Seorang teman memiliki sebuah poster wanita telanjang yang sangat sensual, dan dipajang di dinding kantornya. Diatas poster itu ada satu slogan, bunyinya : “Dunia ini bukan milik pemalu”. Setiap kali saya berkunjung kekantornya, saya selalu menatap poster itu dengan penuh keheranan. Tapi risih juga untuk bertanya. Sampai suatu hari saya makan siang bersamanya. Hampir 3 tahun saya mengenal dirinya, belum pernah sekalipun saya berkenalan dengan isteri dan keluarganya. Siang itu saya kebetulan juga diperkenalkan dengan isterinya. Hampir saja saya lompat dari bangku tempat saya duduk. Isterinya cantik luar biasa. Persis bintang film. Padahal teman saya ini, penampilannya jauh dari rata-rata. Kok bisa ?
Teman saya tertawa-tawa ketika saya tanya apa rahasia-nya. Ia balik mengingatkan saya pada poster dikantornya. Cerita beliau, bahwa dulunya ia seorang pemalu. Ia mengaku mengalami kesulitan untuk bergaul. Tidak punya rasa percaya diri. Mudah menyerah. Pergaulan-nya sangat terbatas. 5 tahun yang lalu ia diajak temannya untuk menonton salah satu seminar saya. Ternyata ia mendapat pencerahan luar biasa. Ia juga rajin membaca buku saya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berubah.
Satu rahasia yang ia pelajari cara seksama adalah ilmu Networking. Itu sebabnya poster itu ia pasang dikantornya sebagai peringatan bahwa sukses itu dibangun diatas konsep ”Networking”, dan ia akan dikalahkan kalau ia tetap ingin menjadi pemalu seumur hidup. Ilmu Networking bukan semata-mata harus pintar bergaul. Banyak orang punya pergaulan luas, tetapi tidak bisa memanfaatkannya. Networking menurut filosofi Cina, dikenal dengan sebutan Guan Xi. Terjemahan sederhananya adalah Relationship. Guan Xi memiliki 3 pilar utama. Yang pertama adalah ”inner feeling” yang mengukur perasaan respek kita terhadap seseorang dalam networking termaksud. Ada orang yang bisa saja statusnya merupakan lapisan dalam dari sebuah networking, tetapi ia sering tidak tahu apa-apa. Karena semata-mata para anggota network memiliki ”inner feeling” yang terbatas terhadap dirinya. Sebaliknya seorang tukang keramas disebuah salon terkenal di Jakarta yang memiliki langganan VIP, menjadi serba tahu dengan segala gosip dan perkembangan Socialite. Karena para ibu-ibu yang keramas di Salon itu bergaul ramah dengan dirinya, sering bercerita apa adanya. Jadi kedudukan anda dalam sebuah network tidak ditentukan oleh status atau pangkat. Tetapi semata-mata oleh interpersonal relationship.
Pilar kedua adalah, kontribusi anda didalam network. Semakin besar value yang anda bawa, maka semakin tinggi kedudukan anda didalam network. Respek para anggota network juga semakin tinggi. Misal, tukang keramas di salon itu punya interest yang mendalam soal kulit ibu-ibu VIP yang berkunjung ke salon. Ia punya gosip yang luar biasa tentang ibu anu berobat ke klinik mana, dan kosmetik kulit yang sedang ngetrend serta manjur. Maka ia punya posisi penting yang mirip konsultan kecantikan kulit tidak resmi. Selama ia semakin up-to-date dengan pengetahuan-nya itu, maka ia tetap populer didalam network. Jadi kalau anda ingin populer dan dikenal dalam sebuah network, anda juga harus memilih satu spesialisasi anda yang membuat kontribusi anda bernilai, sehingga anda dirindukan oleh anggota network. Dalam arti lain populeritas anda ditentukan oleh spesialisasi ini.
Pilar ketiga sangat penting, yaitu berbicara soal etika dan reputasi. Yaitu tingkah laku pergaulan anda didalam network. Ini adalah ”balancing act” yang terpenting. Umur anda dalam sebuah network ditentukan oleh pilar ketiga ini. Sekali saja anda reputasi anda tercemar, tak akan mungkin anda bertahan didalam network. Anda akan diasingkan dan menjadi kelompok terbuang. Dalam filosofi Cina, pilar ketiga inilah yang menunjukan wajah anda sesungguhnya.
Teman saya, seusai nonton seminar saya, mulai berpikir membangun networknya. Ia tergugah untuk menyambung beberapa network yang ia miliki. Mulai dari network di kantor, network teman sekolah, dan network tetangga. Kebetulan, ia punya hobby main bulutangkis. Dulunya ia bekas pemain di kampus. Lumayanlah prestasinya. Ia menyambung ketiga network itu dengan mendirikan klub bulutangkis. Hasilnya luar biasa. Dari cuma 6 orang, clubnya berkembang menjadi 30 orang lebih. Teman saya mulai mendapatkan bisnis baru. Ia juga dikenalkan dengan calon isterinya lewat club bulutangkis itu. Karena dalam club bulutangkis itu dia bisa memunculkan kepribadiannya yang cekatan dan sportif. Di club bulutangkis itu ia menjadi bintang yang dikagumi.
Akhirnya ia dipercaya membentuk club bulutangkis di real estate tempat bos-nya tinggal. Dari sanalah ia dikenalkan oleh bos-bos bisnis yang lain. Perlahan-lahan dengan memanfaatkan network kecilnya, karirnya merambah. Ia lalu punya beberapa bisnis kecil. 2 tahun yang lalu, ia keluar dari perusahaannya, dan mengelola bisnisnya sendiri. Menurut dia, networking itu mirip pohon duit. Kalau kita rajin merawat dan memupukinya, manfaatnya menjadi sangat luar biasa sekali. Networking akan terus membuahkan hasil yang berlimpah ruah. Secara filosofis, networking mengajarkan kita, bahwa bergaul itu selalu berguna. Jadi jangan pernah ragu untuk bergaul dengan siapa saja. Karena tanpa anda sadari suatu saat, anda mungkin akan ditolong oleh seseorang yang tanpa anda sengaja, anda kenal 10 tahun yang lalu. Mengenal 100 orang akan jauh lebih bernilai daripada membuat satu musuh.
1 comment:
Again I will say 100% agree to this story.
Networking is also useful for us who does not run own business (work 9 - 5). I was managed to know one of my client reputation through my networking instead of only believe what my client said.
Post a Comment