Lebih dari 20 tahun yang lalu, disebuah WC di kampus Broadway, NSWIT di Sydney, saya melihat sebuah graffiti – pesannya sangat pendek : “Start The Revolution”, dan sebuah logo berbintang dengan singkatan STR dalam hurup besar yang sangat menonjol. Isi pesan itu sangat pendek. Berbagai pesan yang serupa pernah pula saya lihat diberbagai dinding graffiti yang lain. Tapi malam itu saya tidak bisa tidur. Saya ingat betul malam itu adalah malam Jumat dan sejumlah pikiran berkecamuk dikepala saya. Campur aduk. Konon menurut Mpu Peniti didalam hidup kita sesekali syaraf di otak kita korslet dengan tegangan tinggi, dan tibalah saat pencerahan dimana kita mendapat wangsit atau ide besar. Dan buat saya, saat “pencerahan” itu adalah - pas malam itu di kamar apartemen saya, dalam kantuk yang tidak mau datang dan sejumlah kegelisahan mengamuk dan menggaruk sekaligus.
Nah, didalam situasi yang sekarat itu, muncul satu pertanyaan yang barangkali sederhana, tetapi sebenarnya jawaban dari segalanya. Yaitu – masalah “how to start ?”. Bagaimana kita memulai sesuatu ? Sepele tapi menohok. Entah berapa kali saya telah memberikan seminar atau ceramah tentang entrepener. Pesertanya seringkali campuran antara mahasiswa dengan kaum profesional. Pertanyaan klasik yang selalu muncul diakhir acara, selalu saja…. “bagaimana memulainya ?” …. Atau “kapan memulainya ?” Kenapa memulai sesuatu itu sedemikian repot dan susahnya ? Begitu membingungkan atau menakutkan ? Kelakar dan canda Mpu Peniti kepada saya, adalah justru karena semuanya takut dan ragu memulainya, maka seminar dan ceramah saya laris terus menerus. Karena masih banyak yang belum mulai-mulai juga.
Memulai sesuatu bisa saja menjadi tantangan dan tindakan yang sangat sulit, terutama apabila kita punya sejumlah pengalaman yang negatif yang memagari sikap kita untuk memulai. Seseorang yang baru saja mengalami kegagalan entah itu dalam bisnis dan asmara, pasti akan takut untuk memulai lagi. Karena kegagalan itu pasti nyeri dan menyakitkan. Untuk memulai sesuatu kita butuh 3 hal, kata Mpu Peniti. Pertama keberanian. Kedua adalah waktu yang tepat. Kombinasi inilah yang menciptakan momentum. Kombinasinya pas, momentumnya juga bakalan edan banget.
Tak lama setelah malam yang resah dan menggelisahkan itu, entah bagaimana caranya, saya juga tidak ingat… tapi saya mendapat sebuah ajaran tua dari Lao Tzu – “The journey of a thousand miles begins with one step.” Kalimat ini yang memberikan saya motivasi dan keberanian untuk selalu memulai, tanpa harus takut gagal. Ayah saya almarhum sering menasehati saya, dan kata beliau : “Kamu ngak bakalan kaya gara-gara menang lotere, kalau beli lotere saja tidak pernah ”. Saya sering tersenyum bila mendengar nasehat yang satu ini. Dan lagi kalau kita punya persiapan baik, biasanya keberanian, keyakinan dan percaya diri, tumbuh secara otomatis. Jadi langkah pertama adalah persiapan. Ngak harus sempurna banget-benget. Karena ada juga, orang yang terobesesi dengan persiapan atau planning, akhirnya ngak mulai-mulai juga. Semata-mata karena persiapan-nya tidak pernah selesai. Kesempatan atau opportunity akhirnya lewat dengan sia-sia.
