Seorang teman punya cerita menarik. Belum lama ini, ia dikenalkan oleh teman-nya seorang wanita yang sangat cantik. Pokoknya dari penampilan, dahsyat dan sempurna. Pada kencan pertama, teman saya serius sekali dan berniat menciptakan kesan pertama atau impresi yang paling mengesankan. Itu sebabnya, sampai-sampai ia membeli baju baru, parfum baru, dan mengajak teman kencan-nya, makan disebuah restoran Perancis yang paling mewah di Jakarta. Awal mulanya, semua berjalan sangat romantis. Hingga saatnya mereka memilih makanan dari menu. Entah kenapa akhirnya mereka berdua memilih ”steak”. Maka sang pelayan secara sopan bertanya tentang pilihan ”steak” yang akan dimasak. Maksudnya tingkat kematangan yang dipilih. Teman saya memilih ”medium” artinya setengah matang. Ketika giliran sang pelayan bertanya kepada sang wanita, tiba-tiba saja ia memberikan jawaban yang mengejutkan : ”small”. Hampir saja teman saya loncat dari bangkunya. Duh, malunya bukan main. Sang pelayan, hampir tak kuasa menahan tertawanya. Barangkali itulah pertama kalinya sang wanita cantik itu makan di sebuah restoran bergengsi seperti itu.
Teman saya mengaku, bahwa langsung saja, kegairahan-nya terhadap wanita cantik ini, langsung sirna. Impresi atau kesan-nya langsung ”drop” dan ”minus”. Kesan atau impresi memang penting. Apalagi dalam komunikasi pemasaran. Seorang klien mengaku bahwa dahulu ia hanya mementingkan ”awareness”. Pokoknya asal konsumen tau bahwa produknya ”exist”, atau hadir dipasar. Berteriak sekencang-kencang-nya adalah strategi utamanya. Jaman sekarang beda, menurutnya. Jumlah media, dan acara-acara di media yang semua hampir mirip, menimbulkan suara gaduh yang super berisik. Mirip ribuan orang menabuh panci dan kuali bersama-sama. Akibatnya konsumen cuek, atau malah menutup telinganya. Lain kalau konsumen diberi suara berupa musik yang indah, dengan suara yang sangat sensual. Konsumen akan menengok, terpengaruh, dan mungkin ikut berdansa. Inilah yang dimaksudkan dengan impresi atau kesan. Bukan lagi sekedar ada menciptakan ”awareness”.
Pentingnya ”impresi” atau kesan, mengubah prilaku komunikasi pemasaran kita. Berubah dari kuantitas ke kualitas. Berbisik sekarang dipilih oleh banyak praktisi sebagai alternatif baru, karena memberikan impresi atau kesan yang lebih intim, personal dan memberikan pendalaman yang langsung sifatnya ”one on one”. Tidak ada gunanya sejagat konsumen tau produk anda, tapi tidak meninggalkan kesan apa-apa pada mereka. Demikian sanggah seorang brand manager yang saya kenal. Itu sebabnya ia bersiasat menciptakan strategi baru. Kini untuk menciptakan impresi atau kesan yang unik, ia menciptakan komunikasi yang sifatnya intense sekali, tetapi ditujukan hanya kepada ”opinion leader”. Tujuannya agar komunikasi selanjutnya diteruskan oleh para ”opinion leader” kebawah. Ini biasanya bisa lebih ampuh.
Contoh, kalau anda punya restoran yang baru dibuka. Ada punya 2 opsi. Opsi pertama misalnya anda bisa mengundang wartawan dari seluruh media untuk mencoba restoran anda. Idenya, biar semua media memberitakan restoran baru anda beramai-ramai sekaligus. Pada opsi pertama ini, strategi anda adalah gempur total. Opsi kedua bisa beda. Anda hanya mengundang misalnya 10 “food critic” atau wartawan khusus yang mereview restoran dari media-media beken papan atas. Lalu anda buat acara khusus yang intim, dengan menyediakan jamuan makan istimewa yang serba glamor. Pada acara makan itu, diadakan diskusi mendalam bersama koki restoran, dan beberapa masakan di demo khusus didepan mereka. Tujuan-nya adalah untuk meninggalkan impresi dan kesan yang mendalam kepada semua “food critic” yang hadir. Kalau mereka kagum dan terkesan, maka tulisan dan cerita mereka akan sangat luar biasa sekali. Dan secara ajaib kesan yang mereka tinggalkan akan meninggalkan kesan dan rasa penasaran dikalangan pembacanya. Bukankah cara ini akan jauh lebih efektif ?
Komunikasi dengan impresi yang kuat akan meninggalkan jejak. Jejak ini akan berbebkas dan menciptakan pengaruh. Komunikasi bergaya berisik, tanpa impresi, akan membuat orang menoleh dan melihat. Setelah itu ia akan lupa, apa yang telah dilihatnya. Impresi jelas lebih manjur.
No comments:
Post a Comment