Tahun 2007 konon adalah tahun James Bond. Setidaknya, itu yang diisyaratkan seorang paranormal kondang kepada saya. Terus saya sendiri bingung membuat interpretasinya. Pergilah saya berkonsultasi pada Mpu Peniti. Kebetulan, ketika saya datang, Mpu Peniti, mentor saya, sedang asyik menonton DVD James Bond. Mpu Peniti menonton episode ke-20 yang berjudul Die Another Day. Film James Bond dengan bujet tertinggi, hingga US$ 142 juta, dan merupakan film Pierce Brosnan yang terakhir sebagai James Bond. Film ini termasuk film James Bond yang sukses karena berhasil menjadi box-office dengan pendapatan di atas US$ 431 juta.
Usai menonton, iseng-iseng saya tanya Mpu Peniti soal hubungan 2007 dengan 007 milik James Bond. Dan beliau cuma terkekeh menanggapi kebingungan saya. Menurut Mpu Peniti, film James Bond sukses karena tiga hal. Pertama, filmnya akan seru luar biasa kalau James Bond punya musuh yang sangat tangguh. Semakin dahsyat musuhnya, semakin luar biasa filmnya.
Kedua, wanita cantik yang selalu disebut "Bond's Girl". Inilah elemen yang menjanjikan misteri dan penasaran. Pemilihan wanita cantik untuk mendampingi James Bond biasanya dilakukan sangat teliti dan saksama. Di dalam film, ada wanita yang memang berperan sebagai agen rahasia untuk mendampingi James Bond. Tapi ada juga yang awalnya di pihak musuh dan kemudian di akhir cerita menjadi kekasih James Bond.
Yang ketiga, dan terakhir, James Bond tidak pernah kehilangan akal. Apa pun situasinya, ia pasti bisa meloloskan diri.
Jadi, kalau mau sukses dan berhasil pada tahun 2007, resepnya sederhana. Persis seperti film James Bond. Dalam film James Bond, di awal cerita selalu ada bagian ketika James Bond bertemu dengan Q, tokoh yang jenius dan selalu menyediakan berbagai peralatan untuk meloloskan diri. Jadi, pertama-tama yang harus Anda siapkan adalah strategi untuk meloloskan diri, the exit strategy. Di dalam film James Bond tahun 1999 berjudul The World Is Not Enough, terjadi percakapan antara Q dan James Bond:
Q: "I've always tried to teach you two things. First, never let them see you bleed."
James Bond: "And the second?"
Q: "Always have an escape plan."
Artinya, apa pun yang terjadi, dan biar separah apa pun luka Anda, jangan pernah memperlihatkan kepada musuh bahwa Anda sedang berdarah-darah. Dan yang paling penting, selalu punya strategi untuk meloloskan diri.
Wanita cantik dalam film James Bond biasanya diberi peran bermacam-macam. Ada yang memang kolega dan sesama agen rahasia yang ditugasi membantu James Bond. Tapi ada juga yang berperan dari pihak musuh, yang kemudian di akhir cerita kadang membantu James Bond atau juga diselamatkan oleh James Bond dan akhirnya menjadi kekasih James Bond. Walaupun kadang wanita cantik ini perannya remeh, dan seringkali dijadikan pemanis saja, toh tetap saja mereka merupakan elemen yang bikin penasaran dan memberikan kejutan sesekali.
Menurut Mpu Peniti, kita harus cerdas memanfaatkan karisma yang ada di dalam diri kita. Tidak jarang, dalam kehidupan bisnis sehari-hari, Tuhan Yang Mahakuasa memberikan kita jalan dan petunjuk. Kadang bisa dari teman, bisa juga dari lawan. Kadang petunjuknya sangat jelas dan kadang-kadang sesekali mengejutkan datang dengan petunjuk samar-samar. Ibaratnya wanita cantik dalam film James Bond, menurut Mpu Peniti, keberuntungan itu ada di mana-mana. Tinggal kita sigap, tangkas, selalu siap sedia memanfaatkan setiap momentum dan peluang. Persis seperti James Bond. Selalu melakukan improvisasi.