Padahal ini menyerempet esensi yang kedua dan berikutnya. Yaitu waktu yang tepat atau “timing” yang pas. Atlit dunia Carl Lewis yang meraih 10 medali Olympiade pernah berkata : “Life is about timing.” Jadi manfaatkanlah waktu, untuk memulai sesuatu. Jangan sampai tertinggal. Ini rahasianya. Pernah sekali saya bertemu dengan seorang entrepener. Usianya masih muda. Usahanya sudah beraneka ragam dan hidup sangat nyaman. Ia bertemu saya ingin berkonsultasi. Bukan karena bisnisnya bermasalah, tetapi justru ia ingin “exit” dari beberapa bisnisnya. Mulanya saya terperanjat. Karena permintaan-nya rada aneh. Namun dengan serius ia lalu menceritakan kisah hidupnya. Ia hanya lulus SMA. Umur 18 tahun ia sudah bekerja. Tidak ada yang istimewa. Hanya sebagai seorang salesman. Lalu ia bertemu dengan sejumlah orang yang percaya dengan-nya dan membantu permodalan. Dari sana bisnisnya berkembang. Ia mengaku setiap langkah yang diambilnya dan sukses, semata-mata karena selalu pas waktunya. “Perfect Timing”, begitu ia menyebutnya. Satu pelajaran lain yang cukup unik menurut dia, adalah juga “perfect timing” yang ia lakukan ketika menghindar dari penipuan teman dan kolega bisnis. 10 tahun pertama saat ia mulai berbisnis, ia mengaku berkali-kali ditipu orang. Lambat laun ia belajar, dan selalu saja bisa menghindar pas waktu yang tepat datang. Berdasarkan pengalaman inilah ia ingin “exit”, karena menurutnya waktunya sudah pas.
Di tahun 2009 ini, Mpu Peniti memberi wejangan yang unik. Beliau berpesan untuk menyiasati saat-saat ‘susah’ ini dengan 2 strategi. Yang pertama strategi “jump start”. Ibarat mobil yang batere-nya habis listriknya, anda butuh pinjam batere mobil lain untuk di-stroom kaget dan “start”. Artinya jangan putus asa dan menyerah. Dan menjadi alasan untuk berhenti dan tidak berbuat apa-apa. Biar susah seperti apa-pun, anda harus berusaha mencari bantuan untuk “jump start”. Entah itu lewat sinerji dan atau aliansi dengan kawan dan musuh sekalipun.
Yang kedua, bisa saja “slow start” atau “fast start”. Tergantung kemampuan kita. Kalau kita cuma sanggupnya “start” pelan, biar saja. Seorang politisi, pernah menasehati saya. Kata beliau hidup ini adalah pertandingan tinju. Stamina kita bagus, kita bertinju full 15 ronde hingga akhir dan cukup dengan menang angka. Tapi kalau sumber daya kita terbatas, barangkali kita butuh “fast start”, bertinju sangat keras dan berusaha menjatuhkan lawan di ronde pertama. Berikan dan habiskan semuanya didepan. Tuntas habis.
Setelah peristiwa malam itu, saya tidak pernah lagi takut. Selalu saja ada gairah yang timbul untuk segera memulai sesuatu. Saya punya tekad untuk selalu menciptakan revolusi. Ide besar ! Perubahan besar ! Tidak lagi pasif menunggu. Saya sadar hidup ini dibangun dengan kegigihan. Buddha pernah berkata, dalam pertarungan antara aliran sungai dan batu karang, yang selalu menang adalah aliran sungai. Bukan semata-mata karena aliran sungai selalu deras dan memiliki kekuatan lebih besar. Aliran sungai selalu menang berkat kegigihan-nya. Tidak pernah menyerah. Tapi juga kita harus memulainya. Ayah saya almarhum pernah berkata, “Jangan pernah takut pada sebuah buku yang tebal sekalipun. Kalau kita mulai membacanya pada halaman pertama, berapa lama-pun kita membaca, suatu saat kita pasti akan membaca halaman terakhir, dan menamatkan buku itu. Yang paling menakutkan adalah kita tidak pernah membuka halaman pertama dan mulai membacanya !” Jadi apapun alasan dan masalah di tahun 2009, jangan pernah menyerah pada alasan apapun dan tidak memulainya !
2 comments:
bener banget itu..
harus dimulai dari sekarang.
nggak ada besok-besok, nggak ada nunda-nunda. Setujuu..
i have read this blog nice post i will come to here more often
Post a Comment