Thursday, October 30, 2008
Sunday, October 26, 2008
3 JURUS MENANGKAL KRISIS (Part III-Jurus Pamungkas)
Saya selalu dikritik banyak orang, karena sikap saya yang selalu positif dan optimis, biar dalam situasi sesulit apapun. Kebanyakan dari mereka menuduh saya, punya training khusus untuk berpura-pura tenang dan “cool”. Sesuatu yang tentu saja tidak benar. Karena yang benar, saya punya pengalaman luar biasa yang mengubah hidup saya. Saat saya masih kuliah, pernah sekali kami membuat marah dosen Hukum . Kami semuanya merasa pelajaran Hukum membosankan dan tidak perlu-perlu amat. Maka hari itu kami semuanya bercanda diluar batas pada saat jam kuliah hukum. Dan terjadilah peristiwa itu !
Sang dosen, akhirnya mendongeng. Suatu saat sebuah perusahaan sepatu di Inggris, mengirim 2 eksekutif terbaiknya ke Afrika untuk melakukan studi pengembangan usaha. Setelah hampir 3 bulan menjelajah Afrika, akhirnya keduanya kembali dan masing-masing membuat laporan sendiri-sendiri. Eksekutif pertama diberikan waktu 60 menit untuk melapor ke board management. Laporannya sangat pesimis. Menurutnya Afrika sangat tertinggal. Cuacanya panas dan kering. Semua serba minus. Daya beli rendah. Dan hampir semua orang tidak pakai sepatu. Sepatu masih menjadi produk asing yang tidak dikenal. Jadi kesimpulannya Afrika bukanlah pasar yang empuk untuk dimasuki.
Eksekutif kedua, memberikan laporan yang 180 derajat terbalik. Ia justru dengan semangat berapi-api dan menggebu-gebu, memaparkan rencana bisnis 10 tahun kedepan, dengan sangat agresif. Ia meminta perusahaan agar dengan segera mencanangkan membuka selusin pabrik baru diseluruh Afrika. Dalih dia, sepatu adalah produk yang belum dikenal luas di Afrika. Kebanyakan orang Afrika masih bertelanjang kaki. Dan hampir semuanya relatif belum memiliki sepatu. Sepatu adalah produk mewah saat itu. Bayangkan apa jadinya kalau sepatu tiba-tiba populer dan semua orang membeli sepatu. Peluangnya diluar impian, sungguh tak terbayangkan. Maka ia meminta boar of management segera meluaskan usahanya di Afrika.
Dosen Hukum saya menasehati, bahwa yang paling penting dalam hidup ini, adalah “having the right curiosity !” untuk mengubah segalanya. Dengan rasa penasaran yang pas dan benar, maka segalanya akan berubah, termasuk nasib dan situasi krisis yang kita hadapi. François-Anatole Thibault yang kemudian dikenal sebagai Anatole France, adalah seorang penyair, novelis, dan juga jurnalis, yang pernah meraih hadiah nobel untuk literatur tahun 1921, mengatakan bahwa barangkali kualitas terbaik manusia adalah rasa penasaran itu sendiri. Walt Disney, pionir Imagineering yang beken, membuat kiasan, bahwa rasa penasaran itu ibaratnya sebuah sinar yang berada didepan kita, dan yang membuat kita terus membuka pintu didepan. Mencari dan menciptakan yang baru. Rasa penasaran adalah bensin yang menggerakan inovasi. Setidaknya itu yang terjadi dalam banyak kisah hidup para ilmuwan beken !
Jadi jurus ketiga dan sekaligus jurus pamungkas dalam situasi menangkal krisis adalah – “Change your curiosity !” Mpu Peniti, mentor dan guru saya, pernah bercerita bahwa waktu ibarat gangsing selalu berputar pada porosnya, tetapi juga bergerak dari satu titik ketitik berikutnya. Kehidupan kita juga sama. Tiada detik, jam, dan hari yang serba sama. Sebaliknya tiap detik, jam, dan hari semuanya sangat luar biasa dan istimewa. Semuanya punya “luck” dan “opportunity” yang berbeda. Bagi yang tidak penasaran gangsing itu hanya berputar diporosnya. Sangat membosankan. Bagi yang penasaran gangsing itu berputas diporosnya dan juga jalan dari satu titik ketitik lainnya. Apapun bisa terjadi !
Pernah sekali, saya bertemu dengan seorang koki ternama di Hong Kong, dan saat kami makan bersama, ia bercerita tentang pentingnya peranan saus tiram dalam masakan Cina moderen. Hampir semua masakan Cina terutama versi Cantonese, pasti memiliki sentuhan saus tiram atau “oyster sauce”. Sayuran yang sederhana menjadi santapan mewah berkat sentuhan saus tiram. Jadi apalah jadi nasib kita tanpa saus tiram atau “oyster sauce”. Kita akan kehilangan sejumlah kenikmatan, begitu kesimpulan sang koki.
Percaya atau tidak, sejarah saus tiram atau “oyster sauce” terbilang sangat muda. Baru 120 tahun, tepatnya pada tahun 1888. Ditemukan secara tidak sengaja, dan 100% gara-gara penasaran saja. Alkisah, Lee Kum Sheung adalah seorang petani yang tinggal di wilayah Qibau Xinhui, di propinsi Guangdong. Karena diperas oleh komplotan mafia lokal, ia terpaksa mengungsi ke Nanshui, Zhuhai. Disana ia terpaksa tidak mampu lagi menjadi petani. Miskin dan tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam. Untuk menyambung hidupnya, ia terpaksa cari akal, dan akhirnya membuka warung kecil. Yang khusus berjualan masakan kerang tiram. Suatu hari tanpa disengaja, di tungku tempatnya memasak, tertinggal kuali dengan sejumlah kerang tiram. Rupanya sisa tiram itu tertinggal, dan terus dimasak tanpa sengaja dengan sisa bara api yang tertinggal sepanjang malam. Esok harinya Lee Kum Sheung, bersiap-siap membuka warungnya, dan menemukan di kuali, sisa tiram yang sudah berubah menjadi larutan coklat yang sangat kental. Bayangkan apa jadinya kalau Lee Kum Sheung, bablas rasa penasarannya, membuang sisa tiram itu kesampah begitu saja. Tapi untunglah rasa penasaran Lee Kum Sheung jauh lebih besar. Ia menjulurkan telunjuknya dan mencolek sisa tiram yang sudah menjadi saus kental berwarna kecoklatan. Lalu Lee Kum Sheung dengan rasa penasaran yang luar biasa berusaha mencium aromanya. Ternyata aromanya cukup keras, dan baunya enak sekali. Maka didorong dengan rasa penasaran yang mendalam, Lee Kum Sheung memberanikan diri mencicipi saus coklat itu. Ia kaget bukan main. Ternyata rasanya sangat gurih bukan kepalang. Itulah awal dan asalnya penemuan saus tiram atau “oyster sauce” yang kini dikenal dengan nama saus Lee Kum Kee. 100% kebetulan. 100% gara-gara penasaran. Kata Mpu Peniti, kalau kita memiliki rasa penasaran yang cukup besar, maka sesuatu yang kebetulan dan kecelakaan dapat menjadi “luck” kita yang paling besar. Itu sebabnya mutlak bagi kita untuk selalu – “CHANGE YOUR CURIOSITY !”
Sang dosen, akhirnya mendongeng. Suatu saat sebuah perusahaan sepatu di Inggris, mengirim 2 eksekutif terbaiknya ke Afrika untuk melakukan studi pengembangan usaha. Setelah hampir 3 bulan menjelajah Afrika, akhirnya keduanya kembali dan masing-masing membuat laporan sendiri-sendiri. Eksekutif pertama diberikan waktu 60 menit untuk melapor ke board management. Laporannya sangat pesimis. Menurutnya Afrika sangat tertinggal. Cuacanya panas dan kering. Semua serba minus. Daya beli rendah. Dan hampir semua orang tidak pakai sepatu. Sepatu masih menjadi produk asing yang tidak dikenal. Jadi kesimpulannya Afrika bukanlah pasar yang empuk untuk dimasuki.
Eksekutif kedua, memberikan laporan yang 180 derajat terbalik. Ia justru dengan semangat berapi-api dan menggebu-gebu, memaparkan rencana bisnis 10 tahun kedepan, dengan sangat agresif. Ia meminta perusahaan agar dengan segera mencanangkan membuka selusin pabrik baru diseluruh Afrika. Dalih dia, sepatu adalah produk yang belum dikenal luas di Afrika. Kebanyakan orang Afrika masih bertelanjang kaki. Dan hampir semuanya relatif belum memiliki sepatu. Sepatu adalah produk mewah saat itu. Bayangkan apa jadinya kalau sepatu tiba-tiba populer dan semua orang membeli sepatu. Peluangnya diluar impian, sungguh tak terbayangkan. Maka ia meminta boar of management segera meluaskan usahanya di Afrika.
Dosen Hukum saya menasehati, bahwa yang paling penting dalam hidup ini, adalah “having the right curiosity !” untuk mengubah segalanya. Dengan rasa penasaran yang pas dan benar, maka segalanya akan berubah, termasuk nasib dan situasi krisis yang kita hadapi. François-Anatole Thibault yang kemudian dikenal sebagai Anatole France, adalah seorang penyair, novelis, dan juga jurnalis, yang pernah meraih hadiah nobel untuk literatur tahun 1921, mengatakan bahwa barangkali kualitas terbaik manusia adalah rasa penasaran itu sendiri. Walt Disney, pionir Imagineering yang beken, membuat kiasan, bahwa rasa penasaran itu ibaratnya sebuah sinar yang berada didepan kita, dan yang membuat kita terus membuka pintu didepan. Mencari dan menciptakan yang baru. Rasa penasaran adalah bensin yang menggerakan inovasi. Setidaknya itu yang terjadi dalam banyak kisah hidup para ilmuwan beken !
Jadi jurus ketiga dan sekaligus jurus pamungkas dalam situasi menangkal krisis adalah – “Change your curiosity !” Mpu Peniti, mentor dan guru saya, pernah bercerita bahwa waktu ibarat gangsing selalu berputar pada porosnya, tetapi juga bergerak dari satu titik ketitik berikutnya. Kehidupan kita juga sama. Tiada detik, jam, dan hari yang serba sama. Sebaliknya tiap detik, jam, dan hari semuanya sangat luar biasa dan istimewa. Semuanya punya “luck” dan “opportunity” yang berbeda. Bagi yang tidak penasaran gangsing itu hanya berputar diporosnya. Sangat membosankan. Bagi yang penasaran gangsing itu berputas diporosnya dan juga jalan dari satu titik ketitik lainnya. Apapun bisa terjadi !
Pernah sekali, saya bertemu dengan seorang koki ternama di Hong Kong, dan saat kami makan bersama, ia bercerita tentang pentingnya peranan saus tiram dalam masakan Cina moderen. Hampir semua masakan Cina terutama versi Cantonese, pasti memiliki sentuhan saus tiram atau “oyster sauce”. Sayuran yang sederhana menjadi santapan mewah berkat sentuhan saus tiram. Jadi apalah jadi nasib kita tanpa saus tiram atau “oyster sauce”. Kita akan kehilangan sejumlah kenikmatan, begitu kesimpulan sang koki.
Percaya atau tidak, sejarah saus tiram atau “oyster sauce” terbilang sangat muda. Baru 120 tahun, tepatnya pada tahun 1888. Ditemukan secara tidak sengaja, dan 100% gara-gara penasaran saja. Alkisah, Lee Kum Sheung adalah seorang petani yang tinggal di wilayah Qibau Xinhui, di propinsi Guangdong. Karena diperas oleh komplotan mafia lokal, ia terpaksa mengungsi ke Nanshui, Zhuhai. Disana ia terpaksa tidak mampu lagi menjadi petani. Miskin dan tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam. Untuk menyambung hidupnya, ia terpaksa cari akal, dan akhirnya membuka warung kecil. Yang khusus berjualan masakan kerang tiram. Suatu hari tanpa disengaja, di tungku tempatnya memasak, tertinggal kuali dengan sejumlah kerang tiram. Rupanya sisa tiram itu tertinggal, dan terus dimasak tanpa sengaja dengan sisa bara api yang tertinggal sepanjang malam. Esok harinya Lee Kum Sheung, bersiap-siap membuka warungnya, dan menemukan di kuali, sisa tiram yang sudah berubah menjadi larutan coklat yang sangat kental. Bayangkan apa jadinya kalau Lee Kum Sheung, bablas rasa penasarannya, membuang sisa tiram itu kesampah begitu saja. Tapi untunglah rasa penasaran Lee Kum Sheung jauh lebih besar. Ia menjulurkan telunjuknya dan mencolek sisa tiram yang sudah menjadi saus kental berwarna kecoklatan. Lalu Lee Kum Sheung dengan rasa penasaran yang luar biasa berusaha mencium aromanya. Ternyata aromanya cukup keras, dan baunya enak sekali. Maka didorong dengan rasa penasaran yang mendalam, Lee Kum Sheung memberanikan diri mencicipi saus coklat itu. Ia kaget bukan main. Ternyata rasanya sangat gurih bukan kepalang. Itulah awal dan asalnya penemuan saus tiram atau “oyster sauce” yang kini dikenal dengan nama saus Lee Kum Kee. 100% kebetulan. 100% gara-gara penasaran. Kata Mpu Peniti, kalau kita memiliki rasa penasaran yang cukup besar, maka sesuatu yang kebetulan dan kecelakaan dapat menjadi “luck” kita yang paling besar. Itu sebabnya mutlak bagi kita untuk selalu – “CHANGE YOUR CURIOSITY !”
Thursday, October 23, 2008
Sunday, October 19, 2008
3 Jurus Menangkal KRISIS (Part II – Change Your Luck !)
Jurus pertama menangkal krisis – “Change Your Attitude !”, ….. sudah terasa sulit buat sejumlah orang. Mengubah sikap ? Duh, susah banget. Tapi itu memang syarat mutlaknya. Tanpa perubahan sikap di jurus pertama, kita tidak akan mungkin masuk di jurus kedua. Jurus kedua bisa jadi jauh lebih sulit lagi ! Yang menurut Mpu Peniti – “Change Your Luck !”. Sebuah topik yang sangat kontroversial. Pertama anda pasti bingung. Apakah ada “Luck” itu ? Kalau memang ada ? Bentuknya seperti apa sih ? “Luck” sebenarnya bukan sesuatu yang ajaib banget, seperti jimat, mantra dan ajian lain-nya. Bukan pula kutukan, yang memang hanya dimiliki sejumlah orang dan sisanya bernasib sial tidak pernah mengenal “luck”.
Seorang penjudi profesional pernah bercerita bahwa buat dirinya, keberuntungan atau “luck” sama persis dengan sebuah harapan. Menurutnya keberuntungan seseorang atau sebaliknya kesialan seseorang tidak akan abadi. Selalu berubah. Misalnya apabila ia main poker disebuah kasino dan dalam satu jam ia kalah. Maka ia tidak pernah ngotot untuk tetap bermain dimeja yang sama. Ia akan berhenti, istirahat sejenak dan pindah ke meja baru. Begitu seterusnya. Dan biasanya memang keberuntungan atau “luck” itu pasti akan berubah. Hanya saja kita yang harus punya keberanian untuk merubahnya.
Larry King pernah berkata : “Those who have succeeded at anything and don't mention luck are kidding themselves”. Dapat dikatakan “luck” itu faktor-faktor plus yang menguntungkan kita. Dan semua orang memilikinya. Trik-nya kita perlu menemukan dan memanfaatkan-nya sekaligus. Itu saja. Dan itu strateginya. Bayangkan ada dua orang anak muda. Yang pertama sangat ganteng sekali. Dengan mudah ia dapat menjadi bintang sinetron. Anak muda yang kedua, terbalik. Wajahnya sangat jelek sekali. Tapi ia punya cita-cita yang sama. Ingin jadi bintang sinetron. Apakah dengan demekian – “luck”-nya jelek banget, dan ia bernasib sial. Tidak juga sebenarnya ! Kalau ia cerdas dan mau memanfaatkan muka jeleknya, ia masih bisa menjadi aktor. Yaitu memerankan bandit dan penjahat. Karena film bukan hanya penuh dengan aktor-aktor ganteng saja. Film juga butuh aktor untuk memerankan penjahat.
Simak saja kisah hidup aktor Danny Trejo. Kalau anda hobby nonton, maka wajahnya tak asing lagi. Ia main film serial TV dari Baywatch, Alias, X-files, LOST, hingga Desperate Housewives. Ia tampil difilm layar lebar seperti Desperado, Heat, Anaconda, Con Air, dan Planet of Terror. Uniknya bukan sebagai jagoan, tetapi sebagai penjahat. Karena ia memiliki wajah yang jelek menakutkan dan sebuah tattoo besar didadanya. Ia barangkali adalah salah satu aktor terlaris untuk memerankan penjahat. Sejak kecil Danny adalah kriminal dan pengguna narkoba. Ia dipenjara 11 tahun di San Quentin. Didalam penjara ia belajar bertinju. Setelah keluar dari penjara, suatu hari ia memberikan kesaksian di pertemuan Cocaine Anonymous tahun 1985. Disana ia bertemu seorang aktor yang meminta bantuan untuk memberikan support moril. Ketika Danny mengunjungi sang aktor di tempat pengambilan film RUNAWAY TRAIN, ia bertemu temannya dipenjara yang kebetulan adalah seorang penulis skenario. Akhirnya ia di casting dengan honor pertama hanya $ 350/hari. Sejak saat itulah, nasibnya berubah total. Ia berhasil – “Change the luck !”
Bagi anda yang skeptis, dan bersikap pesimis, pasti akan mencibir membaca cerita diatas. Karena anda akan mempertanyakan berapa orang yang nasibnya beruntung seperti Danny Trejo ? Barangkali jumlahnya kurang dari jumlah jari anda. Menurut Prof. Richard Wiseman penulis buku dan periset topik “The Luck Factor”, justru itulah tantangan-nya, bagaimana membuat Dewi Fortuna berpihak kepada anda.
Betapa sering, setelah kita menghadiri sebuah reuni sekolah, dan kita menemukan kalau teman-teman kita yang terkenal paling pandai dan nilai akademisnya yang paling baik, ternyata karir dan sukses kehidupan-nya biasa-biasa saja setelah 20-30 tahun kemudian. Teman kita yang sukses besar dan memiliki kehidupan spektakuler kadang justru berasal dari murid-murid yang dulunya kita kenal bandel, nakal dan dengan nilai akademis yang biasa-biasa saja. Kok bisa begitu ? Jawabannya sederhana. Teman kita yang pandai dan cerdas, kemungkinan setelah lulus sekolah akan melamar diperusahaan terkenal - yang sangat besar, sangat terkenal dan sudah mapan. Ibaratnya ia masuk kekolam besar seperti sebuah samudra tak bertepi. Otomatis disana ia punya pesaing sangat banyak dan kompetitif, dan kemungkinan-nya ia menang dan menonjol dalam kariernya menjadi sangat terbatas pula.
Sebaliknya teman kita yang nakal, bandel dan nilainya rata-rata, kemungkinan tidak akan diterima diperusahaan besar yang sangat terkenal dan mapan. Situasi akan memaksa ia harus melamar pekerjaan di perusahaan yang jauh lebih kecil. Nah, kebalikan dari teman kita diatas – maka teman kita yang bandel, nakal dan nilai akademisnya hanya rata-rata, ibaratnya masuk kekolam ikan yang relatif lebih kecil. Disinilah trik yang sebenarnya ! Teman kita telah mengambil tindakan yang jauh lebih revolusioner. Yang memiliki kemungkinan sangat bervariasi. Andaikata perusahaan-nya itu berkembang pesat dan meroket, maka teman kita akan otomatis meroket karirnya bersama perusahaan. Dalam tindakan dan aksi, kalau kita ukur probabilitasnya, teman kita yang pandai dan cerdas mengambil jalan yang aman, untuk itu kemungkinan-nya untuk - “Change your luck !” akan jauh lebih kecil. Teman kita yang bandel, nakal dan nilai akademisnya hanya rata-rata, yang melamar keperusahaan kecil dan terlihat mengambil jalan yang terpaksa karena tidak diterima diperusahaan besar, sebenarnya telah mengambil langkah dan tindakan yang – “Change your luck !” –nya jauh lebih dahsyat ! Jadi jangan heran kalau fenomena ini terjadi dan seringkali anda temukan disekeliling kita.
Prof. Richard Wiseman penulis buku “THE LUCK FACTOR”, mengatakan bahwa strategi terbaik untuk meningkatkan faktor “luck” dalam diri kita adalah dengan memaksimalkan peluang kita. Caranya mudah sekali. Yaitu jangan terbiasa melakukan hal yang lazim dan sama berulang-ulang. Ubah rutinitas anda. Bayangkan kalau dalam kehidupan anda sehari-hari anda melewati rute yang sama, pergi ketempat yang sama, selalu makan di restoran yang sama, dan beribadah ditempat yang sama. Kemungkinannya anda selalu ketemu orang yang sama. Otomatis nasib anda tidak akan berubah. Sebuah pribahasa Jerman berkata, "Luck sometimes visits a fool, but it never sits down with him." Artinya keberuntungan atau “luck” ada dimana-mana. Ia selalu mendatangi siapa saja. Tidak peduli pintar atau bodoh. Tetapi ia tidak pernah lekat dan mengikuti orang itu. Jadi kita yang harus aktif menangkapnya dan memanfaatkan-nya. Nasehat akhir Prof. Richard Wiseman untuk mengubah keberuntungan kita – “Change your luck !” - adalah “Be open to new experiences and breaking your normal routine !”
Seorang penjudi profesional pernah bercerita bahwa buat dirinya, keberuntungan atau “luck” sama persis dengan sebuah harapan. Menurutnya keberuntungan seseorang atau sebaliknya kesialan seseorang tidak akan abadi. Selalu berubah. Misalnya apabila ia main poker disebuah kasino dan dalam satu jam ia kalah. Maka ia tidak pernah ngotot untuk tetap bermain dimeja yang sama. Ia akan berhenti, istirahat sejenak dan pindah ke meja baru. Begitu seterusnya. Dan biasanya memang keberuntungan atau “luck” itu pasti akan berubah. Hanya saja kita yang harus punya keberanian untuk merubahnya.
Larry King pernah berkata : “Those who have succeeded at anything and don't mention luck are kidding themselves”. Dapat dikatakan “luck” itu faktor-faktor plus yang menguntungkan kita. Dan semua orang memilikinya. Trik-nya kita perlu menemukan dan memanfaatkan-nya sekaligus. Itu saja. Dan itu strateginya. Bayangkan ada dua orang anak muda. Yang pertama sangat ganteng sekali. Dengan mudah ia dapat menjadi bintang sinetron. Anak muda yang kedua, terbalik. Wajahnya sangat jelek sekali. Tapi ia punya cita-cita yang sama. Ingin jadi bintang sinetron. Apakah dengan demekian – “luck”-nya jelek banget, dan ia bernasib sial. Tidak juga sebenarnya ! Kalau ia cerdas dan mau memanfaatkan muka jeleknya, ia masih bisa menjadi aktor. Yaitu memerankan bandit dan penjahat. Karena film bukan hanya penuh dengan aktor-aktor ganteng saja. Film juga butuh aktor untuk memerankan penjahat.
Simak saja kisah hidup aktor Danny Trejo. Kalau anda hobby nonton, maka wajahnya tak asing lagi. Ia main film serial TV dari Baywatch, Alias, X-files, LOST, hingga Desperate Housewives. Ia tampil difilm layar lebar seperti Desperado, Heat, Anaconda, Con Air, dan Planet of Terror. Uniknya bukan sebagai jagoan, tetapi sebagai penjahat. Karena ia memiliki wajah yang jelek menakutkan dan sebuah tattoo besar didadanya. Ia barangkali adalah salah satu aktor terlaris untuk memerankan penjahat. Sejak kecil Danny adalah kriminal dan pengguna narkoba. Ia dipenjara 11 tahun di San Quentin. Didalam penjara ia belajar bertinju. Setelah keluar dari penjara, suatu hari ia memberikan kesaksian di pertemuan Cocaine Anonymous tahun 1985. Disana ia bertemu seorang aktor yang meminta bantuan untuk memberikan support moril. Ketika Danny mengunjungi sang aktor di tempat pengambilan film RUNAWAY TRAIN, ia bertemu temannya dipenjara yang kebetulan adalah seorang penulis skenario. Akhirnya ia di casting dengan honor pertama hanya $ 350/hari. Sejak saat itulah, nasibnya berubah total. Ia berhasil – “Change the luck !”
Bagi anda yang skeptis, dan bersikap pesimis, pasti akan mencibir membaca cerita diatas. Karena anda akan mempertanyakan berapa orang yang nasibnya beruntung seperti Danny Trejo ? Barangkali jumlahnya kurang dari jumlah jari anda. Menurut Prof. Richard Wiseman penulis buku dan periset topik “The Luck Factor”, justru itulah tantangan-nya, bagaimana membuat Dewi Fortuna berpihak kepada anda.
Betapa sering, setelah kita menghadiri sebuah reuni sekolah, dan kita menemukan kalau teman-teman kita yang terkenal paling pandai dan nilai akademisnya yang paling baik, ternyata karir dan sukses kehidupan-nya biasa-biasa saja setelah 20-30 tahun kemudian. Teman kita yang sukses besar dan memiliki kehidupan spektakuler kadang justru berasal dari murid-murid yang dulunya kita kenal bandel, nakal dan dengan nilai akademis yang biasa-biasa saja. Kok bisa begitu ? Jawabannya sederhana. Teman kita yang pandai dan cerdas, kemungkinan setelah lulus sekolah akan melamar diperusahaan terkenal - yang sangat besar, sangat terkenal dan sudah mapan. Ibaratnya ia masuk kekolam besar seperti sebuah samudra tak bertepi. Otomatis disana ia punya pesaing sangat banyak dan kompetitif, dan kemungkinan-nya ia menang dan menonjol dalam kariernya menjadi sangat terbatas pula.
Sebaliknya teman kita yang nakal, bandel dan nilainya rata-rata, kemungkinan tidak akan diterima diperusahaan besar yang sangat terkenal dan mapan. Situasi akan memaksa ia harus melamar pekerjaan di perusahaan yang jauh lebih kecil. Nah, kebalikan dari teman kita diatas – maka teman kita yang bandel, nakal dan nilai akademisnya hanya rata-rata, ibaratnya masuk kekolam ikan yang relatif lebih kecil. Disinilah trik yang sebenarnya ! Teman kita telah mengambil tindakan yang jauh lebih revolusioner. Yang memiliki kemungkinan sangat bervariasi. Andaikata perusahaan-nya itu berkembang pesat dan meroket, maka teman kita akan otomatis meroket karirnya bersama perusahaan. Dalam tindakan dan aksi, kalau kita ukur probabilitasnya, teman kita yang pandai dan cerdas mengambil jalan yang aman, untuk itu kemungkinan-nya untuk - “Change your luck !” akan jauh lebih kecil. Teman kita yang bandel, nakal dan nilai akademisnya hanya rata-rata, yang melamar keperusahaan kecil dan terlihat mengambil jalan yang terpaksa karena tidak diterima diperusahaan besar, sebenarnya telah mengambil langkah dan tindakan yang – “Change your luck !” –nya jauh lebih dahsyat ! Jadi jangan heran kalau fenomena ini terjadi dan seringkali anda temukan disekeliling kita.
Prof. Richard Wiseman penulis buku “THE LUCK FACTOR”, mengatakan bahwa strategi terbaik untuk meningkatkan faktor “luck” dalam diri kita adalah dengan memaksimalkan peluang kita. Caranya mudah sekali. Yaitu jangan terbiasa melakukan hal yang lazim dan sama berulang-ulang. Ubah rutinitas anda. Bayangkan kalau dalam kehidupan anda sehari-hari anda melewati rute yang sama, pergi ketempat yang sama, selalu makan di restoran yang sama, dan beribadah ditempat yang sama. Kemungkinannya anda selalu ketemu orang yang sama. Otomatis nasib anda tidak akan berubah. Sebuah pribahasa Jerman berkata, "Luck sometimes visits a fool, but it never sits down with him." Artinya keberuntungan atau “luck” ada dimana-mana. Ia selalu mendatangi siapa saja. Tidak peduli pintar atau bodoh. Tetapi ia tidak pernah lekat dan mengikuti orang itu. Jadi kita yang harus aktif menangkapnya dan memanfaatkan-nya. Nasehat akhir Prof. Richard Wiseman untuk mengubah keberuntungan kita – “Change your luck !” - adalah “Be open to new experiences and breaking your normal routine !”
Saturday, October 18, 2008
3 Jurus Menangkal KRISIS - (Part 1 - Jurus Pertama)
Setelah ayah saya wafat, saya mengalami salah satu krisis kehidupan yang paling parah dan menderita. Saya begitu terpukul dan kehilangan sekali. Dalam krisis itulah saya memepertanyakan segalanya. Tak terkecuali, mulai dari kehadiran Tuhan sang pencipta, hingga nasib dan takdir. Semakin jauh saya bertanya, semakin saya kehilangan jawaban. Jiwa saya limbung terombang-ambing. Untuk menenangkan jiwa, saya mencoba pergi berziarah ketempat-tempat yang dianggap orang suci. Disana saya berharap mampu menyatukan garis kehidupan saya dengan Tuhan. Namun usaha itu sia-sia. Nihil tanpa hasil.
Untunglah dititik terendah itu saya bertemu dengan Mpu Peniti. Yang kini menjadi sahabat, mentor dan juga guru kehidupan. Beliau-lah yang menarik saya dari krisis. Dan mengajarkan 3 jurus menangkal krisis yang hingga kini saya praktek-kan sehari-hari. Barangkali saja, bermanfaat pula bagi semua orang yang saat ini sedikit banyak bersinggungan dengan krisis yang tengah meremukan dunia disekeliling kita.
Menurut Mpu Peniti, langkah pertama menghadapi krisis adalah – “Change Your Attitude !” Bayangkan anda berada dalam satu adegan film koboi. Dimana anda baru saja tiba disebuah kota yang sangat asing. Sang kuda anda parkir. Dan anda masuk kedalam bar. Katakanlah didalam bar yang penuh sesak itu ada lebih 100 penjahat. Maka bagaimana sikap anda saat masuk kedalam bar menjadi sangat penting ! Apakah anda memancing keributan atau tidak ? Semata-mata akan ditentukan oleh sikap dan bahasa tubuh anda. Anda bisa saja menyelinap diam-diam dan berbaur. Atau masuk dengan sikap provokasi. Sikap adalah segalanya, begitu Mpu Peniti menasehati saya.
Ada satu dongeng, yang diceritakan beliau yang selalu saya ingat. Alkisah di Cina ada seorang petani yang memiliki se-ekor kuda yang sangat ia sayangi. Kuda itu memang sangat indah. Hitam legam. Kulitnya berkilat dan sangat gagah sekali. Hampir semua orang didesa mengagumi sang kuda. Apa daya suatu hari ketika kuda itu sedang merumput, tiba-tiba ia lari dan menghilang. Kabar kaburnya sang kuda seketika beredar kemana-mana. Semua orang didesa membicarakan-nya. Sang petani digosipkan sedang dilanda “nasib sial” atau “bad luck”. Tapi sang petani cuma tersenyum dan tertawa, setiap kali ia mendengar gosip itu. Cerita nasib sial sang petani menjadi topik pembicaraan yang panas selama berhari-hari.
Tepat sepuluh hari setelah peristiwa kaburnya sang kuda, tiba-tiba seluruh desa dikejutkan dengan suara gemuruh. Rupanya sang kuda yang hilang, kembali lagi dengan puluhan kuda liar, dan menggiringnya ke tanah sang petani. Maka situasinya berubah. Kini semua orang didesa bergosip ria, bahwa sang petani nasibnya ketiban durian runtuh. Mendadak kaya raya, gara-gara kudanya yang mabur berhasil membawa puluhan kuda liar. Sang petani menjadi orang terkaya didesa dengan harta puluhan kuda itu. Lagi-lagi gosip menjalar kemana-mana. Sang petani lagi-lagi cuma tersenyum dan tertawa.
Dari sekian puluhan kuda liar itu, ada satu kuda betina yang warna dan kegagahan-nya menyaingi kuda sang petani. Sehingga putra sulung sang petani, tergoda untuk menjinak-kan kuda betina ini. Saat mencoba, rupanya sang kuda liar jauh lebih beringas dari yang diperkirakan. Putera sang petani terpelanting dari sang kuda, jatuh dan kakinya patah. Seluruh desa lagi-lagi bergosip ria, dan kembali sang petani di-isukan bernasib sial. Bayangkan dari sial,mujur dan kembali sial. Sang petani tetap gigih. Ia hanya tersenyum dan tertawa menghadapi semua gunjingan itu.
Tak lama berselang, datang serombongan serdadu, dengan perintah kaisar. Untuk merekrut semua anak muda didesa itu untuk dijadikan serdadu. Maklum kaisar Cina sedang berperang dengan negeri seberang dan butuh serdadu dalam jumlah sangat banyak. Seluruh warga desa cemas. Toh, kebanyakan pemuda desa yang dijadikan serdadu tidak akan pernah kembali dan berakhir tewas di medan perang. Semua orang tua, yang anaknya diambil kaisar untuk dijadikan serdadu, menangis meraung-raung tidak rela. Untung bagi si petani, karena anaknya jalan terpincang-pincang gara-gara patah kaki, ia tidak direkrut menjadi serdadu. Nyawanya selamat dan ia-pun tetap tinggal didesa.
Moral dari cerita ini singkat dan sederhana, bahwa krisis cuma satu skenario peristiwa. Semuanya bergantung pada sikap kita untuk menghadapinya. Demekian juga dengan keberuntungan. Krisis bukanlah akhir dari segalanya. Krisis mampu berpaling seketika dan menjadi peluang terbaik hidup kita. Itu sebabnya, Mpu Peniti menuturkan satu pepatah Cina kuno yang berbunyi : “A crisis is an opportunity riding the dangerous wind.” Jadi krisis sebenarnya memiliki 2 wajah. Yang pertama tentu saja bahaya, dan situasi yang tidak menguntungkan. Tetapi wajah lain adalah peluang. Peluang yang selalu bisa dimanfaatkan. Peluang yang membuka pintu lebar-lebar.
Menuruti petuah Mpu Peniti, sejak itu saya mengubah sikap dan prilaku saya. Krisis tadi menjadi ‘titik terpenting’ dalam kehidupan saya. A ‘crucial point’ untuk balik arah dan ‘reinventing my life’. Krisis itu membuat saya berpikir dan melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda. Memberikan saya sebuah arti lain yang mendalam. Lambat laun perubahan itu menjalar kedalam cara berpikir saya dan cara-cara saya melakukan bisnis sehari-hari. Jadi apabila anda ingin benar-benar keluar dari krisis yang ada dan memanfaatkan peluang yang ada, hanya satu yang harus anda lakukan – “Change your attitude !” (bersambung)
Untunglah dititik terendah itu saya bertemu dengan Mpu Peniti. Yang kini menjadi sahabat, mentor dan juga guru kehidupan. Beliau-lah yang menarik saya dari krisis. Dan mengajarkan 3 jurus menangkal krisis yang hingga kini saya praktek-kan sehari-hari. Barangkali saja, bermanfaat pula bagi semua orang yang saat ini sedikit banyak bersinggungan dengan krisis yang tengah meremukan dunia disekeliling kita.
Menurut Mpu Peniti, langkah pertama menghadapi krisis adalah – “Change Your Attitude !” Bayangkan anda berada dalam satu adegan film koboi. Dimana anda baru saja tiba disebuah kota yang sangat asing. Sang kuda anda parkir. Dan anda masuk kedalam bar. Katakanlah didalam bar yang penuh sesak itu ada lebih 100 penjahat. Maka bagaimana sikap anda saat masuk kedalam bar menjadi sangat penting ! Apakah anda memancing keributan atau tidak ? Semata-mata akan ditentukan oleh sikap dan bahasa tubuh anda. Anda bisa saja menyelinap diam-diam dan berbaur. Atau masuk dengan sikap provokasi. Sikap adalah segalanya, begitu Mpu Peniti menasehati saya.
Ada satu dongeng, yang diceritakan beliau yang selalu saya ingat. Alkisah di Cina ada seorang petani yang memiliki se-ekor kuda yang sangat ia sayangi. Kuda itu memang sangat indah. Hitam legam. Kulitnya berkilat dan sangat gagah sekali. Hampir semua orang didesa mengagumi sang kuda. Apa daya suatu hari ketika kuda itu sedang merumput, tiba-tiba ia lari dan menghilang. Kabar kaburnya sang kuda seketika beredar kemana-mana. Semua orang didesa membicarakan-nya. Sang petani digosipkan sedang dilanda “nasib sial” atau “bad luck”. Tapi sang petani cuma tersenyum dan tertawa, setiap kali ia mendengar gosip itu. Cerita nasib sial sang petani menjadi topik pembicaraan yang panas selama berhari-hari.
Tepat sepuluh hari setelah peristiwa kaburnya sang kuda, tiba-tiba seluruh desa dikejutkan dengan suara gemuruh. Rupanya sang kuda yang hilang, kembali lagi dengan puluhan kuda liar, dan menggiringnya ke tanah sang petani. Maka situasinya berubah. Kini semua orang didesa bergosip ria, bahwa sang petani nasibnya ketiban durian runtuh. Mendadak kaya raya, gara-gara kudanya yang mabur berhasil membawa puluhan kuda liar. Sang petani menjadi orang terkaya didesa dengan harta puluhan kuda itu. Lagi-lagi gosip menjalar kemana-mana. Sang petani lagi-lagi cuma tersenyum dan tertawa.
Dari sekian puluhan kuda liar itu, ada satu kuda betina yang warna dan kegagahan-nya menyaingi kuda sang petani. Sehingga putra sulung sang petani, tergoda untuk menjinak-kan kuda betina ini. Saat mencoba, rupanya sang kuda liar jauh lebih beringas dari yang diperkirakan. Putera sang petani terpelanting dari sang kuda, jatuh dan kakinya patah. Seluruh desa lagi-lagi bergosip ria, dan kembali sang petani di-isukan bernasib sial. Bayangkan dari sial,mujur dan kembali sial. Sang petani tetap gigih. Ia hanya tersenyum dan tertawa menghadapi semua gunjingan itu.
Tak lama berselang, datang serombongan serdadu, dengan perintah kaisar. Untuk merekrut semua anak muda didesa itu untuk dijadikan serdadu. Maklum kaisar Cina sedang berperang dengan negeri seberang dan butuh serdadu dalam jumlah sangat banyak. Seluruh warga desa cemas. Toh, kebanyakan pemuda desa yang dijadikan serdadu tidak akan pernah kembali dan berakhir tewas di medan perang. Semua orang tua, yang anaknya diambil kaisar untuk dijadikan serdadu, menangis meraung-raung tidak rela. Untung bagi si petani, karena anaknya jalan terpincang-pincang gara-gara patah kaki, ia tidak direkrut menjadi serdadu. Nyawanya selamat dan ia-pun tetap tinggal didesa.
Moral dari cerita ini singkat dan sederhana, bahwa krisis cuma satu skenario peristiwa. Semuanya bergantung pada sikap kita untuk menghadapinya. Demekian juga dengan keberuntungan. Krisis bukanlah akhir dari segalanya. Krisis mampu berpaling seketika dan menjadi peluang terbaik hidup kita. Itu sebabnya, Mpu Peniti menuturkan satu pepatah Cina kuno yang berbunyi : “A crisis is an opportunity riding the dangerous wind.” Jadi krisis sebenarnya memiliki 2 wajah. Yang pertama tentu saja bahaya, dan situasi yang tidak menguntungkan. Tetapi wajah lain adalah peluang. Peluang yang selalu bisa dimanfaatkan. Peluang yang membuka pintu lebar-lebar.
Menuruti petuah Mpu Peniti, sejak itu saya mengubah sikap dan prilaku saya. Krisis tadi menjadi ‘titik terpenting’ dalam kehidupan saya. A ‘crucial point’ untuk balik arah dan ‘reinventing my life’. Krisis itu membuat saya berpikir dan melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda. Memberikan saya sebuah arti lain yang mendalam. Lambat laun perubahan itu menjalar kedalam cara berpikir saya dan cara-cara saya melakukan bisnis sehari-hari. Jadi apabila anda ingin benar-benar keluar dari krisis yang ada dan memanfaatkan peluang yang ada, hanya satu yang harus anda lakukan – “Change your attitude !” (bersambung)
Sunday, October 12, 2008
EKONOMI PISANG ( EKONOMI JALANAN PART 2)
Saya ingat betul, ketika masih SD, Ibu saya punya langganan tukang pisang dari Sukabumi. Seminggu dua kali, tukang pisang ini datang dengan mobil VW combi menjajakan buah pisang, pepaya dan juga aneka jajanan pasar. Ibu saya selalu membeli pisang dan pepaya dari mereka secara berlangganan. Pisang yang dijual, adalah selalu pisang ambon, dan kadang mereka membawa juga pisang mas yang kecil-kecil, sesekali bersama pisang tanduk yang besar-besar untuk digoreng. Pisang ambon dari Sukabumi itu saya ingat sangat harum, dan enak sekali. Ukurannya juga besar-besar. “That is the best of time !”
Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, saya bertemu dengan eksekutif dari Chiquita, salah satu produsen pisang paling beken didunia. Sejarah mereka dari 100 tahun, bermula pada tahun 1870 ketika Captain Lorenzo Dow Baker membeli 160 tandan pisang dari Jamaica dan belayar ke kota Jersey selama 11 hari, dan menjual pisang-pisang itu dengan keuntungan yang sangat luar biasa. Dan tahun 1885, Captain Baker mendirikan Boston Fruit Company. Yang mengawali distribusi pisang segar keseluruh Amerika.
Perdagangan pisang dunia saat ini dikuasai oleh 5 perusahaan global. Walaupun pisang secara komersial sebenarnya ditanam dilebih dari 100 negara. Yang dikenal dengan merek-merek - Chiquita, Delmonte, Dole, Bonita dan Fyffes. Data tahun 2005 saja menyebutkan bahwa eskpor global sudah mencapai lebih dari 72 juta metrik ton, dengan nilai lebih diatas 36 milyar US dolar. Atau diatas 360 trilyun rupiah. Namun berdagang pisang tidak semudah yang diperkirakan orang. Karena inilah buah yang paling mudah rusak dan umurnya sangat pendek sekali. Chiquita sendiri hampir bangkrut ditahun 2001, dan pernah meminta perlindungan dibawah Chapter 11.
Saat ini pisang yang paling banyak ditanam secara komersial, dan adalah Cavendish, sebuah varitas pisang yang mirip dengan pisang ambon. Berasal dari Vietnam dan Cina, dikembangkan secara komersial sejak tahun 1950’an. Ini prestasi yang luar biasa karena selama 50 tahun lebih, varitas ini tidak pernah berubah. Memang secara kosmetik pisang ini dianggap yang paling sempurna, bentuknya yang panjang dan warnanya yang merata kuning ke-emasan bila matang. Dagingnya juga cukup keras untuk ditansportasi sehingga tidak murah rusak. Walaupun rasanya tidaklah sempurna. Aromanya terbatas, hanya manis saja pada saat masak.
Nah, percaya atau tidak salah satu produsen pisang terbesar dan terbaik dunia adalah Indonesia. Cuma saja potensi ini tidak pernah dilirik kita dan dikembangkan secara komersial. Sehingga kini kita berada dititik ambang tragedi.
Tragedinya buat kita yang hidup dikota besar, seperti Jakarta, pisang yang kita makan setiap hari dan kita beli dari supermarket adalah kebanyakan jenis cavendish bukan pisang ambon. Bilamana anda ingin menikmati pisang yang benar-benar lezat, and harus nyetir 2 jam kearah Puncak dan Cipanas untuk mendapatkan pisang ambon asli, yang rasanya dapat dipertanggung jawabkan. Sedih sekali bukan ?
Padahal menurut eksekutif Chiquita itu, dunia membutuhkan jenis pisang baru. Yang lebih exotic dan lebih gurih. Semata-mata untuk menaik-kan harga komoditi pisang dunia. Bila tidak harga pisang dunia yang hanya konsentrasi pada satu jenis saja, yaitu cavendish terancam menjadi komoditi dengan marjin yang sangat tipis. Harapan itu sebenarnya dimiliki oleh Indonesia. Secara teori Indonesia punya 200 lebih varitas pisang. Beberapa diantaranya sangat exotic seperti pisang barangan dan pisang raja. Hanya saja pisang ini rentan terhadap hama dan memerlukan infrastrukur perkebunan yang tidak murah. Plus, lahan yang cukup besar dan baik serta kondisi iklim yang sempurna. Salah satu penghasil pisang di ASIA yang terkenal adalah Philipina. Jumlah produksinya diperkirakan mencapai 6 juta metrik ton dan cukup banyak yang diekspor. Indonesia memproduksi 4.5 metrik ton, sedikit dibawah Philipina, tetapi yang diekspor jumlahnya sedikit sekali. Indonesia tidak dikenal sebagai eksportir pisang dunia.
Nah, pulau terbesar yang paling dekat dengan Philipina adalah Sulawesi - yang konon memang salah satu lahan terbaik untuk menanam pisang di Indonesia. Pernah sekali saya diperlihatkan pisang barangan yang terkenal dari Medan, ditanam dikebun percontohan di Sulawesi, mampu mencapai ukuran lebih sebesar pisang ambon. Konon pisang barangan bisa jadi tumpuan baru varitas komoditi pisang dunia. Setidaknya ada beberapa teman yang membisiki saya hal ini. Pisang barangan cenderung memiliki daging lebih keras dari cavendish, sehingga dari segi logistik dan transportasi cenderung lebih unggul. Jadi jangan heran kalau pisang barangan mampu ditransportasikan dari Medan ke Jakarta. Dalam keadaan masak, pisang barangan yang dagingnya lebih kuning warnanya dari pisang cavendish, dan aromanya yang lebih dahsyat pula, jelas memiliki “eating quality” lebih baik dari pisang cavendish. Andaikata varitas ini dikembangkan secara komersial, bisa jadi Indonesia menjadi negara terkemuka untuk mengekspor pisang keseluruh dunia. Potensi nilai devisanya bisa mencapai diatas semilyar dolar.
Pisang sendiri secara komoditi sangat populer diseluruh dunia. Jadi pemasaran-nya tidaklah akan sulit-sulit. Mudah saja. Semua orang suka pisang. Nilai nutrisinya juga bagus sekali. Pisang memiliki kombinasi nilai yang luar biasa, sebagai sumber enerji, protein, vitamin dan mineral. Konon setiap 100 gram pisang, ada 1.2% kandungan protein. Satu pisang besar diperkirakan mampu memberikan kontribusi 100 kalori. Itu sebabnya pisang seringkali dijadikan campuran makan bayi.
Pisang dikenal sangat bermanfaat bagi pencernaan. Seringkali juga dimakan secara teratur untuk menghindari konstipasi. Konon pisang menetralkan lambung yang terlalu asam dan mengurangi iritasi lambung. Pisang sangat baik dijadikan makanan awal bagi para penderita diare, karena lembut dilambung, bermanfaat menormalisasikan usus, dan kaya dengan pectin yang mampu menyerap air secara banyak. Pisang juga bermanfaat mengubah bakteri-bakteri berbahaya menjadi bakteri yang bermanfaat buat perut seperti acidophyllus bacilli.
Malah secara tradisional pisang digunakan sejak dulu dalam pengobatan asam urat dan atritis atau encok. Pisang yang juga tinggi kandungan mineral besinya, sangat baik dikonsumsi para wanita pada saat menstruasi, karena menghilangkan gejala anemik dan menyumbang enerji yang lumayan.
Tanaman pohon pisang juga penuh manfaat, daun-nya dipakai secara meluas dalam berbagai aneka kebutuhan dapur, mulai dari sebagai pembungkus dan juga alat memasak, misalnya dalam memepes. Dibeberapa daerah, jantung pisang muda dan pelepah pisang muda juga dimakan sebagai sayuran. Batang pohon pisang sendiri memiliki sejumlah nilai ekonomis yang unik. Seratnya secara tradisional turun temurun kita tenun untuk dijadikan tali.
Indonesia yang kaya dengan tanaman pisang ini, mulai dari Sabang dan Merauke, sudah saatnya secara serius menggarap budi daya pisang secara komersial. Siapa tahu, disaat-saat krisis ekonomi global yang menyerang seantero jagad, kita bangsa Indonesia, bisa lolos krisis, gara-gara diselamatkan pisang.
Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, saya bertemu dengan eksekutif dari Chiquita, salah satu produsen pisang paling beken didunia. Sejarah mereka dari 100 tahun, bermula pada tahun 1870 ketika Captain Lorenzo Dow Baker membeli 160 tandan pisang dari Jamaica dan belayar ke kota Jersey selama 11 hari, dan menjual pisang-pisang itu dengan keuntungan yang sangat luar biasa. Dan tahun 1885, Captain Baker mendirikan Boston Fruit Company. Yang mengawali distribusi pisang segar keseluruh Amerika.
Perdagangan pisang dunia saat ini dikuasai oleh 5 perusahaan global. Walaupun pisang secara komersial sebenarnya ditanam dilebih dari 100 negara. Yang dikenal dengan merek-merek - Chiquita, Delmonte, Dole, Bonita dan Fyffes. Data tahun 2005 saja menyebutkan bahwa eskpor global sudah mencapai lebih dari 72 juta metrik ton, dengan nilai lebih diatas 36 milyar US dolar. Atau diatas 360 trilyun rupiah. Namun berdagang pisang tidak semudah yang diperkirakan orang. Karena inilah buah yang paling mudah rusak dan umurnya sangat pendek sekali. Chiquita sendiri hampir bangkrut ditahun 2001, dan pernah meminta perlindungan dibawah Chapter 11.
Saat ini pisang yang paling banyak ditanam secara komersial, dan adalah Cavendish, sebuah varitas pisang yang mirip dengan pisang ambon. Berasal dari Vietnam dan Cina, dikembangkan secara komersial sejak tahun 1950’an. Ini prestasi yang luar biasa karena selama 50 tahun lebih, varitas ini tidak pernah berubah. Memang secara kosmetik pisang ini dianggap yang paling sempurna, bentuknya yang panjang dan warnanya yang merata kuning ke-emasan bila matang. Dagingnya juga cukup keras untuk ditansportasi sehingga tidak murah rusak. Walaupun rasanya tidaklah sempurna. Aromanya terbatas, hanya manis saja pada saat masak.
Nah, percaya atau tidak salah satu produsen pisang terbesar dan terbaik dunia adalah Indonesia. Cuma saja potensi ini tidak pernah dilirik kita dan dikembangkan secara komersial. Sehingga kini kita berada dititik ambang tragedi.
Tragedinya buat kita yang hidup dikota besar, seperti Jakarta, pisang yang kita makan setiap hari dan kita beli dari supermarket adalah kebanyakan jenis cavendish bukan pisang ambon. Bilamana anda ingin menikmati pisang yang benar-benar lezat, and harus nyetir 2 jam kearah Puncak dan Cipanas untuk mendapatkan pisang ambon asli, yang rasanya dapat dipertanggung jawabkan. Sedih sekali bukan ?
Padahal menurut eksekutif Chiquita itu, dunia membutuhkan jenis pisang baru. Yang lebih exotic dan lebih gurih. Semata-mata untuk menaik-kan harga komoditi pisang dunia. Bila tidak harga pisang dunia yang hanya konsentrasi pada satu jenis saja, yaitu cavendish terancam menjadi komoditi dengan marjin yang sangat tipis. Harapan itu sebenarnya dimiliki oleh Indonesia. Secara teori Indonesia punya 200 lebih varitas pisang. Beberapa diantaranya sangat exotic seperti pisang barangan dan pisang raja. Hanya saja pisang ini rentan terhadap hama dan memerlukan infrastrukur perkebunan yang tidak murah. Plus, lahan yang cukup besar dan baik serta kondisi iklim yang sempurna. Salah satu penghasil pisang di ASIA yang terkenal adalah Philipina. Jumlah produksinya diperkirakan mencapai 6 juta metrik ton dan cukup banyak yang diekspor. Indonesia memproduksi 4.5 metrik ton, sedikit dibawah Philipina, tetapi yang diekspor jumlahnya sedikit sekali. Indonesia tidak dikenal sebagai eksportir pisang dunia.
Nah, pulau terbesar yang paling dekat dengan Philipina adalah Sulawesi - yang konon memang salah satu lahan terbaik untuk menanam pisang di Indonesia. Pernah sekali saya diperlihatkan pisang barangan yang terkenal dari Medan, ditanam dikebun percontohan di Sulawesi, mampu mencapai ukuran lebih sebesar pisang ambon. Konon pisang barangan bisa jadi tumpuan baru varitas komoditi pisang dunia. Setidaknya ada beberapa teman yang membisiki saya hal ini. Pisang barangan cenderung memiliki daging lebih keras dari cavendish, sehingga dari segi logistik dan transportasi cenderung lebih unggul. Jadi jangan heran kalau pisang barangan mampu ditransportasikan dari Medan ke Jakarta. Dalam keadaan masak, pisang barangan yang dagingnya lebih kuning warnanya dari pisang cavendish, dan aromanya yang lebih dahsyat pula, jelas memiliki “eating quality” lebih baik dari pisang cavendish. Andaikata varitas ini dikembangkan secara komersial, bisa jadi Indonesia menjadi negara terkemuka untuk mengekspor pisang keseluruh dunia. Potensi nilai devisanya bisa mencapai diatas semilyar dolar.
Pisang sendiri secara komoditi sangat populer diseluruh dunia. Jadi pemasaran-nya tidaklah akan sulit-sulit. Mudah saja. Semua orang suka pisang. Nilai nutrisinya juga bagus sekali. Pisang memiliki kombinasi nilai yang luar biasa, sebagai sumber enerji, protein, vitamin dan mineral. Konon setiap 100 gram pisang, ada 1.2% kandungan protein. Satu pisang besar diperkirakan mampu memberikan kontribusi 100 kalori. Itu sebabnya pisang seringkali dijadikan campuran makan bayi.
Pisang dikenal sangat bermanfaat bagi pencernaan. Seringkali juga dimakan secara teratur untuk menghindari konstipasi. Konon pisang menetralkan lambung yang terlalu asam dan mengurangi iritasi lambung. Pisang sangat baik dijadikan makanan awal bagi para penderita diare, karena lembut dilambung, bermanfaat menormalisasikan usus, dan kaya dengan pectin yang mampu menyerap air secara banyak. Pisang juga bermanfaat mengubah bakteri-bakteri berbahaya menjadi bakteri yang bermanfaat buat perut seperti acidophyllus bacilli.
Malah secara tradisional pisang digunakan sejak dulu dalam pengobatan asam urat dan atritis atau encok. Pisang yang juga tinggi kandungan mineral besinya, sangat baik dikonsumsi para wanita pada saat menstruasi, karena menghilangkan gejala anemik dan menyumbang enerji yang lumayan.
Tanaman pohon pisang juga penuh manfaat, daun-nya dipakai secara meluas dalam berbagai aneka kebutuhan dapur, mulai dari sebagai pembungkus dan juga alat memasak, misalnya dalam memepes. Dibeberapa daerah, jantung pisang muda dan pelepah pisang muda juga dimakan sebagai sayuran. Batang pohon pisang sendiri memiliki sejumlah nilai ekonomis yang unik. Seratnya secara tradisional turun temurun kita tenun untuk dijadikan tali.
Indonesia yang kaya dengan tanaman pisang ini, mulai dari Sabang dan Merauke, sudah saatnya secara serius menggarap budi daya pisang secara komersial. Siapa tahu, disaat-saat krisis ekonomi global yang menyerang seantero jagad, kita bangsa Indonesia, bisa lolos krisis, gara-gara diselamatkan pisang.
Wednesday, October 08, 2008
EKONOMI JALANAN
Terus terang, saya bukan seorang ekonom. Pengetahuan saya tentang eknomi sangat terbatas. Tapi karena saya orangnya memang “penasaran”, saya jadi ingin tahu krisis ekonomi yang digembar-gemborkan media … itu sebenarnya apa ? Sayapun iseng, bertanya kesana kemari. Ternyata saya tidak mendapatkan cerita yang tuntas menjelaskan secara rinci dalam bahasa sederhana yang saya mengerti betul tentang kejadian yang sesungguhnya. Malah saya mendapat gosip dan sejumlah cerita aneh. Seorang pengusaha memaparkan bahwa krisis ekonomi yang kita hadapi ini memang merupakan siklus 10 tahunan. Ingat krisis ekonomi 1997-1998 ? Nah, 2008 ini persis sepuluh tahun. Jadi kita berada diakhir siklus dan harus memulai siklus baru. Kok begitu ? Menurut sang pengusaha ekonomi tak ubahnya seperti sebuah musim. Mirip roda, sekali diatas dan sekali dibawah. Ngak bisa dong diatas terus ! Saya hanya garuk kepala, tetapi memang masuk akal juga.
Gosip lain yang lebih seram saya terima berupa teori konspirasi. Ceritanya konyol. Persis novel thriller. Kata yang punya cerita – Ekonomi Amerika itu besarnya diatas 10 trilyun dolar. Gede banget ! Biaya perang di Irak dan Afghanistan sudah mencapai 870 milliar dolar. Bandingkan dengan rencana penyelamatan ekonomi Amerika yang diperdebatkan itu, yang nilainya cuma 700 milliar dollar. Sedangkan ekonomi dunia kurang lebih sekitar 55 trilyun dolar. Jadi ekonomi yang terbesar jelas adalah Amerika. Nah, alkisah sang cerita berlanjut bahwa harga minyak dunia yang melambung terus, jelas tidak menguntungkan Amerika dan bisa-bisa akan membuat Amerika bangkrut. Lihat saja pembangunan di Timur Tengah yang sedang berlangsung saat ini. Luar biasa fantastisnya, dan semua dibiayai oleh petro dollar. Juga mesin ekonomi Asia seperti Cina dan India yang tumbuh dengan pertumbuhan spektakuler. Membuat Amerika taget empuk banjirnya produk-produk murah dari Cina yang datang bak air bah. Seorang teman yang bercerita bahwa betapa dahsyatnya barang Cina itu, sampai-sampai ornamen Natal yang menghiasi pohon Natal juga dibuat di Cina. Hal ini jelas menguras devisa Amerika. Tahun 2000 import produk Cina ke Amerika baru berjumlah 100 milyar dollar. Tahun 2007 jumlah itu membengkak sudah mencapai 321 milyar dolar. Sedangkan ekspor Amerika ke Cina hanya berjumlah 65 milyar dolar. Angka ini katanya membuktikan bahwa Amerika telah kehilangan sebagian besar dari kemampuan daya saing-nya.
Lalu dimana cerita ini menjadi konyol ? Menurut yang punya cerita, apa jadinya bilamana Amerika ingin membalik situasi semuanya ini dan mengembalikan jarum kompas ekonomi dunia agar berpihak ke Amerika lagi. Jawaban-nya sederhana ! Bayangkan kalau komputer anda “hang”. Apa yang anda lakukan ? Anda pasti akan mematikan komputer dan melakukan ‘re-boot’. Mungkinkah situasi saat ini adalah upaya sekelompok orang yang berkonspirasi untuk melakukan ‘re-boot’ ekonomi ? Dan karena size ekonomi Amerika yang sedemekian besar, maka ketika ‘re-boot’ selesai yang akan start dimuka adalah Amerika. Artinya ekonomi dunia sengaja dibangkrutkan. Sebagai jalan untuk mengembalikan kejayaan ekonomi Amerika.
Cerita diatas tentulah konyol. Tetapi kalau anda taruh pemikiran anda dalam konteks teori konspirasi, cerita itu masuk akal seperti layaknya sebuah film thriller. Kemarin sore ketika saya membahasnya dengan beberapa tokoh, kami semua tertawa-tawa. Hiburan terbaik disaat gonjang ganjing.
Malam harinya, seorang rekan yang tidak ikut acara sore hari, menelpon saya. Ia menyesal tidak ikut bergosip ria tadi sore. Ia adalah seorang yang mengerti betul ekonomi dan tidak seperti saya yang awam. Tokoh ini bercerita beda. Menurutnya pangkal dari semuanya ini adalah nafsu serakah biasa. Ibaratnya sebuah balon yang kita tiup melewati kapasitasnya. Di tahun 1996-1998, ASIA jatuh kena krisis karena semata-mata balon yang pecah tadi. Salah satu penyebabnya adalah properti. Dimasa balon ditiup bergelembung, konsumen membeli properti seperti orang kesurupan. Pokoknya beli, mahal tidak apa. Ngak punya duit – pinjam ke Bank. Ketika duit tidak ada dan pinjaman tak terbayar, maka properti harus dilego. Pasar lesu harga properti jatuh, dan Bank mengalami kerugian. Lalu macet dan duitnya tidak muter. Istilahnya kesulitan likuiditas. Saat inilah mulai terjadi efek domino yang saling menjatuhkan. Tak lama kemudian pasar saham terkena tsunami. Perusahaan mulai flu berat. Mau minjam ke bank tidak ada kredit, karena banknya juga sakit. Terjadilah ‘corporate failure’, dan perusahaan mulai PHK. Pengangguran naik, daya beli turun, pasar sepi, pertumbuhan ekonomi minus. Terjadilah perlambatan ekonomi atau resesi. Krisis ekonomi di Amerika juga terjadi katanya mirip dengan skenario diatas. Dengan pertumbuhan real estate di California, Las Vegas dan Florida yang spektakuler beberapa tahun berselang, ternyata kebutuhan konsumen jauh lebih kecil dibanding suplai yang ada.