Dan yang terakhir, James Bond hadir begitu populer di tengah-tengah kita sejak 1962, dengan episode pertamanya Dr. NO, semata-mata karena James Bond adalah jagoan kita yang tak terkalahkan untuk menghadapi segala macam krisis dan musuh. Salah satu dialog favorit saya adalah kalimat yang diucapkan tokoh Paris Carver (diperankan Teri Hatcher), dalam film James Bond berjudul Tomorrow Never Dies: "Tell me James, do you still sleep with a gun under your pillow?" Ini menunjukan, apa pun situasinya, James Bond selalu siap menghadapi segala tantangan. James Bond selalu punya persiapan.
Barangkali ramalan sang paranormal sangat berbeda dengan uraian Mpu Peniti di atas. Buat saya, wejangan Mpu Peniti terasa pas dengan segala tantangan yang mesti kita hadapi pada tahun 2007. Jadi, jangan takut dan waswas. Tahun baru 2007 pasti akan hadir dengan tantangan baru, masalah baru, dan krisis baru. Saya berniat menyongsong tantangan itu dan menikmatinya. Musuh James Bond dalam episode The World is not Enough, Elektra King yang diperankan aktris sensual Sophie Marceau, berkata dengan sangat bijak: "There's no point in living if you can't feel alive." Mari kita songsong 2007 dengan bersikap optimistis!
Friday, December 29, 2006
Monday, December 25, 2006
Sunday, December 24, 2006
Saturday, December 23, 2006
Friday, December 15, 2006
Thursday, December 14, 2006
TITIK KECUKUPAN
Lima belas tahun lalu, ketika nenek teman saya berulang tahun ke-90, ibunya mewanti-wanti agar jangan melewatkan kesempatan perayaan ulang tahun sang nenek. Ada rasa khawatir yang besar umur sang nenek tidak bisa berlanjut panjang. Nenek teman saya tinggal di sebuah kota kecil Taiping, di wilayah negara Perak, Malaysia. Taiping memang unik, berada di sebuah teluk yang dikelilingi perbukitan subur, sehingga udaranya selalu sejuk. Sepuluh menit dari Taiping ada tempat peristirahatan Bukit Larut yang terkenal. Dan merupakan salah satu wilayah dengan curah hujan terbanyak di Malaysia.
Lingkungan Taiping yang begitu asri sangat baik untuk kesehatan sang nenek. Beberapa minggu lalu, sang nenek berulang tahun ke-105. Luar biasa, bukan? Meski, setahun terakhir, penglihatannya menurun drastis. Sang nenek mengeluh kualitas hidupnya juga ikut menurun. Kurang lebih tiga bulan lalu, sang nenek ditemani sopir yang setia minta berkunjung ke sebuah danau kecil dekat Taiping.
Danau itu memang tempat favorit sang nenek. Beliau sempat mengagumi keindahan danau itu sesaat. Lalu, anehnya, beliau mengatakan pada sopirnya: "Cukup. Ini kesempatan aku yang terakhir untuk menikmati danau itu." Tentu saja sopirnya heran atas komentar itu. Dan sebelum pulang, sang nenek juga minta mampir di bekas sekolahnya dulu. Di sana sang nenek sejenak merenung dan mengenang. Lalu mereka pulang.
Tak lama kemudian, sang nenek mulai menolak makan. Beliau benar-benar berpuasa. Cuma minum saja. Hal ini berjalan enam minggu. Menurut dokter, entah kenapa sang nenek kehilangan semangat hidup. Secara tidak langsung, ia memang berpuasa untuk meninggal. Di usia 105 tahun, mungkin sang nenek sudah merasakan hidup yang sangat cukup. Kini saatnya ia pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Itulah sebabnya, ketika sang nenek berulang tahun ke-105, kurang lebih dua minggu lalu, hampir semua kerabatnya di seluruh penjuru dunia datang untuk merayakan.
Walaupun fisik sang nenek sangat lemah, perayaan tetap berjalan meriah. Yang menakjubkan adalah komentar sang dokter, yaitu biarpun keinginan untuk mati sang nenek begitu besar, fisiknya tetap tegar, seolah tidak mau menyerah begitu saja. Tak lama setelah semua kerabat ke airport untuk kembali ke masing-masing tempat tinggal mereka, dokter melaporkan sesuatu yang unik, tiba-tiba saja fisik sang nenek melemah. Dan dua hari setelah pesta ulang tahunnya, sang nenek wafat.
