Thursday, June 02, 2011

MEGAWATI, SBY DAN TELUR CEPLOK



Mata saya terasa amat berat. Diganduli rasa kantuk yang bergayut-gayut. Apalagi sehabis makan bebek goreng ala Mbok Berek yang renyah dan gurih. Perjalanan menuju airport Djogdjakarta terasa semakin panjang. Biasanya saya senang ngobrol dengan supir taxi. Karena memang mereka adalah lapisan masyarakat yang punya persepsi tersendiri, dan selalu beda. Kalau boleh dikatakan sangat istimewa. Namun siang ini saya agak malas. Maklum saja, saya sedang menikmati kantuk yang datang pelan-pelan. Kebetulan sekali sang supir taxi juga agak pendiam. Saya merasa aman.

Hampir 10 menit melaju, tiba-tiba supir taxi menginjak rem mendadak. Rupanya ada sepasang anak muda, ugal-ugal-an menaiki motor dan memotong jalan mobil taxi. Saya tersentak dan bangun. Sang supir taxi memohon maaf. Lalu memaki dan mengumpat dalam bahasa Jawa. Entah apa artinya. Entah apa bunyinya. Saya jadi terusik. Lalu memancing dengan simpati. Saya katakana bahwa hari-hari ini, semakin sering pengendara motor bertindak egois, dan ugal-ugalan, seolah mereka pemilik jalan satu-satunya. Sang supir terbatuk-batuk dan tertawa kecil. Kata beliau, “Jaman sekarang, tidak ada lagi sopan santun dan rasa hormat. Semua orang asik marah sendiri” Saya terbahak mendengar komentarnya.

Sang supir taxi lalu bertutur kisah hidupnya. Umurnya baru 40an. Ia menikah dengan seorang wanita dari keluarga yang sangat berada. Punya anak 3 . Dan semuanya sudah di Universitas. Mertuanya punya banyak perusahaan. Mulai dari perusahaan batik hingga took bahan bangunan. Mulanya sehabis menikah ia bekerja menjadi direktur, disalah satu perusahaan mertuanya. Tapi ia tidak betah. Karena menurutnya, sang mertua punya kebiasaan marah-marah. Sang supir taxi enggan menjadi tempat sang mertua menumpahkan kemarahan-nya. Akhirnya karena tidak tahan ia keluar dan bekerja diperusahaan orang lain. Lalu gantian, istrinya yang jadi sering memarahinya. Istrinya kesal karena ia tidak mau bekerja pada mertuanya. Percaya tidak ia belajar banyak banyak bersabar. Dan selalu mengalah. Ia mengaku lama-lama kebal dan mati rasa.

Salah satu alasan mengapa ia akhirnya menjadi supir taxi, karena ia merasa itulah pekerjaan yang jam kerja-nya sangat panjang. Pekerjaan yang bisa dilakukan-nya tanpa punya atasan pemarah. Dan pekerjaan yang memberinya kedamaian, karena ia selalu merasa terlindung didalam sebuah lingkungan, yang ia sebut sebuah mobil. Iseng-iseng saya tanya apakah ia pernah berpikir untuk bercerai dengan istrinya ? Ia menggeleng dan tertawa. Katanya tidak akan pernah mungkin bisa. Saya bingung dan bertanya kenapa ? Supir taxi itu bercerita bahwa istrinya tergila-gila dengan telor ceplok buatan-nya. Kini giliran saya yang bingung. Sang supir taxi melanjutkan ceritanya. Bahwa dulu ketika masih menjadi mahasiswa ia sering kekurangan uang untuk membeli lauk makan. Maka ia sering banget menggoreng telor ceplok untuk lauk. Namun karena bosan, ia sering melakukan eksperimen. Hingga ia menemukan cara menggoreng telur ceplok yang enak luar biasa. Konon diatas telur ceplok itu ia menambahkan gorengan bawang merah dan sambel terasi dengan resep rahasia. Ia melakukan-nya hingga sangat sempurna, dan enak luar biasa. Sampai-sampai istrinya tergila-gila dengan telor ceploknya. Kini setiapkali istrinya mengomel, ia langsung mengambil kuali dan menggoreng telor ceplok. Istrinya langsung diam mengomel. Secara filosofis ia berkata, bahwa telor ceplok telah menjadi jangkar hidupnya. Dan telur ceplok telah menjadi rahasia kelanggengan rumah tangganya. Ketika saya turun di airport, ia menutup ceritanya dan mengatakan, “Kadang kita meremehkan yang sepele. Padahal rahasia kehidupan seringkali memang sepele.” Mendengarnya saya cuma manut-manut saja.
Masuk di airport, saya menunggu keberangkatan di Garuda Lounge. Sambil membolak balik koran dan majalah menghabiskan waktu saat menunggu.Koran dan majalah sedang rame memberitakan SBY yang gusar dengan beredarnya fitnah yang keji sehingga beliau perlu menggelar sebuah press conference. Dan berita kedua tentang Megawati yang juga gusar karena ia telah dilupakan orang. Padahal saat reformasi, ia adalah salah satu dari 4 orang yang menjadi aikon reformasi di tahun 1998 itu. Lalu pikiran saya melayang sangat jauh dan berandai-andai.

