Sunday, October 26, 2008

3 JURUS MENANGKAL KRISIS (Part III-Jurus Pamungkas)

Saya selalu dikritik banyak orang, karena sikap saya yang selalu positif dan optimis, biar dalam situasi sesulit apapun. Kebanyakan dari mereka menuduh saya, punya training khusus untuk berpura-pura tenang dan “cool”. Sesuatu yang tentu saja tidak benar. Karena yang benar, saya punya pengalaman luar biasa yang mengubah hidup saya. Saat saya masih kuliah, pernah sekali kami membuat marah dosen Hukum . Kami semuanya merasa pelajaran Hukum membosankan dan tidak perlu-perlu amat. Maka hari itu kami semuanya bercanda diluar batas pada saat jam kuliah hukum. Dan terjadilah peristiwa itu !

Sang dosen, akhirnya mendongeng. Suatu saat sebuah perusahaan sepatu di Inggris, mengirim 2 eksekutif terbaiknya ke Afrika untuk melakukan studi pengembangan usaha. Setelah hampir 3 bulan menjelajah Afrika, akhirnya keduanya kembali dan masing-masing membuat laporan sendiri-sendiri. Eksekutif pertama diberikan waktu 60 menit untuk melapor ke board management. Laporannya sangat pesimis. Menurutnya Afrika sangat tertinggal. Cuacanya panas dan kering. Semua serba minus. Daya beli rendah. Dan hampir semua orang tidak pakai sepatu. Sepatu masih menjadi produk asing yang tidak dikenal. Jadi kesimpulannya Afrika bukanlah pasar yang empuk untuk dimasuki.

Eksekutif kedua, memberikan laporan yang 180 derajat terbalik. Ia justru dengan semangat berapi-api dan menggebu-gebu, memaparkan rencana bisnis 10 tahun kedepan, dengan sangat agresif. Ia meminta perusahaan agar dengan segera mencanangkan membuka selusin pabrik baru diseluruh Afrika. Dalih dia, sepatu adalah produk yang belum dikenal luas di Afrika. Kebanyakan orang Afrika masih bertelanjang kaki. Dan hampir semuanya relatif belum memiliki sepatu. Sepatu adalah produk mewah saat itu. Bayangkan apa jadinya kalau sepatu tiba-tiba populer dan semua orang membeli sepatu. Peluangnya diluar impian, sungguh tak terbayangkan. Maka ia meminta boar of management segera meluaskan usahanya di Afrika.

Dosen Hukum saya menasehati, bahwa yang paling penting dalam hidup ini, adalah “having the right curiosity !” untuk mengubah segalanya. Dengan rasa penasaran yang pas dan benar, maka segalanya akan berubah, termasuk nasib dan situasi krisis yang kita hadapi. François-Anatole Thibault yang kemudian dikenal sebagai Anatole France, adalah seorang penyair, novelis, dan juga jurnalis, yang pernah meraih hadiah nobel untuk literatur tahun 1921, mengatakan bahwa barangkali kualitas terbaik manusia adalah rasa penasaran itu sendiri. Walt Disney, pionir Imagineering yang beken, membuat kiasan, bahwa rasa penasaran itu ibaratnya sebuah sinar yang berada didepan kita, dan yang membuat kita terus membuka pintu didepan. Mencari dan menciptakan yang baru. Rasa penasaran adalah bensin yang menggerakan inovasi. Setidaknya itu yang terjadi dalam banyak kisah hidup para ilmuwan beken !
Jadi jurus ketiga dan sekaligus jurus pamungkas dalam situasi menangkal krisis adalah – “Change your curiosity !” Mpu Peniti, mentor dan guru saya, pernah bercerita bahwa waktu ibarat gangsing selalu berputar pada porosnya, tetapi juga bergerak dari satu titik ketitik berikutnya. Kehidupan kita juga sama. Tiada detik, jam, dan hari yang serba sama. Sebaliknya tiap detik, jam, dan hari semuanya sangat luar biasa dan istimewa. Semuanya punya “luck” dan “opportunity” yang berbeda. Bagi yang tidak penasaran gangsing itu hanya berputar diporosnya. Sangat membosankan. Bagi yang penasaran gangsing itu berputas diporosnya dan juga jalan dari satu titik ketitik lainnya. Apapun bisa terjadi !

Pernah sekali, saya bertemu dengan seorang koki ternama di Hong Kong, dan saat kami makan bersama, ia bercerita tentang pentingnya peranan saus tiram dalam masakan Cina moderen. Hampir semua masakan Cina terutama versi Cantonese, pasti memiliki sentuhan saus tiram atau “oyster sauce”. Sayuran yang sederhana menjadi santapan mewah berkat sentuhan saus tiram. Jadi apalah jadi nasib kita tanpa saus tiram atau “oyster sauce”. Kita akan kehilangan sejumlah kenikmatan, begitu kesimpulan sang koki.

Percaya atau tidak, sejarah saus tiram atau “oyster sauce” terbilang sangat muda. Baru 120 tahun, tepatnya pada tahun 1888. Ditemukan secara tidak sengaja, dan 100% gara-gara penasaran saja. Alkisah, Lee Kum Sheung adalah seorang petani yang tinggal di wilayah Qibau Xinhui, di propinsi Guangdong. Karena diperas oleh komplotan mafia lokal, ia terpaksa mengungsi ke Nanshui, Zhuhai. Disana ia terpaksa tidak mampu lagi menjadi petani. Miskin dan tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam. Untuk menyambung hidupnya, ia terpaksa cari akal, dan akhirnya membuka warung kecil. Yang khusus berjualan masakan kerang tiram. Suatu hari tanpa disengaja, di tungku tempatnya memasak, tertinggal kuali dengan sejumlah kerang tiram. Rupanya sisa tiram itu tertinggal, dan terus dimasak tanpa sengaja dengan sisa bara api yang tertinggal sepanjang malam. Esok harinya Lee Kum Sheung, bersiap-siap membuka warungnya, dan menemukan di kuali, sisa tiram yang sudah berubah menjadi larutan coklat yang sangat kental. Bayangkan apa jadinya kalau Lee Kum Sheung, bablas rasa penasarannya, membuang sisa tiram itu kesampah begitu saja. Tapi untunglah rasa penasaran Lee Kum Sheung jauh lebih besar. Ia menjulurkan telunjuknya dan mencolek sisa tiram yang sudah menjadi saus kental berwarna kecoklatan. Lalu Lee Kum Sheung dengan rasa penasaran yang luar biasa berusaha mencium aromanya. Ternyata aromanya cukup keras, dan baunya enak sekali. Maka didorong dengan rasa penasaran yang mendalam, Lee Kum Sheung memberanikan diri mencicipi saus coklat itu. Ia kaget bukan main. Ternyata rasanya sangat gurih bukan kepalang. Itulah awal dan asalnya penemuan saus tiram atau “oyster sauce” yang kini dikenal dengan nama saus Lee Kum Kee. 100% kebetulan. 100% gara-gara penasaran. Kata Mpu Peniti, kalau kita memiliki rasa penasaran yang cukup besar, maka sesuatu yang kebetulan dan kecelakaan dapat menjadi “luck” kita yang paling besar. Itu sebabnya mutlak bagi kita untuk selalu – “CHANGE YOUR CURIOSITY !”

No comments: