Monday, August 20, 2007

SOLUSI JALAN BUNTU

Sepasang suami isteri minta nasehat kepada Mpu Peniti. Perkawinan mereka selama 20 tahun diguncang prahara. Mereka berdua berada dititik kritis. Ingin bercerai. Kesedihan membayang di wajah Mpu Peniti, sehabis mendengar cerita mereka berdua. Lalu Mpu Peniti mendongeng, tutur beliau, bayangkan kita sedang berjalan di hutan. Setelah sekian lama kita berjalan, tiba-tiba didepan kita jalan-nya buntu. Kita menjumpai jurang yang dalam. Barangkali cuma ada dua opsi yang tersedia. Pertama maju terus, mendobrak kebuntu-an, dengan terjun kedalam jurang. Resikonya sangat tinggi. Kita bisa hancur berantakan didasar jurang. Atau mungkin juga selamat dengan sejumlah luka-luka serius. Tetapi ada jalan yang lain. Yaitu balik arah dan menelusuri jalan yang sudah kita tempuh. Balik kejalan semula. Dan mencari titik dimana kita telah salah berbelok, sehingga menemui kebuntuan itu.

Nasehat Mpu Peniti, mungkin perkawinan mereka mirip cerita diatas. Mereka menghadapi jalan buntu. Kalau mereka nekat maju terus, kemungkinan mereka akan bercerai. Dua-duanya akan hancur. Lain halnya kalau mereka mau balik arah. Balik kejalan semula. Mencoba menemukan cinta awal mereka. Cinta yang menyatukan mereka 20 tahun yang lalu. Cinta yang membuat mereka terjun kesebuah pernikahan. Barangkali dengan jalan ini, perkawinan mereka bisa diselamatkan.

Lebih dari 10 tahun yang lalu, nasehat itu diberikan Mpu Peniti kepada saya, ketika saya mengalami jalan buntu dalam menghadapi masalah pemasaran yang super akut. Hasilnya memang terbukti mujarab. Banyak klien yang datang dengan segudang kebuntu-an permasalahan. Betapa sering kita mendengar, pemasar berkeluh kesah hal yang sama. ”Dahulu produk saya laris bukan main. Pernah mencapai sekian juta. Tetapi kok sekarang semakin turun ? Tidak sanggup menghadapi serangan kompetisi ?” Jawabnya sederhana, selama sekian tahun kita diserang kompetisi dari berbagai arah. Tidak jarang kita terpancing ! Dan masuk jalan yang menjerumuskan kita ke jurang kebuntu-an. Akibatnya produk kita menjadi tidak laris secara perlahan-lahan. Solusinya sederhana. Balik ke titik semula. Titik dengan formula sukses yang asli. “Seringkali rahasia sukses kita ada pada titik awal tadi” begitu tutur Mpu Peniti. Entah kenapa kita terkadang malas untuk balik ketitik itu. Ada perasaan malu, jengah, untuk mengakui masa lalu dan titik awal kita”

Seorang entrepener yang memiliki sebuah biro iklan, bercerita hal yang mirip. Dahulu ketika ia memulai bisnis ini, semuanya dikerjakan secara sederhana. Ia terjun kesemua bidang. Mulai dengan bertemu dengan klien. Mengerjakan kreatifitas. Sampai mengantar barang ke klien. Semua klien ia kenal dengan baik. Kadang kalau sedang menganggur, ia dengan mudah minta pekerjaan ke klien. Selalu saja ada yang mau memberi. Biar kecil sekalipun. Kini puteranya yang memimpim. Semuanya sangat berbeda. Puteranya lebih senang menjadi jendral yang tinggal menyuruh prajurit-prajurit melakukan ini dan itu. Ia merasa hubungan klien dengan puteranya tidak akrab. Akibatnya klien datang dan pergi di perusahaan itu. Mereka tidak lagi punya klien yang loyal.

Cerita yang menggugah dalam bisnis, konon adalah cerita lama tentang Levi’s. Di awal dekade 80’an. Levi’s mengalami gempuran dahsyat dari para kompetitornya. Maklum jeans makin trendy, dan berbagai merek baru bermunculan satu demi satu. Percaya atau tidak, situasi itulah yang membuat Levi’s menyadari bahwa salah satu sukses mereka justru ada pada titik awal. Yaitu jeans seri 501 yang pertama kali dipatenkan pada tahun 1873. Maka tahun 1981, akhirnya Levi’s meluncurkan jeans seri 501 untuk wanita. Dan sukses besar. Tahun 1984, Levi’s seri 501 mulai di propagandakan secara besar-besaran terutama pada acara Olympic Games di Los Angeles. Dan dilanjutkan di Eropa pada tahun 1986. Sejak itu, konsumen justru tergila-gila dengan Levi’s 501 yang mestinya dianggap sangat kuno. Tetapi bagi konsumen inilah jeans yang asli. Sang legendaris. Tak heran apabila kemudian Levi’s meluncurkan sayembara untuk menemukan jeans Levi’s yang paling kuno di tahun 1993. Pada tahun 1997, Levi’s membeli kembali sebuah celana jeans Levi’s tahun 1890 dengan harga $ 25.000.-. Sejak itu Levi’s berhasil membangkitkan kejayaan-nya dengan salah satunya menggunakan titik awal jeans seri 501 yang unik.

Rahasia sukses kita tidak melulu ada pada masa depan. Terkadang dan sesekali, justru ada di masa lalu kita. Di titik awal yang memulai segalanya. Kalau saja suatu hari jalan anda buntu, solusinya bukan maju terus dan menabrak kebuntuan. Karena hasilnya bisa fatal luar biasa.

4 comments:

handaru said...

Waktu memang melesat bagai anak panah, tetapi cerita 'sukses' anak manusia bisa saja berulang dari titik awalnya. Memang demikianlah sejarah peradaban kita disusun dan kehidupan bekerja. Kecermatan kita merasakan hadirnya fenomena ini akan menunjukkan kedewasaan kita dalam memaknai hidup, termasuk bisnis. Merasakan terkadang jauh sangat dibutuhkan dari sekedar melihat. Jadi keep watching !
Pak Kafi, entah bagaimana saya mengungkapkan kegaguman saya atas daya sintesa Anda. Jujur saya katakan bahwa dari semua tokoh bisnis negeri ini, Andalah yang paling menginspirasi saya. Saya mulai mengenal Anda dari SCFM Surabaya lalu membeli buku Anti Marketing tulisan Anda. Begitu saya tahu blog ini, saya bukan hanya sangat gembira, tapi girang banget. Salam sukses pak.

KAFI KURNIA said...

terima kasih atas pujian dan penghargaan anda...... saya berharap dengan tulus semoga tulisan dan cerita diatas mampu menjadi inspirasi hidup anda

ekojune said...

very inspiring, trullt.
sy adalah kolektor tulisan dan buku2 anda (termasuk best seller anti marketing).
terus menulis pak kafi ! :)

KAFI KURNIA said...

terima kasih bung eko,

jangan lupa seminggu lagi
buku saya yang baru,
BIANG PENASARAN
akan beredar.......

he...he... jangan sampai keabisan,