Tadi pagi di Malang, saya mengisi acara DOVE bersama para perempuan, dengan topik : SERIBU SATU CARA MEMULAI USAHA SAMPINGAN. Seorang Ibu yang kebetulan adalah seroang guru TK, memiliki usaha sampingan yaitu jasa penjahitan baju. Menurut beliau cukup sukses. Hanya saja ia tidak memiliki keberanian untuk meninggalkan profesi guru TK-nya dan 100% konsentrasi di usaha sampingan-nya. Ini bukan masalah baru. Hampir setiap kali saya memberikan presentasi atau kuliah tentang semangat dan jiwa entrepener, pertanyaan soal keberanian selalu muncul. Menjadi polemik yang tidak pernah surut.
Seorang manajer bercerita, bahwa ia selalu gemar mengikuti seminar-seminar tentang motivasi untuk sukses. Ia juga rajin membeli dan membaca buku tentang motivasi. Tetap saja ia tidak memiliki keberanian untuk pindah jalur. Berhenti menjadi seorang profesional, dan pindah menjadi pengusaha atau entrepener sejati. Lagi-lagi soal keberanian. Ia mengaku tidak memilikinya sama sekali.
Dari mana sih datangnya keberanian ? Menurut Mpu Peniti, mentor dan guru saya. Keberanian ada didalam diri kita secara otomatis. Dibekali oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai naluri dan mekanisme untuk bertahan hidup. Anggap saja seperti sebuah sistim survival yang otomatis. Mpu Peniti memaparkannya dengan gamblang. Mpu Peniti menuturkan tentang fenomena penyu, yang hidup dilaut dan ketika akan bertelur, justru menggali lubang di pantai dan bertelur disana. Ketika bayi-bayi penyu itu menetas, dengan serta merta, dan penuh keberanian mereka berlumba-lumba menuju pantai dan langsung melabrak samudra bebas. Langsung berenang dengan penuh keberanian. Padahal mereka belum mengenal samudra bebas sama sekali. Tanpa bimbingan ibu dan bapaknya. Semua keberanian itu seolah dijahitkan oleh Tuhan didalam setiap sel kehidupan mereka.
Manusia juga sama dan serupa menurut Mpu Peniti. Lihat saja bayi-bayi yang baru berjalan. Mereka melakukan-nya dengan penuh keberanian. Tanpa takut jatuh sekalipun. Paling kalau jatuh mereka menangis dan bangkit kembali. Lalu belajar berjalan lagi. Begitu seterusnya. Sama seperti penyu, keberanian juga dijahitkan Tuhan didalam setiap sel tubuh dan kehidupan kita. Nah, masalahnya, anda mungkin bertanya, kenapa kita bisa kehilangan keberanian kita ? Mpu Peniti tertawa terbahak-bahak ketika saya menanyakan masalah ini kepada beliau. Kata Mpu Peniti, adalah kesalahan kita sendiri sebenarnya, ketika tanpa kita sadari kita mengajarkan kepada anak-anak kita untuk menghilangkan keberanian itu. Perlahan, sistimatis, dan satu demi satu dihilangkan. Misalnya saja, kita mengajarkan rasa takut kepada anak-anak kita. “Awas, jangan naik-naik, nanti jatuh !” atau “Jangan ketempat yang gelap. Nanti di culik gendoruwo !”. Ketika anak-anak mengenal rasa takut, maka rasa takut itu perlahan-lahan menghapus keberanian miliknya sedikit demi sedikit. Bisa jadi seorang anak yang terperangkap terlampau jauh dalam selimut ketakutan akan kehilangan keberanian-nya dan berbalik menjadi penakut. Dan keberanian yang dijahitkan Tuhan pada kita lenyaplah sudah.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan keberanian itu ? Nasehat Mpu Peniti, sederhana dan sama gamblangnya. Menurut beliau, kita terpaksa harus belajar mengembalikan keberanian itu. Beliau menuturkan beberapa langkah strategis. Yang pertama adalah memanfaatkan wejangan filsuf Lao Tzu yang paling terkenal. Lao Tzu bertutur bahwa sebuah perjalanan pendek, entah itu cuma 500 meter, atau perjalanan sangat panjang, sampai 5 juta km, selalu dimulai dengan satu langkah awal. Artinya sama dengan slogan Nike – “Just Do It”. Pekerjaan kecil atau besar, akan selalu dimulai dengan keberanian yang sama untuk benar-benar melakukannya. Bukan sekedar mimpi. Bukan sekedar angan-angan belaka. Tapi satu langkah awal yang kecil.
Karena sejak kecil kita mulai mendapat pendidikan secara sistimatis, tentang rasa takut, resiko dan kegagalan, maka bisa jadi keberanian yang kita miliki menjadi susut. Dan untuk menghadirkannya perlu di stimulasi dan di rangsang kembali. Cara terbaik adalah melatihnya secara naluri. Keberanian mutlak diperlukan untuk sukses dalam hidup ini. Bayangkan pemimpin butuh keberanian setiap hari untuk membuat putusan dan tindakan. Tanpa keberanian seorang pemimpin akan tumpul dan mandul. Seorang atlit butuh keberanian untuk menciptakan gerakan-gerakan spektakuler dilapangan agar bisa mengalahkan musuhnya. Pengusaha butuh keberanian untuk berinovasi dan menciptakan daya saing yang lebih ampuh. Penyanyi dan musisi butuh keberanian untuk ber-improvisasi di panggung, agar sajian dan penampilan mereka memukau. Dan politisi juga butuh keberanian untuk hidup lurus, tidak tergoda korupsi. Biarpun disekelilingnya semua orang rajin berkorupsi.
Hidup benar, jujur, dan adil, juga butuh keberanian. Jadi jangan heran apabila sebenarnya kita dilahirkan dengan bekal keberanian yang sangat cukup. Sayangnya kita sendiri yang perlahan-lahan menghapusnya sedikit demi sedikit. Menurut Mpu Peniti, kalau kita sudah mendapatkan pencerahan tentang keberanian ini, maka kita perlu melatihnya agar keberanian itu tampil utuh dalam kehidupan kita. Dimulai dengan disiplin yang sederhana. Misalnya jangan menunda-nunda dan mengulur sebuah keputusan. Semakin anda tegas dengan keputusan anda, tabungan keberanian anda akan semakin meningkat. Keberanian akan tumbuh secara alamiah dan menjadi alat kreatif didalam hidup.
Keyakinan dan percaya diri, juga menumbuhkan keberanian. Seandainya kita meyakini kehidupan yang benar, jujur dan adil maka otomatis kita juga akan berani menghadapi segala macam godaan yang negatif. Keberanian menjadi obor kehidupan yang menerangi jalan didepan. Hal terbaik yang saya pelajari dari Mpu Peniti, adalah ketika keberanian mulai hadir dalam kehidupan kita, maka percaya atau tidak kita benar-benar 100% mengemudikan hidup kita. Dan itu rasanya luar biasa nikmatnya. Keberanian menjadi sahabat terbaik kehidupan kita. Ketika keberanian memacu lalu kita rasakan adrenalin mengalir deras. Hidup menjadi petualangan yang terbaik.
1 comment:
just do it
Post a Comment