Satu hal yang membuat saya kagum terhadap sang supir taxi, adalah kerendahan hatinya, untuk mengorbankan sejumlah rasa pamrih yang dimilikinya. Bagi orang awam yang tidak mengenalnya, sang supir taxi mirip dengan seorang suami lemah yang takut istri dan selalu menjadi target kemarahan dari istrinya. Itulah sosok supir taxi dari luar. Barangkali itulah persepsi kita terhadapnya secara umum. Namun kisah sesungguhnya adalah, sang supir taxi selalu menang, setiap kali ia memasang penggorengan di atas kompor. Istrinya langsung diam. Dan semua omelan langsung sirna.

Pikir saya, “aaah …… andaikata saja Megawati dan SBY mampu menggoreng telor ceplok sesempurna supir taxi. Barangkali mereka berdua tidak perlu gusar karena di fitnah atau dilupakan orang” Karena seperti supir taxi, ia sepenuhnya sadar dan tau, bahwa apapun situasinya ia selalu akan tampil sebagai pemenang. Karena ia punya senjata rahasia yang super ampuh, yaitu sang telur ceplok.

Mpu Peniti, mentor spiritual saya, pernah bercerita tentang seorang guru Zen, yang mengisi bak mandi dengan ember yang bocor. Setiap kali ia mengisi ember itu penuh-penuh dengan air dari sumur, maka guru Zen itu berlari ke kamar mandi, tetapi ketika ia sampai di kamar mandi, air di embernya tinggal seperempat. ¾ dari air di ember bocor dan habis diperjalanan. Bagi orang yang tidak paham, perbuatan sang guru Zen nampaknya seperti sebuah usaha yang sia-sia dan percuma. Maka salah seorang murid dari sang guru, akhirnya memberanikan diri bertanya, mengapa sang guru berusaha mengisi bak mandi dengan ember yang bocor. Sang guru lalu berhenti sejenak, dan menarik nafas dalam-dalam. Lalu berkata, bahwa pertama-tama ember yang bocor, tidaklah berarti langsung tidak berguna, dan harus dibuang. Karena hidup ini seringkali memiliki sejumlah ketidak sempurnaan. Apakah gara-gara sejumlah hal yang tidak sempurna maka, kita harus marah dan gusar pada kehidupan itu sendiri ? Kita harus mencoba memanfaatkan semuanya yang tidak sempurna.

Yang kedua, sang guru Zen menasehati muridnya, bahwa kita memiliki kesadaran,dengan segala ketidak sempurnaan itu kita akan menuju satu hasil akhir yang sempurna. Biarpun embernya bocor, pada akhirnya, kalau diisi terus menerus, maka bak mandi itu akan penuh juga. Mungkin perlu waktu yang lebih lama, dan usaha yang lebih banyak. Tidak menjadi soal. Bak mandi akan penuh sempurna. Bagi sang supir taxi, hidupnya sehari-hari mirip dengan ember yang bocor. Tetapi ia tahu, bahwa suatu saat bak mandi itu akan terisi air dengan penuh. Ia tahu bahwa biarpun embernya bocor, ia akan selalu menang dengan telor ceploknya. Seorang pemimpin tidak berarti memiliki ember yang sempurna dan tidak bocor. Seorang pemimpin bisa saja memiliki ember yang bocor. Hanya dengan berhasil mengisi bak mandi penuh dengan air, menggunakan ember yang bocor, yang menunjukan kualitas sesungguhnya dari sang pemimpin itu. Pemimpin yang tekun dan memiliki stamina untuk memanfaatkan hidup yang serba tidak sempurna ini. Pemimpin yang berhasil memastikan diri ke garis finish.

No comments: