Sunday, October 12, 2008

EKONOMI PISANG ( EKONOMI JALANAN PART 2)

Saya ingat betul, ketika masih SD, Ibu saya punya langganan tukang pisang dari Sukabumi. Seminggu dua kali, tukang pisang ini datang dengan mobil VW combi menjajakan buah pisang, pepaya dan juga aneka jajanan pasar. Ibu saya selalu membeli pisang dan pepaya dari mereka secara berlangganan. Pisang yang dijual, adalah selalu pisang ambon, dan kadang mereka membawa juga pisang mas yang kecil-kecil, sesekali bersama pisang tanduk yang besar-besar untuk digoreng. Pisang ambon dari Sukabumi itu saya ingat sangat harum, dan enak sekali. Ukurannya juga besar-besar. “That is the best of time !”

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, saya bertemu dengan eksekutif dari Chiquita, salah satu produsen pisang paling beken didunia. Sejarah mereka dari 100 tahun, bermula pada tahun 1870 ketika Captain Lorenzo Dow Baker membeli 160 tandan pisang dari Jamaica dan belayar ke kota Jersey selama 11 hari, dan menjual pisang-pisang itu dengan keuntungan yang sangat luar biasa. Dan tahun 1885, Captain Baker mendirikan Boston Fruit Company. Yang mengawali distribusi pisang segar keseluruh Amerika.

Perdagangan pisang dunia saat ini dikuasai oleh 5 perusahaan global. Walaupun pisang secara komersial sebenarnya ditanam dilebih dari 100 negara. Yang dikenal dengan merek-merek - Chiquita, Delmonte, Dole, Bonita dan Fyffes. Data tahun 2005 saja menyebutkan bahwa eskpor global sudah mencapai lebih dari 72 juta metrik ton, dengan nilai lebih diatas 36 milyar US dolar. Atau diatas 360 trilyun rupiah. Namun berdagang pisang tidak semudah yang diperkirakan orang. Karena inilah buah yang paling mudah rusak dan umurnya sangat pendek sekali. Chiquita sendiri hampir bangkrut ditahun 2001, dan pernah meminta perlindungan dibawah Chapter 11.

Saat ini pisang yang paling banyak ditanam secara komersial, dan adalah Cavendish, sebuah varitas pisang yang mirip dengan pisang ambon. Berasal dari Vietnam dan Cina, dikembangkan secara komersial sejak tahun 1950’an. Ini prestasi yang luar biasa karena selama 50 tahun lebih, varitas ini tidak pernah berubah. Memang secara kosmetik pisang ini dianggap yang paling sempurna, bentuknya yang panjang dan warnanya yang merata kuning ke-emasan bila matang. Dagingnya juga cukup keras untuk ditansportasi sehingga tidak murah rusak. Walaupun rasanya tidaklah sempurna. Aromanya terbatas, hanya manis saja pada saat masak.

Nah, percaya atau tidak salah satu produsen pisang terbesar dan terbaik dunia adalah Indonesia. Cuma saja potensi ini tidak pernah dilirik kita dan dikembangkan secara komersial. Sehingga kini kita berada dititik ambang tragedi.
Tragedinya buat kita yang hidup dikota besar, seperti Jakarta, pisang yang kita makan setiap hari dan kita beli dari supermarket adalah kebanyakan jenis cavendish bukan pisang ambon. Bilamana anda ingin menikmati pisang yang benar-benar lezat, and harus nyetir 2 jam kearah Puncak dan Cipanas untuk mendapatkan pisang ambon asli, yang rasanya dapat dipertanggung jawabkan. Sedih sekali bukan ?

Padahal menurut eksekutif Chiquita itu, dunia membutuhkan jenis pisang baru. Yang lebih exotic dan lebih gurih. Semata-mata untuk menaik-kan harga komoditi pisang dunia. Bila tidak harga pisang dunia yang hanya konsentrasi pada satu jenis saja, yaitu cavendish terancam menjadi komoditi dengan marjin yang sangat tipis. Harapan itu sebenarnya dimiliki oleh Indonesia. Secara teori Indonesia punya 200 lebih varitas pisang. Beberapa diantaranya sangat exotic seperti pisang barangan dan pisang raja. Hanya saja pisang ini rentan terhadap hama dan memerlukan infrastrukur perkebunan yang tidak murah. Plus, lahan yang cukup besar dan baik serta kondisi iklim yang sempurna. Salah satu penghasil pisang di ASIA yang terkenal adalah Philipina. Jumlah produksinya diperkirakan mencapai 6 juta metrik ton dan cukup banyak yang diekspor. Indonesia memproduksi 4.5 metrik ton, sedikit dibawah Philipina, tetapi yang diekspor jumlahnya sedikit sekali. Indonesia tidak dikenal sebagai eksportir pisang dunia.