Saat teman saya mengabari ihwal wafatnya sang nenek, pikiran saya menerawang sangat jauh. Teman saya sendiri sangat antusias untuk kembali ke Taiping untuk acara penguburan sang nenek. Ia mengatakan jarang sekali menghadiri pemakaman dengan hati yang penuh kelegaan dan sukacita. Hanya kali ini ia mengalaminya. Pemakaman neneknya bukanlah sebuah kesedihan, melainkan perayaan tentang hidup yang sangat luar biasa. Tidak banyak orang bisa hidup hingga 100 tahun, dengan sebuah kebahagiaan seperti neneknya. Barangkali metode puasa untuk mengakhiri hidupnya agak radikal. Tetapi sang nenek mengilhami kita bagaimana dalam hidup ini punya keberanian untuk mengatakan cukup.
Mpu Peniti juga punya cerita menarik. Seorang pengusaha yang sudah memiliki dua istri datang ke Mpu Peniti. Dia minta diberi petunjuk agar dibukakan jalan untuk bisa menambah satu istri lagi. Ia ingin punya tiga istri. Mpu Peniti sempat sewot. Ia bertanya, apakah dua istri itu tidak cukup. Menurut Mpu Peniti, kalau nanti sudah punya tiga istri, pasti akan ingin punya empat istri. Dan kalau sudah ketagihan, pasti nanti akan ada istri yang dicerai untuk mendapatkan istri baru. Menurut Mpu Peniti, pengusaha itu tidak tahu batas di mana cukup yang sebenarnya.
Menurut Mpu Peniti, dalam hidup ini kita harus punya naluri yang mengerti titik kecukupan. Bila tidak, kita akan menjadi orang yang serakah dan loba. Karena sesungguhnya kenikmatan dan kebahagiaan hidup ini ada di titik kecukupan itu. Makan yang nikmat adalah kalau kita kenyang dengan cukup. Kekenyangan akan membuat sesak dan susah bernapas. Tidur yang paling nikmat adalah tidur yang berkecukupan. Terlalu banyak tidur akan membuat kita malas.
Dalam bisnis dan manajemen, kita juga harus tahu batas kecukupan yang sama. Kurang marah, kita akan dianggap lemah. Terlalu banyak marah, kita pasti dianggap sebagai pemimpin pemarah yang kasar dan kebakaran jenggot. Jadi, marahlah secukupnya. Sama pula halnya dengan pengembangan bisnis. Kurang agresif mengembangkan bisnis, kita akan mudah tersaingi. Terlalu agresif mengembangkan bisnis, maka anak-anak perusahaan yang dikembangkan cenderung lemah fondasi dan mudah bangkrut dalam waktu yang tidak lama.
Kita harus memiliki ambisi dalam hidup dan bisnis. Tetapi, berapa jauh ambisi itu akan terwujudkan, tergantung naluri kita untuk mengetahui di mana titik kecukupan yang kita miliki. Indahnya, kebahagiaan hidup seringkali juga berada di titik kecukupan yang sama.
Lingkungan Taiping yang begitu asri sangat baik untuk kesehatan sang nenek. Beberapa minggu lalu, sang nenek berulang tahun ke-105. Luar biasa, bukan? Meski, setahun terakhir, penglihatannya menurun drastis. Sang nenek mengeluh kualitas hidupnya juga ikut menurun. Kurang lebih tiga bulan lalu, sang nenek ditemani sopir yang setia minta berkunjung ke sebuah danau kecil dekat Taiping.
Danau itu memang tempat favorit sang nenek. Beliau sempat mengagumi keindahan danau itu sesaat. Lalu, anehnya, beliau mengatakan pada sopirnya: "Cukup. Ini kesempatan aku yang terakhir untuk menikmati danau itu." Tentu saja sopirnya heran atas komentar itu. Dan sebelum pulang, sang nenek juga minta mampir di bekas sekolahnya dulu. Di sana sang nenek sejenak merenung dan mengenang. Lalu mereka pulang.
Tak lama kemudian, sang nenek mulai menolak makan. Beliau benar-benar berpuasa. Cuma minum saja. Hal ini berjalan enam minggu. Menurut dokter, entah kenapa sang nenek kehilangan semangat hidup. Secara tidak langsung, ia memang berpuasa untuk meninggal. Di usia 105 tahun, mungkin sang nenek sudah merasakan hidup yang sangat cukup. Kini saatnya ia pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Itulah sebabnya, ketika sang nenek berulang tahun ke-105, kurang lebih dua minggu lalu, hampir semua kerabatnya di seluruh penjuru dunia datang untuk merayakan.
Walaupun fisik sang nenek sangat lemah, perayaan tetap berjalan meriah. Yang menakjubkan adalah komentar sang dokter, yaitu biarpun keinginan untuk mati sang nenek begitu besar, fisiknya tetap tegar, seolah tidak mau menyerah begitu saja. Tak lama setelah semua kerabat ke airport untuk kembali ke masing-masing tempat tinggal mereka, dokter melaporkan sesuatu yang unik, tiba-tiba saja fisik sang nenek melemah. Dan dua hari setelah pesta ulang tahunnya, sang nenek wafat.
Saat teman saya mengabari ihwal wafatnya sang nenek, pikiran saya menerawang sangat jauh. Teman saya sendiri sangat antusias untuk kembali ke Taiping untuk acara penguburan sang nenek. Ia mengatakan jarang sekali menghadiri pemakaman dengan hati yang penuh kelegaan dan sukacita. Hanya kali ini ia mengalaminya. Pemakaman neneknya bukanlah sebuah kesedihan, melainkan perayaan tentang hidup yang sangat luar biasa. Tidak banyak orang bisa hidup hingga 100 tahun, dengan sebuah kebahagiaan seperti neneknya. Barangkali metode puasa untuk mengakhiri hidupnya agak radikal. Tetapi sang nenek mengilhami kita bagaimana dalam hidup ini punya keberanian untuk mengatakan cukup.
Mpu Peniti juga punya cerita menarik. Seorang pengusaha yang sudah memiliki dua istri datang ke Mpu Peniti. Dia minta diberi petunjuk agar dibukakan jalan untuk bisa menambah satu istri lagi. Ia ingin punya tiga istri. Mpu Peniti sempat sewot. Ia bertanya, apakah dua istri itu tidak cukup. Menurut Mpu Peniti, kalau nanti sudah punya tiga istri, pasti akan ingin punya empat istri. Dan kalau sudah ketagihan, pasti nanti akan ada istri yang dicerai untuk mendapatkan istri baru. Menurut Mpu Peniti, pengusaha itu tidak tahu batas di mana cukup yang sebenarnya.
Menurut Mpu Peniti, dalam hidup ini kita harus punya naluri yang mengerti titik kecukupan. Bila tidak, kita akan menjadi orang yang serakah dan loba. Karena sesungguhnya kenikmatan dan kebahagiaan hidup ini ada di titik kecukupan itu. Makan yang nikmat adalah kalau kita kenyang dengan cukup. Kekenyangan akan membuat sesak dan susah bernapas. Tidur yang paling nikmat adalah tidur yang berkecukupan. Terlalu banyak tidur akan membuat kita malas.
Dalam bisnis dan manajemen, kita juga harus tahu batas kecukupan yang sama. Kurang marah, kita akan dianggap lemah. Terlalu banyak marah, kita pasti dianggap sebagai pemimpin pemarah yang kasar dan kebakaran jenggot. Jadi, marahlah secukupnya. Sama pula halnya dengan pengembangan bisnis. Kurang agresif mengembangkan bisnis, kita akan mudah tersaingi. Terlalu agresif mengembangkan bisnis, maka anak-anak perusahaan yang dikembangkan cenderung lemah fondasi dan mudah bangkrut dalam waktu yang tidak lama.
Kita harus memiliki ambisi dalam hidup dan bisnis. Tetapi, berapa jauh ambisi itu akan terwujudkan, tergantung naluri kita untuk mengetahui di mana titik kecukupan yang kita miliki. Indahnya, kebahagiaan hidup seringkali juga berada di titik kecukupan yang sama.
Tuesday, December 12, 2006
Monday, December 11, 2006
Sunday, December 10, 2006
Friday, December 08, 2006
Thursday, December 07, 2006
NOMER 20
“36 strategi”, begitu judulnya, merupakan koleksi strategi Cina kuno yang sangat terkenal dan amat yahud untuk diterapkan dalam berbagai situasi, termasuk strategi berdagang. Konon tiada yang tahu siapa pengarang ke 36 strategi ini, namun yang jelas ke 36 strategi merupakan referensi penting dalam literatur kerakyatan bangsa Cina. Ke 36 strategi ini dibagi atas 6 bagian, dan diduga erat hubungan-nya dengan I-Ching yaitu ilmu perubahan. Begitu populernya 36 strategi ini, sehingga ahli perang kuno seperti Sun Tzu, Sun Bin, Han Xin dan Li Chin, semuanya mengandalkan implementasi dari 36 strategi ini.
Ke 36 strategi ini semuanya menarik dan punya daya tarik sendiri-sendiri. Saya sendiri menyukai strategi nomer 20, yaitu “Ilmu Mengail di Air Keruh”. Pertama saya amat terkesan dengan strategi ini, karena kita juga memiliki ungkapan yang sama. Kedua, strategi unik ini memberikan semangat optimisme kepada saya dalam berbagai situasi. Dan berkali-kali saya sudah diselamatkan dengan strategi ini. Itu sebabnya strategi ini memiliki nilai nostalgia yang mendalam buat saya. Berkat strategi ini, kita disuruh berpikir kreatif, waspada selalu, jangan pantang menyerah, dan biar bagaimanapun situasinya, bakalan ada peluang yang bisa kita manfaatkan.
Belum lama ini ketika membaca koran, saya di-ingatkan lagi dengan strategi unik ini. Yaitu ketika membaca fenomena Monica Lewinsky belum lama ini. Jelas-jelas skandal Monica memang bikin heboh luar biasa. Ketika masih dalam masa persidangan, tak urung Monica dicemohkan banyak orang. Pokoknya skandal Monica persis seperti air keruh yang bergolak. Namun kini keada-an-nya telah berubah 180 derajat. Monica menjadi sumber rejeki yang luar biasa. Di Philipina ada pengusaha cerutu yang memanfaatkan cerita porno Bill Clinton dan Monica, dan membuat cerutu yang diberi nama ….. apa lagi kalau bukan Monica ? Hasilnya ? Tebak saja sendiri. Laris manis tanjung kimpul ! Fenomena Monica tidak berhenti disitu saja, tapi konon masih berlanjut panjang.
Misalnya saja dalam interview Monica dengan Barbara Walters, konon ditonton sampai 70 juta penonton. Dalam interview ini, Monica yang tidak ramping, seksi dan terlampau cantik, ternyata justru mengundang simpati kebanyakan wanita yang menontonnya. Yang justru mirip dengan Monica, yaitu tidak memiliki kecantikan ideal seperti tubuh seksi dan kecantikan ala model. Dalam interview ini wanita ternyata diam-diam menyimak serius penampilan Monica. Dan yang menjadi perhatian utama mereka adalah make-up Monica. Yang memang cukup ajaib. Monica dalam interview itu memang di make-up dengan penampilan baru, agar lebih lembut dan stylish. Hasilnya memukau habis para pemirsa penonton wanita. Diakhir acara, disebutkan kalau Monica memakai lipstick dan kosmetik Club Monaco. Hanya dalam seminggu, kosmetik ala Monica ini, diborong ludes oleh para wanita di 30 toko Club Monaco di Kanada dan Amerika. Pemilik butik Club Monaco sampai kewalahan tuntas. Kosmetik ala Monica jelas merupakan hasil mengail diair keruh. Rejeki nomplok.
Dongeng lainnya yang tak kalah seru, adalah sukses di balik rokok Marlboro. Rokok Marlboro lahir tahun 1924, sebagai salah satu rokok berfilter yang ditujukan untuk wanita. Mulanya dipasarkan dengan konsep segmentasi khusus wanita. Pokoknya Marlboro dibuat sebagai rokok yang lebih pas dan lebih sopan untuk wanita. Itu sebabnya kotak Marlboro berwarna merah, karena dulunya diposisikan sebagai rokok feminin. Malah dalam desain awalnya, ujung filternyapun berwarna merah, agar lipstick wanita yang mengisapnya tidak meninggalkan bekas noda. Kesannya agar lebih rapi dan tidak vulgar. Namun ide ini tidak dibeli mentah-mentah oleh kaum wanita jaman itu. Mengisap rokok tanpa filter jelas lebih nikmat. Tak heran apabila penjualan Marlboro amatlah kecil.
Barulah pada tahun 1950, dipublikasikan untuk pertama kalinya bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan karena dapat menimbulkan penyakit kanker paru-paru. Tahun 1953, mulai kelihatan tanda bahayanya. Penjualan rokok di Amerika tiba-tiba merosot. Produsen Marlboro melihat “ikan diair keruh”. Marlboro dari rokok feminin, kini diubah menjadi rokok yang lebih aman bagi konsumen. Berkat perlengkapan filter yang dimilikinya saat itu. Marlboro pun ikut program ganti kelamin. Ia jadi rokok macho sekarang. Rencana promosi dan iklanpun dibuat. Marlboro akan diiklankan dengan serangkaian tokoh macho yang perkasa dari pelaut hingga tentara. Namun biro iklannya, membujuk agar Marlboro diiklankan lewat koboi saja. Ternyata resep itu cespleng dan manjur. Koboi memang visi yang tepat. Hanya dalam setahun saja Marlboro melesat dari cuma menguasai pangsa pasar dibawah 1%, tiba-tiba menjadi salah satu dari 4 besar. Tak heran apabila promosi ala koboi itu tetap dipertahankan hingga kini.
Ditengah krisis dalam bentuk apapun, saya yakin ada celah untuk menyelipkan strategi nomer 20 ini. Saya optimis akan hal itu, karena telah saya alami sendiri. Kuncinya hanya satu. Jangan takut cebur ke air keruh ini. Pokoknya asal mau obok-obok, anda pasti kebagian ikan. Percayalah !
Ke 36 strategi ini semuanya menarik dan punya daya tarik sendiri-sendiri. Saya sendiri menyukai strategi nomer 20, yaitu “Ilmu Mengail di Air Keruh”. Pertama saya amat terkesan dengan strategi ini, karena kita juga memiliki ungkapan yang sama. Kedua, strategi unik ini memberikan semangat optimisme kepada saya dalam berbagai situasi. Dan berkali-kali saya sudah diselamatkan dengan strategi ini. Itu sebabnya strategi ini memiliki nilai nostalgia yang mendalam buat saya. Berkat strategi ini, kita disuruh berpikir kreatif, waspada selalu, jangan pantang menyerah, dan biar bagaimanapun situasinya, bakalan ada peluang yang bisa kita manfaatkan.
Belum lama ini ketika membaca koran, saya di-ingatkan lagi dengan strategi unik ini. Yaitu ketika membaca fenomena Monica Lewinsky belum lama ini. Jelas-jelas skandal Monica memang bikin heboh luar biasa. Ketika masih dalam masa persidangan, tak urung Monica dicemohkan banyak orang. Pokoknya skandal Monica persis seperti air keruh yang bergolak. Namun kini keada-an-nya telah berubah 180 derajat. Monica menjadi sumber rejeki yang luar biasa. Di Philipina ada pengusaha cerutu yang memanfaatkan cerita porno Bill Clinton dan Monica, dan membuat cerutu yang diberi nama ….. apa lagi kalau bukan Monica ? Hasilnya ? Tebak saja sendiri. Laris manis tanjung kimpul ! Fenomena Monica tidak berhenti disitu saja, tapi konon masih berlanjut panjang.
Misalnya saja dalam interview Monica dengan Barbara Walters, konon ditonton sampai 70 juta penonton. Dalam interview ini, Monica yang tidak ramping, seksi dan terlampau cantik, ternyata justru mengundang simpati kebanyakan wanita yang menontonnya. Yang justru mirip dengan Monica, yaitu tidak memiliki kecantikan ideal seperti tubuh seksi dan kecantikan ala model. Dalam interview ini wanita ternyata diam-diam menyimak serius penampilan Monica. Dan yang menjadi perhatian utama mereka adalah make-up Monica. Yang memang cukup ajaib. Monica dalam interview itu memang di make-up dengan penampilan baru, agar lebih lembut dan stylish. Hasilnya memukau habis para pemirsa penonton wanita. Diakhir acara, disebutkan kalau Monica memakai lipstick dan kosmetik Club Monaco. Hanya dalam seminggu, kosmetik ala Monica ini, diborong ludes oleh para wanita di 30 toko Club Monaco di Kanada dan Amerika. