Tuesday, May 20, 2008

HASTA BRATA

Acap kali, saat memberikan konsultasi kepada banyak pengusaha muda, kebanyakan dari mereka punya satu penyakit yang gejala-nya hampir sama. Kebanyakan dari mereka, mulai berusaha dengan modal kecil, dan otomatis hanya dikerjakan sendiri, atau paling banter cuma nambah satu asisten. Lalu perusahaan tumbuh sangat cepat, dan pegawai bertambah cukup banyak. Timbulah masalah. Politik kantor muncul beragam. Intrik saling bersenggolan. Dan pribadi-pribadi tertentu mulai menampakan ego. Kalau tidak kuat, maka kepemimpinan sang pengusaha terancam dikudeta.

Maka pertanyaan yang muncul, “apa sih resep kepemimpinan yang sederhana tapi manjur ?” Begitu kebanyakan dari mereka bertanya kepada saya. Sebenarnya gaya memimpin datang dari pengalaman sehari-hari. Sesuatu yang selalu bertambah. Terakumulasi. Hanya saja apa yang bertambah itu harus menjadi yang membuat orang bertambah bijak. Mirip proses menabung. Sedihnya, banyak pemimpin terkadang teledor dalam proses ini. Sehingga ia gagal bertambah bijak.

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan seorang Bankir senior. Beliau bercerita tentang HASTA BRATA. Sebuah wejangan kuno dari perwayangan. Konon menurut cerita, ketika Raja Rama meninggal, tersebar kabar, bahwa mahkota beliau yang memiliki 8 permata telah hilang. Semua orang jadi sibuk mencari. Termasuk Arjuna. Dan dalam pencarian yang sia-sia, akhirnya Arjuna memberanikan dirinya bertanya kepada gurunya, agar diberikan wangsit untuk kemana mencarinya. Sang guru lalu tertawa, dan menjelaskan bahwa 8 permata itu cuma simbol belaka. 8 permata itu disebut HASTA BRATA, yaitu hasta = delapan dan brata = langkah . HASTA BRATA, merupakan 8 langkah bagaimana seorang pemimpin harus bertindak.

HASTA BRATA terdiri dari 8 simbol alam yang menyiratkan 8 prinsip kepemimpinan:

1. Surya atau matahari. Matahari adalah sumber kehidupan di bumi. Seorang pemimpin harus menjadi titik api yang sama. Dialah sumber inspirasi, semangat dan motivasi bagi para pengikutnya. Sang pemimpin juga harus selalu adil. Seperti matahari yang menerangi semua orang tidak peduli kaya atau miskin. Semuanya diperlakukan adil dan sama rata, tanpa diskriminasi.
2. Chandra atau bulan. Seorang pemimpin yang diteladani, justru disaat krisis dan masa-masa sulit harus bisa menjadi bulan. Yaitu pemimpin yang mampu memberikan pencerahan di kala gelap, memberi petunjuk dan arah untuk keluar dari kemelut, memberi solusi pada setiap permasalahan dan bila perlu menjadi orang yang mendamaikan konflik.
3. Kartika atau bintang. Bintang adalah simbol yang maha kuasa dan maha pencipta. Dari-Nya-lah kita semua berawal dan kepada Dia pula kita berpulang. Seorang pemimpin harus tahu dimana dia berdiri, dan tidak boleh merasa ditinggikan dan setara dengan Tuhan. Walaupun demekian, ia harus tetap menjadi bintang teladan dan panutan.
4. Bumi. Ini adalah simbol kesabaran dan kesuburan. Bumi menawarkan kesejahteraan bagi seluruh mahkluk hidup yang ada di atasnya. Hanya mereka-mereka yang sabar akan bertahan hingga akhir. Biarlah orang lain memperlihatkan sifat-sifat jahat mereka. Tetapi seorang pemimpin yang selalu sabar akan mampu menghadapi segala tantangan apapun juga bentuknya. Seorang pemimpin yang membumi, selalu tegas, konsisten, tak tergoyahkan tetapi tetap sederhana.
5. Geni atau api. Api adalah simbol hati-hati, dan penuh perhitungan. Seorang pemimpin harus tegas, dan tidak boleh plin-plan. Hal ini bisa dicapai kalau beliau secara teliti, hati-hati dan penuh perhitungan, mengkalkulasi setiap keputusan yang diambil. Sehingga keputusan itu akan tampil mantap dan bijaksana.
6. Banyu atau air. Tanpa air yang murni dan bersih, tanaman tidak akan tumbuh subur. Seorang pemimpin yang bijak harus bisa menjadi air, memberikan inspirasi kepada semua orang yang ia pimpin dan memperjuangkan semua aspirasi pengikut dan pendukungnya.
7. Maruto atau angin. Inilah simbol demokrasi. Seorang pemipin harus mampu menembus semua celah tatanan masyarakat. Bagaikan angin, ia mampu berhembus kemana saja, dan bergaul dengan siapa saja. Mulai dari pengemis, hingga pangeran. Mau merendahkan diri dimana saja dan kepada siapa saja. Belajar dari mereka dan menyebarkan ilmu kemana-mana.
8. Samudra atau laut lepas. Semua sumber air dan sungai akan berakhir di samudra luas. Artinya seorang pemimpin yang menganut HASTA BRATA, harus menjadi muara bagi semua pengikut dan pemimpinnya. Mengayomi mereka semua dan satu kesatuan. Disinilah samudra juga menjadi simbol kreatifitas dari seorang pemimpin dalam memberdayakan semua pengikutnya. Hanya dengan pemberdayaan yang pas, mereka akan menjadi ombak yang perkasa.

7 comments:

Unknown said...

Bang Kafi, setahu saya Arjuna adanya di Mahabharata. Asta Brata disampaikan oleh Rama kepada Wibisana
Silakan baca Ramayana

KAFI KURNIA said...

waduh ..... salah yah ?
mohon maaf deh......
habis diceritakan oleh teman seh...
ha....ha....ha.....

maaf yah

Anonymous said...

Sukir Satrija Djati

Anonymous said...

sebenarnya yang dikemukakan bung kafi tidak salah semua, cuma pengantarnya aja yang kurang komplit sehingga banyak yang salah persepsi menyikapi cerita trsebut. yang diceritakan bung kafi tersebut dalam pewayangan mahabarata sering diberi judul "Wahyu Mahota Rama"
Perlu diketahui Sri Rama adalah titisan dewa wisnu yang hidup pada masa/ cerita ramayana, sedangkan pada masa / zaman mahabarata dewa wisnu menitis pada Sri Batara Kresna.
Dikisahkan pd lakon wahyu mahkota rama ini, krisna yang tititisan wisnu yang nota bene sama dengan sri rama menyamar sebagai pendeta bernama Begawan Kesawasidi yang bertapa di gunung kutorunggu.
Pada seting lain juga dikisahkan pada keluarga pandawa & korawa terjadi kehebohan karena sama-sama mendapat wangsit/bisikan gaib bahwa siapa yang mampu merengkuh wahyu mahkota rama akan menurunkan raja-raja hastinapura.
maka keluarga pandawa & korawa saling berlomba untuk mencari wahyu mahkota rama tersebut. keluarga pandawa diwakili aleh arjuna.nah dalam pengembaraanya inilah arjuna sampai pada gunung kutorunggu dan bertemu dengan begawan kesawasidi dan menyatakan ingin berguru kepadanya. setelah menjadi cantrik/muridnya arjuna menanyakan bagaimana caranya / dimana tempatnya bisa mendapatkan wahyu mahkota rama? kemudian cerita bergulir seperti yang dituturkan bung kafi.
Tentu saja penuturan begawan kesawasidi kepada arjuna sama persis dngan yang diajarkan sri rama kepada raden gunawan karena mereka berdua sama-sama menjadi titisan batara wisnu.

KAFI KURNIA said...

terima kasih banyak;
luar biasa menarik,
menambah pengetahuan saya,
sekali lagi terima kasih banyak

mestinya hasta brata;
bisa dijadikan tauladan
kepemimpinan kita ya ?

salam;
kafi kurnia

Anonymous said...

betul bung, sebenarnya kalau mau menggali kearifan lokal banyak sekali yang bisa kita petik dan pelajari terutama bagi seorang calon pemimpin atau pemimpin itu sendiri, kan mau dekat pemilu bung jadi boleh juga kita sebarin virus "hasta brata"
saya masih punya ribuan virus kearifan likal lain, baik dari pewayangan, babad tanah jawa etc lah! btw saya selalu pantau intrik anda di TJ FM, saya salut & Suka sekali....
Bung kafi pernah dengar virus temen2nya hasta brata like:
1. Tirta Pawitra Mahening Suci (konsep manusia luhur)
2. Mangasah Mingising Budi, Memasuh Memalaning Bumi, Memayu Hayuning Bawana (kewajiban Manusia dalam memakmurkan Bumi)
3. Senopati ing alaga, Sayidin panata gama, khalifatullah ing bumi mataram. (Trias kepemimpinan raja jawa)

salam balik buat bung kafi semoga tetap sehat..... jangan lupa ketawa hebohnya

KAFI KURNIA said...

wah,
boleh dong dibagi-bagi
ilmu kepada saya.....
pasti menarik tuh

thanks sebelumnya;
kafi kurnia