Nah, pulau terbesar yang paling dekat dengan Philipina adalah Sulawesi - yang konon memang salah satu lahan terbaik untuk menanam pisang di Indonesia. Pernah sekali saya diperlihatkan pisang barangan yang terkenal dari Medan, ditanam dikebun percontohan di Sulawesi, mampu mencapai ukuran lebih sebesar pisang ambon. Konon pisang barangan bisa jadi tumpuan baru varitas komoditi pisang dunia. Setidaknya ada beberapa teman yang membisiki saya hal ini. Pisang barangan cenderung memiliki daging lebih keras dari cavendish, sehingga dari segi logistik dan transportasi cenderung lebih unggul. Jadi jangan heran kalau pisang barangan mampu ditransportasikan dari Medan ke Jakarta. Dalam keadaan masak, pisang barangan yang dagingnya lebih kuning warnanya dari pisang cavendish, dan aromanya yang lebih dahsyat pula, jelas memiliki “eating quality” lebih baik dari pisang cavendish. Andaikata varitas ini dikembangkan secara komersial, bisa jadi Indonesia menjadi negara terkemuka untuk mengekspor pisang keseluruh dunia. Potensi nilai devisanya bisa mencapai diatas semilyar dolar.

Pisang sendiri secara komoditi sangat populer diseluruh dunia. Jadi pemasaran-nya tidaklah akan sulit-sulit. Mudah saja. Semua orang suka pisang. Nilai nutrisinya juga bagus sekali. Pisang memiliki kombinasi nilai yang luar biasa, sebagai sumber enerji, protein, vitamin dan mineral. Konon setiap 100 gram pisang, ada 1.2% kandungan protein. Satu pisang besar diperkirakan mampu memberikan kontribusi 100 kalori. Itu sebabnya pisang seringkali dijadikan campuran makan bayi.

Pisang dikenal sangat bermanfaat bagi pencernaan. Seringkali juga dimakan secara teratur untuk menghindari konstipasi. Konon pisang menetralkan lambung yang terlalu asam dan mengurangi iritasi lambung. Pisang sangat baik dijadikan makanan awal bagi para penderita diare, karena lembut dilambung, bermanfaat menormalisasikan usus, dan kaya dengan pectin yang mampu menyerap air secara banyak. Pisang juga bermanfaat mengubah bakteri-bakteri berbahaya menjadi bakteri yang bermanfaat buat perut seperti acidophyllus bacilli.

Malah secara tradisional pisang digunakan sejak dulu dalam pengobatan asam urat dan atritis atau encok. Pisang yang juga tinggi kandungan mineral besinya, sangat baik dikonsumsi para wanita pada saat menstruasi, karena menghilangkan gejala anemik dan menyumbang enerji yang lumayan.

Tanaman pohon pisang juga penuh manfaat, daun-nya dipakai secara meluas dalam berbagai aneka kebutuhan dapur, mulai dari sebagai pembungkus dan juga alat memasak, misalnya dalam memepes. Dibeberapa daerah, jantung pisang muda dan pelepah pisang muda juga dimakan sebagai sayuran. Batang pohon pisang sendiri memiliki sejumlah nilai ekonomis yang unik. Seratnya secara tradisional turun temurun kita tenun untuk dijadikan tali.

Indonesia yang kaya dengan tanaman pisang ini, mulai dari Sabang dan Merauke, sudah saatnya secara serius menggarap budi daya pisang secara komersial. Siapa tahu, disaat-saat krisis ekonomi global yang menyerang seantero jagad, kita bangsa Indonesia, bisa lolos krisis, gara-gara diselamatkan pisang.

1 comment:

Anonymous said...

Very inspiring, pak Kafi...
kabarnya cavendish yang asli sudah punah ya pak? Yang beredar sekarang adalah replacement-nya? Untuk pisang barangan bisakah di promote ke merk-merk dunia, shg bisa tercipta demand export pisang dgn skala dunia, kmdn bisa men-drive petani-petani plasma indonesia untuk nanam pisang barangan.
Sambil mempersiapkan merk lokal yang bisa mendunia.