Thursday, August 21, 2008

TIDAK LAKU

Masalah utama bisnis barangkali cuma ada satu : yaitu bagaimana membuat produk kita laris ? Sederhana sekali sebenarnya. Tetapi susahnya bukan main . Setiap tahun lebih dari 20.000 produk yang diluncurkan dan masuk ke pasar Amerika, gagal dan tidak laku. Istilahnya ‘layu sebelum berkembang’ Penyebabnya banyak sekali. Dan sangat kompleks. Lebih dari 50% dari produk itu gagal karena perencanaan yang sangat buruk sekali. Sisanya kebanyakan gagal karena strategi marketing yang salah kaprah, dan pemilihan jalur distribusi yang keliru. Kunci selanjutnya yang juga maha penting adalah support yang terlampau lemah. Artinya produknya tidak dipromosikan dengan baik. Atau kita terlampau pelit untuk merekrut tenaga sales yang berkualitas dan canggih.

Itu sebabnya, ‘membuat produk laris’ merupakan industri tersendiri. Sampai-sampai banyak sekali dukun dan konsultan spiritualnya. Teman saya misalnya, rajin sekali berkunjung dan berkonsultasi dengan dukun. Minta ‘penglaris’ begitu istilahnya. Usahanya sendiri memang tidak jelek. Cukup laris malah. Tapi apakah itu memang gara-gara upaya dan jimat dukun ? Atau sang dukun cuma membuat teman saya lebih PeDe dan fokus terus menerus ke bisnisnya. Sehingga ia tekun dan akhirnya laris.

Konsultan ‘bikin laris’ bukan hanya dukun saja, tapi masih banyak lagi. Banyak pengusaha yang juga menggunakan konsultan ‘feng-shui’ untuk menata lokasi usahanya agar ideal dan harmonis enerjinya - sehingga membuat konsumen betah dan bisnisnya laris. Disamping dua upaya lain, masih banyak pengusaha yang menempuh aneka jalan spiritual yang ceritanya lebih serem dan tidak enak kita ceritakan disini.

Membuat produk laris, juga meninggalkan sejumlah mitos dan kepercayaan. Sejumlah pengusaha mengaku mereka punya pantangan dan kepercayaan tersendiri. Mulai dari merekrut pegawai dengan tipe tertentu, hingga perbuatan-perbuatan tertentu yang semua tujuan-nya membuat usaha dan bisnisnya laris. Juga ada pengusaha yang rajin menyumbang amal dan sedekah, semata karena takut bisnisnya ngak laris. Ini mestinya adalah alasan yang salah kaprah. Tapi mereka percaya kalau mereka baik hati, rajin beramal, maka Tuhan juga akan menolong bisnis mereka, dan membuatnya laris.

Zig Ziglar, pelatih sales-man yang sangat kondang di Amerika, yang telah menulis sejumlah buku tentang ‘salesman-ship’ punya solusi yang lebih sederhana sebenarnya. Zig Ziglar menyimpulkan bahwa seringkali produk atau jasa yang kita jual tidak laris, seringkali alasan-nya semata karena kita tahu membuatnya tetapi tidak tahu menjualnya. Ini masalah umum di berbagai kegiatan UKM. Seorang tukang bakso, mengaku punya resep khusus dari Taiwan. Yang membuat bakso mereka sangat garing dan enak sekali. Saya sudah mencobanya. Dan memang lezat. Tapi ia kebinggungan untuk menjualnya. Kelihatannya sepele, tapi ini penyakit super serius. Jangan sekali-kali berpikir bahwa kalau produk anda bagus pasti jaminan laku. Sebaliknya jangan juga mudah beramsumsi bahwa kalu produk anda murah, juga akan pasti laku. Tidak semudah itu.

Menurut Zig Ziglar, setiap produk yang dijual memiliki 5 halangan utama, bagi konsumen untuk ngeles dan tidak membeli. Konsumen merasa tidak membutuhkan. Konsumen tidak punya uang. Konsumen tidak diburu waktu. Konsumen tidak memiliki keinginan. Dan konsumen tidak percaya ! Nasehat Zig Ziglar sering saya terapkan dalam banyak kasus dan memang manjur selalu. Pertama-tama anda harus bisa membuat produk anda memiliki keseimbangan antara ‘keinginan’ dan ‘kebutuhan’. Contoh, semua orang selalu lapar, dan perlu makan. Ini namanya kebutuhan. Tetapi ketika lapar tidak semua orang ingin makan hidangan yang sama. Ada yang ingin gado-gado, ada yang ingin pizza dan ada yang ingin nasi goreng. Nah, ini namanya ‘keinginan’. Nasehat Zig Ziglar sederhana, buatlah produk yang dibutuhkan banyak orang. Masalah orang itu akhirnya menginginkan produk anda atau tidak - adalah masalah bagaimana anda secara kreatif mempromosikan-nya !

Langkah kedua supaya orang menginginkan produk anda, siasatnya adalah membuat orang percaya (trust) dan harganya terjangkau. Ayah saya pernah bercerita, dua orang penjual gado-gado. Yang pertama ibu berkebaya, dan menguleknya dengan cobek batu yang besar. Yang kedua pria biasa. Maka ayah saya akan memilih gado-gado yang dijual ibu berkebaya. Karena menurut ayah saya kelihatan lebih meyakinkan. Harga yang terjangkau belum tentu murah selalu. Tetapi punya persepsi yang pas. Di Bali ada warung yang menjual menu unik yaitu Nasi ½ dan Gado-gado ½ . Karena memang semua prosi gado-gado selalu terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Dengan kombinasi seperti ini, konsumen merasa harganya pantas dan pas. ‘Added value’nya tinggi yaitu menu komplit nasi dan gado-gado.
Yang terakhir adalah momentum. Kadang konsumen kalau belum kepepet waktunya konsumen belum termotivasi untuk beli. Parsel Lebaran selalu laris 3 hari menjelang Lebaran. Hotel selalu penuh dipesan seminggu sebelum liburan panjang. Toko oleh-oleh di Airport, biarpun harganya agak mahal, selalu laris dibeli orang. Rahasianya anda perlu berada ‘at the right place and at the right time’. Mungkin anda bingung, kalau nasehat Zig Ziglar begitu mudah ? Mengapa juga orang mencari solusi yang sulit. Itulah ! Kata pribahasa kadang gajah didepan pelupuk mata sekalipun, tidak pernah juga terlihat

1 comment:

Anonymous said...

maksudnya komen di sini,
untung dan laku,
itu hukum bisnis paling kuno yah,

setuju kan???