Monday, June 03, 2013

IDE GILA PILPRES (bagian III)




Menjelang tengah malam. Lalu lintas Jakarta mulai reda. Jalan Sudirman semakin lenggang. Hanya sisa bau jelaga yang beredar di udara. Baunya busuk dan memabuk-kan. Jakarta memberi tanda bahwa ia sangat renta dan letih. Sebuah truk melewati mobil saya. Dibelakang bak ada lukisan Presiden Suharto. Besar dan menyolok. Saya jadi tersenyum. Karena fenomena ini makin marak. Dibeberapa kota mucul stiker and oblonk. Semuanya bergambar Presiden Suharto. Apakah ini tanda bahwa jaman Presiden Suharto akan kembali ? Mpu Peniti mentor spiritual saya tertawa saja, ketika hal ini saya diskusikan dengan beliau.

Menurut Mpu Peniti, ini adalah ledekan dan perlawanan rakyat. Rakyat seolah meledek, bahwa jaman memang sudah reformasi. Tetapi bukan bertambah enak, malah seolah bertambah suram. Apalagi media banyak yang menulis dengan berbagai hasil survey dan membuat berbagai perbandingan. Setelah 15 tahun kita reformasi dan 4 presiden menjabat, Indonesia sebenarnya hanya berpapasan dengan sebuah masa transisi. Rakyat merindukan sebuah keajaiban. Sebuah mujizat. Sebuah pembaharuan yang gemerlap. Ini dahaga rakyat kecil, yang tidak pernah terpenuhi. Jadi jangan aneh, kalau rakyat kecil menagih janji. Malah ada teman yang dengan optimis, mengatakan bahwa pemilu 2014, akan didominasi dengan gelombang kebangkitan wong cilik yang baru.

Esok harinya, saya menerima SMS. Ada teman ingin bertemu. Mereka ingin bicara soal artikel saya tentang - "ADU GILA PILPRES 2014", yang saya tulis di Kompasiana. Mereka penasaran sekali. Mereka bilang memang kita butuh ide gila di tahun 2014.

Siang itu kita bertemu, disebuah kedai yang menjual nasi uduk. Topik bicara kita - mencari ide kreatif PILPRES 2014. Kebetulan teman-teman saya ini memang punya bisnis survei politik. Maklum lagi marak dan sangat laku. Pembicaraan diawali dengan "mapping" peta kekuasaan pemilu 2014, dan penerawangan kekuatan partai politik berserta tokoh partainya. Pada pemilu 2009 peserta partai politiknya banyak sekali lebih dari 44 partai dan akhirnya hanya 9 partai yang punya kursi di DPR. Jumlah 44 partai itu menyusut drastis menjadi hanya 12 partai alias nyaris hanya 25%-nya. Efeknya tentu sangat besar. Analisa teman saya, sederhana. Mirip makan direstoran Padang. Bayangkan apa jadinya kalau anda disuguhkan 44 hidangan dan kemudian menyusut hanya 12 hidangan. Maka pilihan dan kebebasan memilih menjadi sangat terbatas. Partai-partai yang mengalami banyak kasus dan skandal semenjak tahun 2009 menjadi lebih jelas diteropong. Mereka bisa jadi tidak akan menjadi pilihan yang sexy. Partai baru bisa saja punya daya tarik tersendiri. Partai lama yang cenderung lebih bersih, bisa jadi dianggap pilihan aman oleh pemilih. Itu sebabnya pemilu 2014 kita butuh ide gila untuk terobosan. Kalau kita mau 5 tahun kedepan - Indonesia tidak lagi mengalami masa transisi yang melelahkan.

Ketika nasi uduk hampir ludes. Salah satu teman saya tiba-tiba berkomentar : "Lalu apa ide gilanya ?" Mereka semua melihat kesaya. Seolah saya yang bertanggung jawab. Nasi Uduk ditenggorokan saya tiba-tiba macet. Terpaksa saya buru-buru menenggak es teh tawar didepan saya. Setelah tenggorokan reda. Saya dengan serius memaparkan. Tutur saya : "Pemilu tahun 2009, 349 kursi di DPR dikuasai 3 partai besar. Demokrat, Golkar dan PDI-P". Mereka juga memperoleh 62,33 % dari total suara. 25% suara sisanya dikuasai oleh 3 partai berbasis Islam yaitu PPP, PAN, dan PKS. Dalam hitungan saya partai berbasis Islam ini secara matematis akan menjadi equilibrium dan calon koalisi terpenting. Terlepas dari berapa banyak skandal politik yang terjadi, pemilih kita yang mayoritas beragama Islam akan memilih partai yang paling nyaman bagi mereka untuk menempatkan suaranya. Artinya partai berbasis Islam tetap penting. Bila dijumlah maka ada 6 partai politik yang menguasai 87% suara lebih. Inilah kekuatan mayoritas yang harus kita perhitungkan.

Melihat hitungan matematis secara itu, maka saya mengusulkan apabila 3 atau 6 pimpinan partai itu, dengan legowo bertemu dan dengan serius membicarakan masa depan Indonesia. Mereka harus melepas semua ego mereka, dan mencari solusi terbaik buat Indonesia. Saya tidak mengusulkan koalisi, tapi cuma bertemu dan berdiskusi. Itu ide saya yang sangat sederhana.

Mendengar ide saya itu, teman-teman saya tertawa terbahak-bahak. Bahkan mereka lompat dari bangkunya masing-masing. Salah satu diantara mereka tertawa dan berkata : "Mas Kafi itu sama sekali ngak mungkin. Seperti menukar matahari dengan bulan" dan ia kembali tertawa-tawa. Saya cuma meringis, lalu asal nyablak bertutur : " Lha, namanya juga ide gila. "

15 menit kemudian, setelah reda tertawa, salah satu dari teman saya, akhirnya berkata serius, "Ide mas Kafi sebenarnya ngak bila tetapi bener banget. Bayangkan masa depan bangsa dan negara ini sebenarnya sangat ditentukan oleh 6 orang pimpinan partai tersebut. Kalau mereka tidak mau berkorban, melepas egonya. Dan duduk manis berdiskusi soal masa depan Indonesia, dan saling akur pendapat, apakah mereka masih pantas dianggap sebagai negarawan ?" Saya langsung mengiyakan. Apakah ide gila ini patut kita lempar ke rakyat ? Pertanyaan itu masih bergayut di nurani saya hingga detik ini.

Saya lalu mengambil sebuah perumpamaan - yaitu kisah the Dream Team NBA Amerika. Pemain-pemain legendaris NBA selalu bersaing ketat dalam liga sepanjang musim. Mereka berkompetisi. Bersaing. Bertempur satu dengan yang lain di lapangan. Semua adalah lawan. Tetapi ketika ada turnamen besar seperti Olympiade, mereka otomatis merapatkan barisan, dan Amerika menyusun team terbaiknya, yang beranggotakan pemain-pemain beken yang legendaris, dan itulah sebabnya disebut The Dream Team. Kalau Amerika bisa melakukan-nya di olahraga bola basket, mungkin Indonesia bisa melakukan-nya di politik.

Tahun 2014, Indonesia bakal punya tantangan super hebat. Pertama situasi ekonomi dunia yang semakin tak menentu, telah memberikan sinyal bahwa ekonomi Indonesia bakal terkena imbas. Beberapa Media telah memberikan peringatan dini, soal ekonomi Indonesia yang memperlihatkan indikasi perlambatan. Belum lama ini Rupiah terperosok ketitik yang lemah. Sesuatu yang sangat ganjil. Karena apabila ekonomi kita kokoh, mengapa Rupiah kita sangat rapuh. Padahal bursa saham Indonesia termasuk yang terbaik di ASIA. Kita juga punya segudang masalah lain, mulai dari korupsi, infrastruktur, buruh hingga masalah subsidi. Indonesia tidak bisa lagi langeng dalam masa transisi terus menerus. Kita butuh reformasi yang sesungguhnya.

Jadi apabila 3 atau sampai 6 pimpinan partai terbesar itu mau berkorban dan melepaskan egonya. Demi Indonesia, demi bangsa dan demi negara, mereka mau berdiskusi dan menyusun "The Dream Team of Indonesia 2014", saya pikir hasilnya akan ajaib sekali. Ini cuma ide gila saya saja.

Dengan potensi sumber alam, manusia, kekayaan budaya, cita-cita sebuah negara yang adil dan makmur bukan impian kosong. Tetapi sesuatu yang telah dibuktikan sejak dahulu kala. Sejak Sriwidjaja, Majapahit, hingga Mataram. Jaman emas Nusantara terdokumentasi dengan sangat rinci, meninggalkan peninggalan besar mulai dari Borobudur hingga perdagangan rempah-rempah dan kopi yang mendunia. Seorang teman pernah berkelakar bahwa kalau Indonesia itu potensinya sangat rendah, tidak mungkin Belanda sampai betah di Indonesia sampai 300 tahun lebih. Pasti ada apa-apanya. Nah, kita perlu bukti apa lagi ? Adalah takdir Indonesia untuk menjadi bangsa dan negara yang, " “Gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjoSaya sangat percaya akan takdir ini. Dan 3 sampai 6 putera puteri Indonesia diberikan kesempatan untuk mewujudkan-nya di tahun 2014. Asalkan mereka mau berkorban. Apakah itu pengorbanan yang terlalu banyak ? Menurut saya itu pengorbanan yang pantas. Namun lagi-lagi - inikan cuma ide gila saya saja .


2 comments:

Unknown said...

Setuju Bang.....

Unknown said...

Setuju Bang.....