Lima tahun yang lalu, sebelum jam delapan pagi, Banda Aceh diterjang Tsunami. Salah satu bencana yang paling ganas. Lebih dari 160.000 orang meninggal, dan semua hancur porak poranda. Waktu itu saya masih sekolah disebuah akademi perawat. Berita di koran dan di televisi tentang tsunami membantu meneguhkan tekad saya menjadi seorang perawat yang baik. Ayah yang sangat taat kepada agama, wanti-wanti mengingatkan bahwa Indonesia akan terus tertimpa begitu banyak bencana alam. Sejak saat itu pula, ayah saya selalu mutih puasa Senin dan Kamis, hingga hari ini. Ibu saya suka meledek, bahwa Indonesia memang harus diruwat besar-besar-an. Biar terhindar dari segala bencana. Tapi sebagai perawat saya mulai mendalami arti kata merawat. Mungkin yang dibutuhkan Indonesia bukan ruwat tetapi rawat. Artinya kita diingatkan Allah, untuk tekun, dan cermat merawat alam Indonesia. Jangan durhaka dan merusaknya. Indonesia yang asri lestari harus kita rawat dan kita wariskan ke anak cicit kita selanjutnya.
Aisah Pertiwi - Padang
Temen-temen gue bilang, hidup negeri ini mirip benang kusut. Bejat-nya ngak kepalang tanggung. Pejabat yang masuk penjara gara-gara korupsi sudah ngak ke-itung banyaknya. Selingkuh dan perceraian menjadi tontonan asyik. Negara yang paling besar di ASEAN, cuma nomer tiga di SEAGAMES. GDP percapita kita di ASEAN kalah sama Singapura, Malaysia, Thailand dan Sri Lanka. Kita ngak punya idola dan pahlawan. Fantasi kita Harry Potter. Dan kita belajar ‘jantan’ dari iklan rokok dan jamu. Kalau anak-anak SD ditanya siapa jagoan mereka barangkali jawabnya adalah Transformers dan X-Men. Gue berharap bakal muncul pemimpin Indonesia yang baru. Yang bisa jadi idola dan pahlawan gue. Yang bisa membuat Indonesia berjaya !
Aries Trisoemantri – Jambi
Jangan lupa klik … www.berharap.com
1 comment:
Post a Comment