak bisa memilih. Kebebasan kita memilih terbatas, atau sama sekali tidak ada. Terkadang sebaliknya kita punya banyak pilihan tetapi kita tidak paham memilih dan terlalu sering memilih yang salah. Warren Buffett, salah satu orang terkaya didunia, mengatakan “You only have to do a very few things right in your life so long as you don't do too many things wrong. “ Secara matematik beliau memberikan nasehat bahwa selama anda membuat beberapa pilihan hidup yang benar. Hanya sesekali anda membuat pilihan hidup yang salah, maka semestinya,hidup anda berjalan sesuai dengan apa yang anda kehendaki”

Nasehat terakhir dari Mpu Peniti, “Kamu harus tahu apa yang kamu inginkan dalam hidup ini. Baru kamu bisa memilih !” Berkali-kali saya menemukan teman dan sahabat, yang pasrah. Tidak tahu apa pilihan hidupnya. Tidak lagi mau memilih dan seringkali membiarkan orang memilih untuk mereka. Ini situasi yang paling berbahaya. Karena hidup kita menjadi lepas kendali. Kita tidak lagi mampu mengarahkan hidup kita. Ketika saya membuat dan memilih peta kehidupan saya, secara sederhana saya memilih. Pertama, saya memilih hidup yang berbahagia. Berapapun uang disaku saya, dan apapun yang saya makan, saya akan selalu bergembira dan bersyukur. Saya merangkul kebahagian tiap detik dan tiap peristiwa. Hidup ini terasa sangat nikmat. Kedua saya memilih tekun, kerja keras, dan selalu optimis. Semangat hidup yang saya pilih ini, menghadiahkan saya satu sukses dan sukses berikutnya. Ketiga tidak jarang sukses itu juga menghadiahkan saya sukses materi. Yang memberikan saya pilihan untuk hidup hemat dan berkecukupan. Nyatanya hidup memang sangat mudah, kita tinggal memilihnya dengan bijaksana.

No comments: