Saturday, October 18, 2008

3 Jurus Menangkal KRISIS - (Part 1 - Jurus Pertama)

Setelah ayah saya wafat, saya mengalami salah satu krisis kehidupan yang paling parah dan menderita. Saya begitu terpukul dan kehilangan sekali. Dalam krisis itulah saya memepertanyakan segalanya. Tak terkecuali, mulai dari kehadiran Tuhan sang pencipta, hingga nasib dan takdir. Semakin jauh saya bertanya, semakin saya kehilangan jawaban. Jiwa saya limbung terombang-ambing. Untuk menenangkan jiwa, saya mencoba pergi berziarah ketempat-tempat yang dianggap orang suci. Disana saya berharap mampu menyatukan garis kehidupan saya dengan Tuhan. Namun usaha itu sia-sia. Nihil tanpa hasil.

Untunglah dititik terendah itu saya bertemu dengan Mpu Peniti. Yang kini menjadi sahabat, mentor dan juga guru kehidupan. Beliau-lah yang menarik saya dari krisis. Dan mengajarkan 3 jurus menangkal krisis yang hingga kini saya praktek-kan sehari-hari. Barangkali saja, bermanfaat pula bagi semua orang yang saat ini sedikit banyak bersinggungan dengan krisis yang tengah meremukan dunia disekeliling kita.

Menurut Mpu Peniti, langkah pertama menghadapi krisis adalah – “Change Your Attitude !” Bayangkan anda berada dalam satu adegan film koboi. Dimana anda baru saja tiba disebuah kota yang sangat asing. Sang kuda anda parkir. Dan anda masuk kedalam bar. Katakanlah didalam bar yang penuh sesak itu ada lebih 100 penjahat. Maka bagaimana sikap anda saat masuk kedalam bar menjadi sangat penting ! Apakah anda memancing keributan atau tidak ? Semata-mata akan ditentukan oleh sikap dan bahasa tubuh anda. Anda bisa saja menyelinap diam-diam dan berbaur. Atau masuk dengan sikap provokasi. Sikap adalah segalanya, begitu Mpu Peniti menasehati saya.

Ada satu dongeng, yang diceritakan beliau yang selalu saya ingat. Alkisah di Cina ada seorang petani yang memiliki se-ekor kuda yang sangat ia sayangi. Kuda itu memang sangat indah. Hitam legam. Kulitnya berkilat dan sangat gagah sekali. Hampir semua orang didesa mengagumi sang kuda. Apa daya suatu hari ketika kuda itu sedang merumput, tiba-tiba ia lari dan menghilang. Kabar kaburnya sang kuda seketika beredar kemana-mana. Semua orang didesa membicarakan-nya. Sang petani digosipkan sedang dilanda “nasib sial” atau “bad luck”. Tapi sang petani cuma tersenyum dan tertawa, setiap kali ia mendengar gosip itu. Cerita nasib sial sang petani menjadi topik pembicaraan yang panas selama berhari-hari.

Tepat sepuluh hari setelah peristiwa kaburnya sang kuda, tiba-tiba seluruh desa dikejutkan dengan suara gemuruh. Rupanya sang kuda yang hilang, kembali lagi dengan puluhan kuda liar, dan menggiringnya ke tanah sang petani. Maka situasinya berubah. Kini semua orang didesa bergosip ria, bahwa sang petani nasibnya ketiban durian runtuh. Mendadak kaya raya, gara-gara kudanya yang mabur berhasil membawa puluhan kuda liar. Sang petani menjadi orang terkaya didesa dengan harta puluhan kuda itu. Lagi-lagi gosip menjalar kemana-mana. Sang petani lagi-lagi cuma tersenyum dan tertawa.

Dari sekian puluhan kuda liar itu, ada satu kuda betina yang warna dan kegagahan-nya menyaingi kuda sang petani. Sehingga putra sulung sang petani, tergoda untuk menjinak-kan kuda betina ini. Saat mencoba, rupanya sang kuda liar jauh lebih beringas dari yang diperkirakan. Putera sang petani terpelanting dari sang kuda, jatuh dan kakinya patah. Seluruh desa lagi-lagi bergosip ria, dan kembali sang petani di-isukan bernasib sial. Bayangkan dari sial,mujur dan kembali sial. Sang petani tetap gigih. Ia hanya tersenyum dan tertawa menghadapi semua gunjingan itu.

Tak lama berselang, datang serombongan serdadu, dengan perintah kaisar. Untuk merekrut semua anak muda didesa itu untuk dijadikan serdadu. Maklum kaisar Cina sedang berperang dengan negeri seberang dan butuh serdadu dalam jumlah sangat banyak. Seluruh warga desa cemas. Toh, kebanyakan pemuda desa yang dijadikan serdadu tidak akan pernah kembali dan berakhir tewas di medan perang. Semua orang tua, yang anaknya diambil kaisar untuk dijadikan serdadu, menangis meraung-raung tidak rela. Untung bagi si petani, karena anaknya jalan terpincang-pincang gara-gara patah kaki, ia tidak direkrut menjadi serdadu. Nyawanya selamat dan ia-pun tetap tinggal didesa.

Moral dari cerita ini singkat dan sederhana, bahwa krisis cuma satu skenario peristiwa. Semuanya bergantung pada sikap kita untuk menghadapinya. Demekian juga dengan keberuntungan. Krisis bukanlah akhir dari segalanya. Krisis mampu berpaling seketika dan menjadi peluang terbaik hidup kita. Itu sebabnya, Mpu Peniti menuturkan satu pepatah Cina kuno yang berbunyi : “A crisis is an opportunity riding the dangerous wind.” Jadi krisis sebenarnya memiliki 2 wajah. Yang pertama tentu saja bahaya, dan situasi yang tidak menguntungkan. Tetapi wajah lain adalah peluang. Peluang yang selalu bisa dimanfaatkan. Peluang yang membuka pintu lebar-lebar.

Menuruti petuah Mpu Peniti, sejak itu saya mengubah sikap dan prilaku saya. Krisis tadi menjadi ‘titik terpenting’ dalam kehidupan saya. A ‘crucial point’ untuk balik arah dan ‘reinventing my life’. Krisis itu membuat saya berpikir dan melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda. Memberikan saya sebuah arti lain yang mendalam. Lambat laun perubahan itu menjalar kedalam cara berpikir saya dan cara-cara saya melakukan bisnis sehari-hari. Jadi apabila anda ingin benar-benar keluar dari krisis yang ada dan memanfaatkan peluang yang ada, hanya satu yang harus anda lakukan – “Change your attitude !” (bersambung)

No comments: