Semua orang pasti pernah jatuh. Mulai jatuh cinta, jatuh dari sepeda, dan juga jatuh bangkrut. Jadi jatuh itu normal sekali. Tapi jatuh juga pasti sakit. Kadang malah meninggalkan luka, cedera, dan cacat. Itu konsekuensi jatuh. Itu sebabnya dalam ilmu bela diri, dan berbagai olah raga yang beresiko tinggi, kadang anda diajarkan juga seni jatuh yang benar dan aman. Kesimpulannya jatuh perlu ilmu dan seni tersendiri. Seorang pengusaha meledek saya, katanya “The Art of Falling”. Ia sendiri bercerita dengan sungguh-sungguh tentang jatuh bangun yang dialaminya. Ia sudah kawin cerai 3 kali. Bukan sesuatu yang dibanggakan-nya, melainkan pelajaran hidup yang paling pahit. Begitu kilahnya setiap kali bercerita. Dalam bisnis ia sudah jatuh bangun lebih dari 10 kali. Kawin cerainya juga akibat tidak langsung dari kejatuhan bisnisnya.
Ia bercerita bahwa ketika jatuh pertama kali, ia merasakan sakit yang bukan main. Berusaha mencari simpati. Bersedih-sedih pula. Ia merasa dunia tidak adil. Pokoknya macam-macam dah. Hampir setahun ia tidak mengerjakan apa-apa. Pada saat yang sama ia diceraikan isterinya. Mulanya ia berpikir nasibnya mirip peribahasa kuno, sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Suatu hari ia melihat anaknya yang bungsu jatuh dari sepeda motor, ketika baru belajar naik sepeda motor. Lengan dan kakinya, penuh luka semua. Tapi hari kedua, anaknya sudah belajar naik sepeda motor lagi. Mulanya ia menganggap anaknya bandel bukan kepalang. Namun ketika seminggu kemudian anaknya sudah bisa naik motor, iapun menyadari satu hal penting. Setiap kali kita jatuh, yang terpenting adalah bukan jatuhnya tetapi justru kebangkitan dari kejatuhan itu sendiri.
Barry J Woltz, seorang entrepener yang sudah jatuh bangun berkali-kali, menulis sebuah buku yang sangat elok, yaitu “Bounce”. Ibarat bola bekel yang selalu mental, dan tidak pernah jatuh. Ini rahasia sesungguhnya. Jangan jatuh tetapi menggunakan kejatuhan untuk mental balik. Barry menulis, kegagalan, dan kejatuhan, memang sakit dan nyeri. Tetapi bahaya yang sesungguhnya justru merobek dan mencederai ego kita. Sehingga kita merasa tidak percaya diri. Mudah curiga ! Dan kehilangan keberanian. Ini tantangan terberat. Andaikata kita membalik situasi ini, dan memanfaatkan kegagalan dan kejatuhan justru untuk merancang ulang ego kita. Yaitu membuat kita menjadi lebih rendah diri. Waspada dan eling. Kejatuhan dan kegagalan justru sangat positif. Thomas Alva Edison, menemukan lampu pijar justru setelah mengalami ribuah experimen yang gagal. Beliau berkata, bahwa satu yang sempurna dan berhasil, ditemukan justru setelah ribuan yang gagal. Jadi kegagalan dan kejatuhan adalah benih sukses terbaik.
Mpu Peniti, menyebut kegagalan dan kejatuhan adalah „expensive training“. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan untuk gagal dan jatuh. Kalau dipikir-pikir, Mpu Peniti bener juga sih! Jadi kegagalan dan kejatuhan mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya. Barry menulis didalam bukunya, bahwa minimal ada beberapa skills yang bisa dipelajari. Pertama, kegagalan dan kejatuhan bisa mendidik kita untuk lebih sabar dan teliti. Kedua, kegagalan dan kejatuhan melatih kita lebih handal dalam hal meraba dan menghitung resiko. Dan ketiga, yang paling penting kegagalan dan kejatuhan harus mampu justru membuat kita tahan uji, dengan keberanian yang berbeda.
Setelah saya renungkan, uraian Barry didalam bukunya persis sekali, sejalan dengan nasib seorang teman saya. Ketika kuliah dulu, ia dikenal pemalu dan selalu rendah diri. Kini ia menikah dengan bekas seorang model yang cantik luar biasa. Konon menurut cerita teman-teman, ia juga setelah kuliah dikenal sebagai seorang playboy ulung. Bila diurut secara seksama, seperti ada yang membalik nasibnya 180 derajat. Belum lama ini, saya bertemu lagi dengan dirinya di Los Angeles, setelah sekian lama kita tidak pernah ketemu. Iseng saya menanyakan rahasianya. Ia cuma mesem-mesem saja, lalu pelan-pelan mengisahkan kisah hidupnya. Dalam cerita beliau, memang terungkit bahwa ia mengalami puluhan kali atau bahkan jumlah yang tidak terhitung lagi, tolakan dari cewe ketika ia mengajak mereka kencan. Mulanya ia menganggap dirinya terkutuk dari sentuhan cinta. Ia mulai menyendiri, dan banyak menghabiskan waktu diperpustakaan. Iseng-iseng ia mulai membaca berbagai buku tentang tekhnik kencan. Pelan-pelan ia sadar, lalu memanfaatkan sejumlah kegagalan dan kejatuhan yang pernah dialaminya. Iapun menjadi percaya diri dan berani-berani saja mengajak wanita kencan. Dan kali ini ia melakukan-nya dengan cara yang berbeda. Dahulu ketika kuliah, ia berusaha mengajak kencan cewe yang tidak terlalu cantik, dengan alasan ia tahu betul kondisi dan situasi dirinya. Tapi kini ia berbalik 180 derajat, ia justru nekat hanya mengajak cewe kencan kalau mereka cantik luar biasa. Malah berhasil. Teorinya cewe-cewe yang biasa-biasa saja, mencari cowo yang jauh lebih ganteng. Karena mereka juga ingin naik ketingkat yang lebih atas. Jadi kalau dia yang mengajak kencan, rata-rata menolaknya mentah-mentah. Padahal cewe-cewe yang cantik luar biasa, punya pengalaman juga kencan dengan cowo-cowo ganteng. Dan banyak yang gagal dan kecewa. Makanya ketika ia yang mengajak kencan, banyak diantara cewe-cewe cantik itu yang penasaran dan ingin mencoba. Percaya atau tidak, ini rahasia yang sesungguhnya. Kata teman saya, kegagalan dan kejatuhan, kalau dipelajari dengan bijak, bukan saja membuat kita makin pintar, tapi juga membuat kita bijak dan arif. Meluaskan perspektif kita !
2 comments:
Mas Kafi,
what an inspiring article ... saya sedang jatuh satu bulan ini ... dan sedang berusaha bangkit kembali ...
keep on rocking with your article ya mas !
salam
Feby
hua...ha....ha.....
terima kasih buat komentarnya;
tetap semangat;
kata mentor saya,
Mpu Peniti.....
strategi survival cuma ada satu,
jangan pernah menyerah !
jadi rock on !
selamat come back !
salam saya;
kafi kurnia
Post a Comment