Saturday, May 24, 2008

A NEW HOPE

Semalam saya tidak bisa tidur nyenyak. Gelisah. Dan juga mimpi buruk. Pagi-pagi saya menelpon Mpu Peniti, dan mengajaknya sarapan pagi. Ia menangkap kegelisahan saya. Mpu Peniti, mengajak saya sarapan nasi ulam dirumahnya. Berdua kami duduk diteras rumah, mengunyah nasi ulam sembari ditemani kopi tubruk. Lamat-lamat suara burung gereja terdengar saling berkejaran di pepohonan. Surat kabar hari ini, masih bicara krisis. Iseng saya meledek Mpu Peniti, soal isu krisis yang nampaknya dipertahankan selama 10 tahun sebagai komoditi politik. Seolah “state-of-mind” kita disandera dengan suasana krisis terus menerus.

Mpu Peniti sempat tertawa kecil. Lalu ia terdiam sejenak. Katanya lirih, bahwa seolah Tuhan sedang menyentil telinga kita. Hanya dalam seminggu dan dalam suasana 100 tahun Kebangkitan Nasional, kita kehilangan 3 tokoh dan pejuang. Sophan Sophian, SK Trimurti dan Bang Ali. Mungkin hanya kebetulan, tapi juga bisa pertanda. Kami berdua sempat terdiam cukup lama. Sesaat terasa kesedihan mendalam bagi kami berdua. Tadinya saya berharap team Thomas Cup dan Uber Cup kita menang. Karena kalau keduanya menang, perayaan 100 tahun Kebangkitan Nasional pasti terasa beda. Tapi apa boleh buat “shuttle cock” belok kearah yang berbeda.

Tiba-tiba saja, mata Mpu Peniti mendelik. Ia langsung tersenyum, “Lha, itu yang kita perlukan. Harapan !” Menurut beliau selama 10 tahun ini, kita seperti gadis yang mengurung diri dikamar, bersedih-sedih, karena putus pacaran. Tidak ada pemimpin yang memberikan rajin membakar semangat kita dan bicara postif soal harapan. Price Pritchett, penulis buku berjudul HARD OPTIMISM, menulis bahwa harapan itu seperti otot juga. Perlu dilatih setiap saat. Harapan konon bisa membuat hidup kita lebih berbahagia, dan juga baik untuk kesehatan.

Dr. Charles R. Snyder dari Universitas Kansas, yang giat melakukan riset dalam topik ini, menyimpulkan bahwa harapan terbukti merupakan faktor positif yang bisa menentukan keberhasilan seseorang. Baik itu didalam bidang akademis, bisnis, dan juga pasien-pasien yang menderita sakit. Uniknya Dr. Synder melakukan riset yang melibatkan 3.920 mahasiswa. Dan menemukan bahwa keberhasilan mereka bukan ditentukan oleh nilai-nilai akademis yang dicapai para mahasiswa. Melainkan intensitas dan kualitas harapan yang mereka miliki.

Jadi berharap dan selalu memiliki harapan yang positif harus juga dijadikan kebiasaan menurut Price. Karena bisa mengikis rasa dan sikap pesimisme dan menciptakan optimisme yang lebih sehat. Harapan adalah sebuah kekuatan emosi yang berfokus secara unik pada imajinasi dan mampu menimbulkan hal-hal yang positif. Harapan menjadi sumber enerji yang mendorong segala tindakan yang positif. Misalnya, harapan membuat seorang mahasiswa rajin belajar. Harapan membuat seorang pasien yang sakit mau berobat intensif. Harapan otomatis mendongkrak percaya diri kita. Harapan menjadi inspirasi yang membuat kita untuk membidik cita-cita yang lebih tinggi. Memperkuat daya juang dan stamina kita sekaligus.

Dengan harapan pola pikir kita terstruktur dalam batas-batas positif – terhadap segala hal kita menghadapainya dengan pendekatan mencari peluang, jawaban dan solusi. Sebaliknya, tanpa harapan pola pikir kita mudah terjerumus dalam batas-batas negatif – pendekatan kita terhadap segalanya, malah terjebak dalam keterbatasan, krisis, kegagalan dan juga ketakutan. Ini bedanya.

Penulis W.Wacker, dan J Taylor menulis dalam buku yang berjudul “The Visionary’s Handbook” bahwa, “apa yang telah terjadi tidak menentukan masa depan kita ……. Yang seharusnya menentukan masa depan kita adalah reaksi atas kejadian itu dan bukan kejadian itu sendiri”. Jadi menurut Mpu Peniti, krisis 10 tahun yang lalu bukanlah penentu masa depan kita. Tapi upaya dan perjuangan menghadapi krisis itulah yang menentukan masa depan kita. Untuk itu kita mesti tetap berharap pada kejayaan Indonesia. Saat ini dan selama-lamanya !


5 comments:

Anonymous said...

Ya...saya juga harus punya hope, walaupun bahan baku rotan masih boleh diekspor. Terimakasih atas semangat "hope" nya. Tonton Taufik, www.rattanland.com

KAFI KURNIA said...

ketika anda berpihak pada harapan,
maka apapun akan mungkin .....

salam,
kafi kurnia

Alberth Chen said...

Terkadang harapan berguna, agar bangun pagi lebih enak, dan untuk menenangkan hati yang gelisah.
Tapi, harapan berbanding lurus dengan kekecewaan. Banyak berharap, banyak kecewa. Tidak berharap, tidak kecewa. Sekarang, lebih baik memberi sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali harapan tetapi memberi unjuk hasil yang fantastis daripada sebaliknya.

salam,
revshark

KAFI KURNIA said...

he...he....he......
kita hanya akan kecewa,
kalau berharap yang bukan-bukan
dan diluar kemampuan kita,

andryciu said...

"TWO THUMBS UP" u/ bab ini, memang hidup itu harus penuh harapan.
Buktinya:
Bila kita bertanya pada pedagang sukses "Gimana bisnis sekarang?"
Pasti jawabannya:
"Sekarang mah sepi kagak kayak beberapa tahun lalu."
Kenyataannya:
Setiap tahun banyak sekali bermunculan pedagang sukses baru/ pengusaha sukses baru.
Memang yang penting ialah bagaimana kita menanggapi dan menyikapi segala situasi yang kita hadapi.

Salam,
Andry Ciu
Nissan Cibubur