Tuesday, May 13, 2008

MEMBAL - PANTUL - LENTING

Saat artikel ini ditulis, American Idol tahun 2008, hampir berakhir, dan segera akan masuk ke ke babak final tanggal 22 Mei mendatang. Sejak tahun 2002, American Idol menjadi sebuah fenomena yang unik. Di Amerika tentu saja sangat sukses, karena sangat pas dengan kredo yang populer di Amerika, tentang – “The American Dream”. Konon – “The American Dream”, secara konsep kemungkinan besar pertama kali diungkapkan oleh James Truslow Adams, pada tahun 1931, yang berjudul The Epic of America. Yaitu tentang Amerika yang memungkinkan siapa saja untuk berhasil dan menikmati kehidupan yang lebih baik dan makmur.

Didalam deklarasi kemerdekaan Amerika sendiri, termuat kata-kata : "…held certain truths to be self-evident, that all Men are created equal, that they are endowed by their Creator with certain unalienable Rights, that among these are life, Liberty and the Pursuit of Happiness." Amerika sejak ditemukan oleh Columbus, memang menjadi tanah impian bagi banyak kaum imigran yang memimpikan kehidupan yang lebih baik. Dan acara TV American Idol, secara filosofis terlihat setara dengan mimpi itu.

Awal dari acara American Idol sendiri cukup unik. Adalah juri Simon Cowell yang terkenal judes dan ceriwis itu, yang konon kabarnya bersama Simon Fuller menciptakan Pop Idol di Inggris. Lalu acara itu dibeli TV Fox, dibawa ke Amerika dan menjadi American Idol. Simon Fuller sendiri dikenal sebagai manajer yang membuat Spice Girls beken dan menjadi kaya raya. Namun nasibnya mujurnya tidak berlangsung lama, karena konon menurut gosip, tak lama kemudian ia ditinggalkan oleh Spice Girls. Simon Cowell, nasibnya juga mirip apesnya. Mulanya ia adalah produser musik dengan label Fanfare Records, yang kemudian bangkrut dan berhutang kepada bank lebih dari sejuta dollar. Saking malangnya nasib Simon Cowell, hingga ia terpaksa mengungsi dan numpang tinggal dirumah orang tuanya. Kedua orang yang namanya sama dan mirip ini kemudian berjodoh. Simon Cowell setelah bangkrut, berhasil menciptakan acara di Australia, yang dinamakan Pop Stars, yang merupakan nenek moyang dari American Idol.

Bersama Simon Fuller, acara itu dibawa ke Inggris dan sukses dengan nama Pop Idol. Tak lama kemudian, keduanya membawa acara itu ke Amerika. Berdua mereka menawarkannya kepada 3 stasiun tv terbesar. Tetapi tak satupun tertarik. Lagi menurut gosip, Elizabeth Murdoch yang merupakan fans berat dari Pop Idol, konon mengadu kepada bapaknya yang merupakan konglomerat media, Rupert Murdoch. Barulah berkat jasa Elizabeth, acara American Idol terwujud dan sukses hingga kini.

Cerita perjuangan jatuh bangun kedua kongsi yang sama-sama namanya Simon, dikenal sebagai cerita romantik bagaimana 2 orang yang sudah gagal itu berhasil kembali – melalukan “reinventing” yang tidak mudah dan kembali sukses secara gemilang. Barangkali itupula yang membuat Simon Cowell, selalu ketus dalam menjalankan tugasnya sebagai juri.

Kisah hidup Simon Cowell, dijadikan bahan tulisan oleh Barry J. Moltz, yang menulis buku berjudul “Bounce”. Yang artinya membal atau memantul. Mirip bola. Konon menurut Barry, kita harus punya kemampuan untuk membal dan memantul didalam hidup ini. Karena secara sederhana hidup ini tidak akan pernah kita jalani dalam sebuah garis lurus menanjak yang dipenuhi dengan sukses terus menerus. Melainkan justru naik turun, antara satu sukses dengan satu kegagalan lain-nya. Selalu akan ada jatuh bangun. Kalau ngak pintar-pintar bisa melenting dan memantulkan diri, sekali kita terperosok lubang kegagalan, maka kita akan jatuh kedalam lubang dan tidak pernah bisa bangkit lagi.

Untuk bisa membal dan memantul, kita harus belajar 3 jurus jitu menurut Barry. Yang pertama adalah kegagalan. Banyak orang yang selalu menyumpahi sebuah kegagalan. Tidak pernah ada orang yang mengharapkan gagal dan bersyukur darinya. Tetapi menurut Barry, kegagalan itu mirip sebuah sudut tajam yang justru bisa membuat pantulan hidup kita melenting lebih tinggi dan meraih sukses yang lebih besar. Novelis populer John Grisham’s menulis novelnya yang pertama “A Time to Kill” dan menawarkannya kepada lebih dari 16 agen, dan sejumlah penerbit. Barulah tahun 1989, sebuah penerbit Wynwood Press menerbitkan 5000 buku novel itu, yang ternyata hampir semuanya tidak laku. Beberapa tahun kemudian, John Grisham mulai terkenal, dan novel-novel-nya seperti “The Pelican Brief” dan “The Firm” kemudian laris luar biasa dan berhasil difilm-kan. Uniknya setelah terkenal maka tahun 1996, novelnya yang tidak laku “A Time to Kill” berhasil difilmkan dan novelnya laris jutaan buku.

Jurus yang kedua, adalah kemampuan untuk memantul. Dan cerita tentang Simon Fuller dan Simon Cowell adalah contoh terbaik. Bagaimana keduanya memiliki stamina, dan kelentingan untuk memantul. Yang ketiga adalah percaya diri. Illustrasi terbaik barangkali adalah cerita tentang J.K. Rowling pengarang Harry Potter. J.K. Rowling mulai menulis cerita Harry Potter tahun 1990, pada saat keretanya terlambat berangkat antara Manchester dan London. Lalu Rowling sempat ke Portugal menjadi guru. Tahun 1993, ia kembali ke Inggris, dengan status janda dan dibebani seorang bayi. Bangkrut, pengangguran dan mengalami depresi, Rowling meneruskan menulis novel Harry Potter disebuah café, setelah menidurkan bayinya. Rowling menulisnya dengan penuh percaya diri. Setelah itu benar-benar ajaib. Rowling melenting keatas dan sukses secara fenomenal. Jadi apapun kisah hidup anda, jangan pernah pesimis dengan setiap kegagalan yang menerpa diri anda. Itu adalah celah untuk membuat anda melenting dan meraih sukses yang lebih besar.

4 comments:

seezqo said...

Menarik kisah2nya. Ada point yg saya garis bawahi yaitu percaya diri. Selain point2 yg lain nampaknya inilah modal besar dari para tokoh yg diceritakan yg mendapatkan keberhasilannya.

Gimana pendapat Kang Kafi yang selalu percaya diri pastinya :)

Bambang Yongky said...

Pak Kafi, CMIIW kayanya jurus jitu di paragraf2 terakhir kurang satu deh. Kan disebutkan ada 3 jurus jitu, tapi baru ada dua yaitu kegagalan dan kemampuan membal.

KAFI KURNIA said...

......Yang ketiga adalah percaya diri. Illustrasi terbaik barangkali adalah cerita tentang J.K. Rowling pengarang Harry Potter...........

ada kok... yang ketiga itu percaya diri.....
he..he..he...

KAFI KURNIA said...
This comment has been removed by the author.