Rekan saya mengingatkan bahwa dampaknya terhadap Indonesia bisa saja lumayan runyam. Dimulai dari permintaan ekspor ke Amerika dan Eropa yang melemah dalam 6 bulan mendatang. Pasar ekspor kita ke Amerika tahun 2007 ada sekitar 14 miliar dolar. Berikutnya jumlah turis menurun drastis. Perusahaan di Indonesia yang orientasinya ekspor akan susah berkelit. Perlahan-lahan mereka harus melakukan PHK. Bank juga akan mengalami problem likuditas karena resiko kredit semakin besar. Dan kredit bakal banyak yang macet. Ekonomi sulit tumbuh, lalu kita-pun terjebak lagi masuk pusaran ekonomi resesi. Itu dampaknya untuk Indonesia !
Mendengar cerita itu saya manut-manut saja. Barangkali kita mesti punya skenario tandingan untuk melawan ancaman krisis itu. Minimal pemerintah harus bikin kebijakan untuk memastikan bahwa penyaluran kredit usaha untuk perusahaan tersedia lancar. Pasar domestik Indonesia dengan populasi 200 juta orang memiliki kekuatan tersendiri. Kekuatan ini yang harus kita manfaatkan !
Gosip lain yang lebih seram saya terima berupa teori konspirasi. Ceritanya konyol. Persis novel thriller. Kata yang punya cerita – Ekonomi Amerika itu besarnya diatas 10 trilyun dolar. Gede banget ! Biaya perang di Irak dan Afghanistan sudah mencapai 870 milliar dolar. Bandingkan dengan rencana penyelamatan ekonomi Amerika yang diperdebatkan itu, yang nilainya cuma 700 milliar dollar. Sedangkan ekonomi dunia kurang lebih sekitar 55 trilyun dolar. Jadi ekonomi yang terbesar jelas adalah Amerika. Nah, alkisah sang cerita berlanjut bahwa harga minyak dunia yang melambung terus, jelas tidak menguntungkan Amerika dan bisa-bisa akan membuat Amerika bangkrut. Lihat saja pembangunan di Timur Tengah yang sedang berlangsung saat ini. Luar biasa fantastisnya, dan semua dibiayai oleh petro dollar. Juga mesin ekonomi Asia seperti Cina dan India yang tumbuh dengan pertumbuhan spektakuler. Membuat Amerika taget empuk banjirnya produk-produk murah dari Cina yang datang bak air bah. Seorang teman yang bercerita bahwa betapa dahsyatnya barang Cina itu, sampai-sampai ornamen Natal yang menghiasi pohon Natal juga dibuat di Cina. Hal ini jelas menguras devisa Amerika. Tahun 2000 import produk Cina ke Amerika baru berjumlah 100 milyar dollar. Tahun 2007 jumlah itu membengkak sudah mencapai 321 milyar dolar. Sedangkan ekspor Amerika ke Cina hanya berjumlah 65 milyar dolar. Angka ini katanya membuktikan bahwa Amerika telah kehilangan sebagian besar dari kemampuan daya saing-nya.
Lalu dimana cerita ini menjadi konyol ? Menurut yang punya cerita, apa jadinya bilamana Amerika ingin membalik situasi semuanya ini dan mengembalikan jarum kompas ekonomi dunia agar berpihak ke Amerika lagi. Jawaban-nya sederhana ! Bayangkan kalau komputer anda “hang”. Apa yang anda lakukan ? Anda pasti akan mematikan komputer dan melakukan ‘re-boot’. Mungkinkah situasi saat ini adalah upaya sekelompok orang yang berkonspirasi untuk melakukan ‘re-boot’ ekonomi ? Dan karena size ekonomi Amerika yang sedemekian besar, maka ketika ‘re-boot’ selesai yang akan start dimuka adalah Amerika. Artinya ekonomi dunia sengaja dibangkrutkan. Sebagai jalan untuk mengembalikan kejayaan ekonomi Amerika.
Cerita diatas tentulah konyol. Tetapi kalau anda taruh pemikiran anda dalam konteks teori konspirasi, cerita itu masuk akal seperti layaknya sebuah film thriller. Kemarin sore ketika saya membahasnya dengan beberapa tokoh, kami semua tertawa-tawa. Hiburan terbaik disaat gonjang ganjing.
Malam harinya, seorang rekan yang tidak ikut acara sore hari, menelpon saya. Ia menyesal tidak ikut bergosip ria tadi sore. Ia adalah seorang yang mengerti betul ekonomi dan tidak seperti saya yang awam. Tokoh ini bercerita beda. Menurutnya pangkal dari semuanya ini adalah nafsu serakah biasa. Ibaratnya sebuah balon yang kita tiup melewati kapasitasnya. Di tahun 1996-1998, ASIA jatuh kena krisis karena semata-mata balon yang pecah tadi. Salah satu penyebabnya adalah properti. Dimasa balon ditiup bergelembung, konsumen membeli properti seperti orang kesurupan. Pokoknya beli, mahal tidak apa. Ngak punya duit – pinjam ke Bank. Ketika duit tidak ada dan pinjaman tak terbayar, maka properti harus dilego. Pasar lesu harga properti jatuh, dan Bank mengalami kerugian. Lalu macet dan duitnya tidak muter. Istilahnya kesulitan likuiditas. Saat inilah mulai terjadi efek domino yang saling menjatuhkan. Tak lama kemudian pasar saham terkena tsunami. Perusahaan mulai flu berat. Mau minjam ke bank tidak ada kredit, karena banknya juga sakit. Terjadilah ‘corporate failure’, dan perusahaan mulai PHK. Pengangguran naik, daya beli turun, pasar sepi, pertumbuhan ekonomi minus. Terjadilah perlambatan ekonomi atau resesi. Krisis ekonomi di Amerika juga terjadi katanya mirip dengan skenario diatas. Dengan pertumbuhan real estate di California, Las Vegas dan Florida yang spektakuler beberapa tahun berselang, ternyata kebutuhan konsumen jauh lebih kecil dibanding suplai yang ada.
Rekan saya mengingatkan bahwa dampaknya terhadap Indonesia bisa saja lumayan runyam. Dimulai dari permintaan ekspor ke Amerika dan Eropa yang melemah dalam 6 bulan mendatang. Pasar ekspor kita ke Amerika tahun 2007 ada sekitar 14 miliar dolar. Berikutnya jumlah turis menurun drastis. Perusahaan di Indonesia yang orientasinya ekspor akan susah berkelit. Perlahan-lahan mereka harus melakukan PHK. Bank juga akan mengalami problem likuditas karena resiko kredit semakin besar. Dan kredit bakal banyak yang macet. Ekonomi sulit tumbuh, lalu kita-pun terjebak lagi masuk pusaran ekonomi resesi. Itu dampaknya untuk Indonesia !
Mendengar cerita itu saya manut-manut saja. Barangkali kita mesti punya skenario tandingan untuk melawan ancaman krisis itu. Minimal pemerintah harus bikin kebijakan untuk memastikan bahwa penyaluran kredit usaha untuk perusahaan tersedia lancar. Pasar domestik Indonesia dengan populasi 200 juta orang memiliki kekuatan tersendiri. Kekuatan ini yang harus kita manfaatkan !
Friday, October 03, 2008
MAAF LAHIR DAN BATHIN
Setiap tahun ketika Puasa menjelang berakhir, dan Lebaran hampir tiba, orang selalu bertanya kemana saya ingin berlibur ? Percaya atau tidak, saya justru ingin tidak kemana-mana. Makan seadanya, tidur yang banyak, bermalas-malasan se-enaknya. Anehnya prilaku saya justru dianggap aneh. Biasanya prilaku kaum metropolis, yang ditinggal pembantu, supir dan satpamnya, karena mudik, juga ikut exodus plesir ketempat lain. Saya malah terbalik. Jakarta yang sunyi di saat libur Lebaran, adalah Jakarta yang terbaik. Jakarta tanpa kemacetan. Jakarta tanpa hiruk pikuk. Jakarta yang lenggang justru memiliki pesona keanggunan yang luar biasa. Inilah saat yang saya selalu tunggu-tunggu selama setahun. Jakarta yang “slowing-down”.
Mungkin, budaya dan lingkungan kita sudah terbiasa dengan gerakan cepat. Kita dilatih adu cepat. Hanya dengan cepat kita tidak ketinggalan. Menang juga harus cepat. Akibatnya pelan atau “slow” tidak memiliki nilai tinggi yang patut kita apresiasikan. Padahal pelan atau “slow” memiliki wibawa tersendiri. Banyak hal disekeliling kita, yang justru harus dilakukan dengan pelan atau “slow”. Olah tubuh seperti Tai Chi, pilates dan yoga, justru memiliki gerakan serba pelan atau “slow”. Tai Chi, yang sudah berumur 2000 tahun, dipraktekan dengan gerakan serba pelan atau “slow”. Gerakan yang pelan ini, justru mewujudkan sebuah situasi yang membuat tubuh dan jiwa kita menjadi sangat relax. Tanpa “impact” yang berbenturan. Gerakan yang pelan konon bertujuan untuk meningkatkan kesadaran untuk membaca ritme tubuh. Menyadari bahasa tubuh. Gerakan Tai Chi mengalir dengan pelan membuat tubuh seimbang, dan mencegah tubuh terluka. Melakukan Tai Chi dalam situasi tenang 100% juga bertujuan untuk menajamkan konsenstrasi dan fokus alam pikiran. Tak heran apabila di Cina sendiri, setiap paginya 10 juta orang berolah-tubuh Tai Chi setiap hari.
Tai Chi, Pilates, dan Yoga, ketiganya adalah gerakan olah-tubuh yang mengharmonisasikan fungsi tubuh lewat pengembangan postur tubuh, gerakan nafas dan meditasi sekaligus. Disini terbukti pelan atau “slow” memiliki kekuatan yang unik. Setiap kali anda menonton siaran olah raga, dan terjadi satu prestasi, biasanya adegan itu diputar ulang justru dengan gerakan “slow motion”. Karena hanya dengan gerakan selambat itu, semua gerakan akan rinci terlihat. Jadi pelan atau “slow” sangat diperlukan kalau anda kebetulan ingin memperhatikan “details” yang sangat rinci.
Bilamana terjadi krisis, dan masalah yang sangat luar biasa, kita justru dinasehati untuk berpikir pelan dan rinci. Chin-Ning Chu, konsultan manajemen yang beken dan penulis buku best seller “Do Less Achieve More”, menulis bahwa kata sibuk dalam bahasa Cina terdiri dari 2 piktogram. Yang pertama memiliki arti jantung. Dan piktogram kedua memiliki arti mati. Jadi sejak ribuan tahun yang lalu, bangsa Cina sudah mengerti bahwa kesibukan yang luar biasa, akhirnya akan membinasakan kita. Itu sebabnya Chin-Ning Chu didalam bukunya yang konrovesial ini, mengajak kita berdamai dengan waktu. Jangan biarkan waktu memburu kita. Chin-Ning Chu menantang kita untuk mengalahkan waktu, bukan dengan adu cepat, melainkan adu pelan dan kalau perlu menyerah.
Beberapa hari yang lalu, saya sempat mengunjungi Mpu Peniti menjelang buka puasa. Sambil menunggu azan Magrib, kami ngobrol ngalor ngidul. Dan ketika suara azan bergema, Mpu Peniti langsung berbisik rasa syukur, “Alhamdulilah”. Dengan gerakan serba pelan yang teratur, Mpu Peniti mengambil air wudhu. Lalu sembahyang dengan sangat khidmat. Sayapun takjub melihat gerakan beliau. Sangat teratur satu demi satu. Ketika kami berbuka puasa bersama, saat beliau minum pertama kali dengan perlahannya, saya-pun lirih mendengar beliau berdoa. Saat itu pula saya merasakan getaran bahwa Mpu Peniti sangat menikmati puasanya.
Lain dengan satu situasi dimana saya ikut acara berbuka puasa dengan satu lembaga, dimana ketika suara azan bergema, semua orang langsung menyerbu makanan dan minuman. Yang terdengar kemudian cuma suara seruput sana sini, sibuknya orang makan dan minum. Mpu Peniti usai berbuka, meraba pikiran saya, dan kata beliau : “Puasa itu penuh hikmah dan kajian. Puasa melambatkan hidup kita selama sebulan. Bukan hanya sebagai ujian menahan lapar dan haus. Tetapi juga kesempatan untuk menciptakan keseimbangan antara jiwa dan raga. Sebulan penuh kita menata ulang gerakan, pikiran, emosi, nafsu, dan bahasa tubuh. Sehingga kita bisa mengalahkan waktu. Tidak lagi kita terjebak dalam hiruk pikuk yang setiap hari menjebak kita.”
Ditahun 80’an ketika saya masih bekerja di HERO GROUP, suatu malam saya sedang lembur. Almarhum Bapak MS.Kurnia yang melihat saya lembur, akhirnya menyuruh saya pulang. Sambil tersenyum beliau berkata kepada saya : “Apa kau pikir, dengan menyelesaikan semua masalah hari ini. Maka semua masalah selesai ? Percayalah, setiap pagi kita melangkahkan kaki kedalam kantor, maka sejuta masalah baru sudah datang menunggu.” Sambil garuk-garuk kepala akhirnya saya pulang juga.
Tak lama kemudian, saya mengundurkan diri dari HERO GROUP. Dan saya mulai “going solo” mencoba menjadi entrepener sendiri. Banyak orang mengira saya punya sekian ambisi dan ingin cepat-cepat meroket. Tanpa banyak orang yang tahu, saya justru mengambil jalan persis seperti apa yang dinasehati Chin-Ning Chu. “Make peace with time”, memperlambat hidup saya. Go Easy. Dan nasehat itu ternyata manjur sekali. Karena sejak itu setidaknya saya berhasil seperti apa kata beliau, “Do less, Achieve more !”
Setahun sekali, kita dianjurkan berpuasa. Setahun sekali, sebenarnya juga kita diberikan kesempatan untuk memperlambat hidup kita. Tentu saja secara positif. Untuk menjaga keseimbangan, lebih fokus, dan konsentrasi. Pelan atau “slow” punya kekuatan tersendiri. Yang terkadang kita remehkan. Diujung hari terakhir puasa, saya berharap semoga sebulan yang melambatkan hidup kita ini, memberikan kita sebuah kekuatan baru. Selamat hari raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan bathin !
Mungkin, budaya dan lingkungan kita sudah terbiasa dengan gerakan cepat. Kita dilatih adu cepat. Hanya dengan cepat kita tidak ketinggalan. Menang juga harus cepat. Akibatnya pelan atau “slow” tidak memiliki nilai tinggi yang patut kita apresiasikan. Padahal pelan atau “slow” memiliki wibawa tersendiri. Banyak hal disekeliling kita, yang justru harus dilakukan dengan pelan atau “slow”. Olah tubuh seperti Tai Chi, pilates dan yoga, justru memiliki gerakan serba pelan atau “slow”. Tai Chi, yang sudah berumur 2000 tahun, dipraktekan dengan gerakan serba pelan atau “slow”. Gerakan yang pelan ini, justru mewujudkan sebuah situasi yang membuat tubuh dan jiwa kita menjadi sangat relax. Tanpa “impact” yang berbenturan. Gerakan yang pelan konon bertujuan untuk meningkatkan kesadaran untuk membaca ritme tubuh. Menyadari bahasa tubuh. Gerakan Tai Chi mengalir dengan pelan membuat tubuh seimbang, dan mencegah tubuh terluka. Melakukan Tai Chi dalam situasi tenang 100% juga bertujuan untuk menajamkan konsenstrasi dan fokus alam pikiran. Tak heran apabila di Cina sendiri, setiap paginya 10 juta orang berolah-tubuh Tai Chi setiap hari.
Tai Chi, Pilates, dan Yoga, ketiganya adalah gerakan olah-tubuh yang mengharmonisasikan fungsi tubuh lewat pengembangan postur tubuh, gerakan nafas dan meditasi sekaligus. Disini terbukti pelan atau “slow” memiliki kekuatan yang unik. Setiap kali anda menonton siaran olah raga, dan terjadi satu prestasi, biasanya adegan itu diputar ulang justru dengan gerakan “slow motion”. Karena hanya dengan gerakan selambat itu, semua gerakan akan rinci terlihat. Jadi pelan atau “slow” sangat diperlukan kalau anda kebetulan ingin memperhatikan “details” yang sangat rinci.
Bilamana terjadi krisis, dan masalah yang sangat luar biasa, kita justru dinasehati untuk berpikir pelan dan rinci. Chin-Ning Chu, konsultan manajemen yang beken dan penulis buku best seller “Do Less Achieve More”, menulis bahwa kata sibuk dalam bahasa Cina terdiri dari 2 piktogram. Yang pertama memiliki arti jantung. Dan piktogram kedua memiliki arti mati. Jadi sejak ribuan tahun yang lalu, bangsa Cina sudah mengerti bahwa kesibukan yang luar biasa, akhirnya akan membinasakan kita. Itu sebabnya Chin-Ning Chu didalam bukunya yang konrovesial ini, mengajak kita berdamai dengan waktu. Jangan biarkan waktu memburu kita. Chin-Ning Chu menantang kita untuk mengalahkan waktu, bukan dengan adu cepat, melainkan adu pelan dan kalau perlu menyerah.
Beberapa hari yang lalu, saya sempat mengunjungi Mpu Peniti menjelang buka puasa. Sambil menunggu azan Magrib, kami ngobrol ngalor ngidul. Dan ketika suara azan bergema, Mpu Peniti langsung berbisik rasa syukur, “Alhamdulilah”. Dengan gerakan serba pelan yang teratur, Mpu Peniti mengambil air wudhu. Lalu sembahyang dengan sangat khidmat. Sayapun takjub melihat gerakan beliau. Sangat teratur satu demi satu. Ketika kami berbuka puasa bersama, saat beliau minum pertama kali dengan perlahannya, saya-pun lirih mendengar beliau berdoa. Saat itu pula saya merasakan getaran bahwa Mpu Peniti sangat menikmati puasanya.
Lain dengan satu situasi dimana saya ikut acara berbuka puasa dengan satu lembaga, dimana ketika suara azan bergema, semua orang langsung menyerbu makanan dan minuman. Yang terdengar kemudian cuma suara seruput sana sini, sibuknya orang makan dan minum. Mpu Peniti usai berbuka, meraba pikiran saya, dan kata beliau : “Puasa itu penuh hikmah dan kajian. Puasa melambatkan hidup kita selama sebulan. Bukan hanya sebagai ujian menahan lapar dan haus. Tetapi juga kesempatan untuk menciptakan keseimbangan antara jiwa dan raga. Sebulan penuh kita menata ulang gerakan, pikiran, emosi, nafsu, dan bahasa tubuh. Sehingga kita bisa mengalahkan waktu. Tidak lagi kita terjebak dalam hiruk pikuk yang setiap hari menjebak kita.”
Ditahun 80’an ketika saya masih bekerja di HERO GROUP, suatu malam saya sedang lembur. Almarhum Bapak MS.Kurnia yang melihat saya lembur, akhirnya menyuruh saya pulang. Sambil tersenyum beliau berkata kepada saya : “Apa kau pikir, dengan menyelesaikan semua masalah hari ini. Maka semua masalah selesai ? Percayalah, setiap pagi kita melangkahkan kaki kedalam kantor, maka sejuta masalah baru sudah datang menunggu.” Sambil garuk-garuk kepala akhirnya saya pulang juga.
Tak lama kemudian, saya mengundurkan diri dari HERO GROUP. Dan saya mulai “going solo” mencoba menjadi entrepener sendiri. Banyak orang mengira saya punya sekian ambisi dan ingin cepat-cepat meroket. Tanpa banyak orang yang tahu, saya justru mengambil jalan persis seperti apa yang dinasehati Chin-Ning Chu. “Make peace with time”, memperlambat hidup saya. Go Easy. Dan nasehat itu ternyata manjur sekali. Karena sejak itu setidaknya saya berhasil seperti apa kata beliau, “Do less, Achieve more !”
Setahun sekali, kita dianjurkan berpuasa. Setahun sekali, sebenarnya juga kita diberikan kesempatan untuk memperlambat hidup kita. Tentu saja secara positif. Untuk menjaga keseimbangan, lebih fokus, dan konsentrasi. Pelan atau “slow” punya kekuatan tersendiri. Yang terkadang kita remehkan. Diujung hari terakhir puasa, saya berharap semoga sebulan yang melambatkan hidup kita ini, memberikan kita sebuah kekuatan baru. Selamat hari raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan bathin !
Subscribe to:
Posts (Atom)