Sunday, May 10, 2009

6 ORANG BUTA & SEEKOR GAJAH

Pada saat-saat awal, saya berguru dengan Mpu Peniti, satu hal yang menghambat cara berpikir saya, adalah betapa kita bersikeras mempertahankan satu pendapat dan pemikiran. Sikap ini membuat kita menjadi ‘sok tau’, ‘keukeuh’, ‘ngotot’ dan juga menyepelekan pendapat atau pemikiran orang lain. Kita terkadang menjadi sombong, arogan dan merasa lebih tau segalanya.

Lalu Mpu Peniti, bercerita tentang salah satu cerita Buddha yang sangat populer. Yaitu tentang 6 orang buta dan se-ekor gajah. Alkisah menurut Buddha, satu hari Raja, kesal dengan konflik berkepanjangan dari para tokoh dan akademis, yang ngotot mempertahankan pendapatnya. Sehingga semua orang dibikin bingung dengan situasi yang rancu dengan aneka pendapat. Lalu Raja membuat sayembara kecil. 6 orang buta dipanggil dan Raja minta dicarikan seekor Gajah yang paling besar. Kemudian Raja meminta 6 orang itu untuk meraba Gajah dan menceritakan-nya kembali kepada Raja. Menurut mereka Gajah itu bentuknya seperti apa ?

Karena saking besarnya sang Gajah, ke-enam orang buta itu hanya mampu meraba satu bagian dari sang Gajah. Dan ketika ditanya Raja tentang apa bentuk sang Gajah maka ke-enam orang buta itu saling berdebat dan ribut mempertahankan pendapatnya. Orang buta yang kebagian meraba kaki gajah, mengatakan gajah itu seperti pohon kelapa. Yang kebagian meraba buntutnya mengatakan gajah seperti ular. Dan yang kebagian meraba gading gajah, mengatakan gajah seperti alat bajak. Dan seterusnya. Pokoknya tidak ada satu-pun yang tepat.

Diakhir cerita, Raja mengingatkan para tokoh dan akademis yang berdebat dan menimbulkan konflik berkepanjangan, untuk hidup damai, dan lebih toleran dalam menghadapi pendapat orang lain. Karena apa yang kita ketahui, seringkali menjadi sesuatu yang justru membuat kita buta dan cacat. Dan sebaliknya apa yang tidak kita ketahui, seringkali justru menyelamatkan hidup kita dan menjadi pencerahan yang membuat kita melek.

Mpu Peniti, berujar bahwa Buddha mengingatkan kita pada keterbatasan kita (tingkat kebutaan kita) dan kita hanya akan mampu mencapai kehidupan yang harmonis, apabila ke-enam orang buta itu saling menukar pengalaman dan menyatukan-nya menjadi satu.

Selamat hari Waisak.

Semoga kita mendapatkan pencerahan baru untuk menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dengan mempraktekan toleransi dan harga menghargai diantara sesama.

2 comments:

Marketing Games said...

kebajikan klasik tapi hrus sll diingat supaya akoer..heheh
Thanks udah mau jadi cover majalah Innovation

salam
Anke

Fathur Rohman Muddassir said...

Kisah inspiratif yang dapat kita ambil pelajaran, dari mana pun hikmah dapat diambil sesuai sabda Nabi Muhammad saw
الحكمة ضالة المؤمن أينما وجدها أخذها