Keluarga kami sedang perang dunia. Bisnis keluarga yang saya rintis 5 tahun terakhir ini, diperebutkan kanan dan kiri. Saat saya mulai bisnis ini pada awalnya, semua mencibir dan meledek. Dikiranya saya tidak bakalan mampu. Salahnya memang ayah saya istrinya ada tiga. Anaknya lebih dari selusin. Dan saya memang menggunakan resep warisan dari nenek. Kini semuanya bertarung dan berebut hak. Saya pusing jadinya. Tidak punya solusi dan buntu. Yang bisa saya lakukan cuma berdoa dan berharap, agar semua eling. Tobat dan sadar. Tidak lagi saling berkelahi. Saya sendiri sudah mengalah dan bersedia menyisihkan sebagian keuntungan untuk dibagi buat keluarga. Harapan saya, kami sekeluarga tidak dibutakan oleh materi semata. Semoga perdamaian segera tercipta di keluarga kami.
Jaya Laksono - Banten
Jangan lupa klik …. www.berharap.com
Ibu saya meninggal ketika melahirkan saya. Tak pernah sekejap-pun dalam kehidupan saya tidak memikir-kan beliau. Apalagi di saat-saat Hari Ibu seperti sekarang ini. Yang membuat saya kagum adalah ketegaran ayah saya, sepeninggal Ibu. Konon cerita dari kakak, ayah berhenti bekerja setelah saya lahir. Ayah ingin mengurus sendiri ketiga anaknya. Ia lalu buka warung kecil-kecilan di garasi rumah. Ayah tidak pernah menikah lagi. Ia yang selalu memandikan saya, membacakan cerita sebelum tidur, dan menyuapi saya makan. Walaupun hidup kami susah, karena sumber penghasilan keluarga hanya bergantung pada warung kecil, tapi itu adalah masa-masa terbahagia kami. Kini warung kecil itu sudah menjadi toko kelontong yang lumayan besar. Dan diurus kakak kami yang paling tua. Dalam beberapa tahun terakhir, kami memotivasi ayah untuk naik haji. Namun beliau tidak mau pergi sendirian. Ayah ingin naik haji bersama-sama sekeluarga. Itulah harapan saya dan kakak-kakak saya. Semoga kami diberikan umur, kesehatan dan rejeki untuk bisa naik haji bersama-sama ayah.
Anissa Kurniasih – Magelang
Jangan lupa klik …. www.berharap.com
No comments:
Post a Comment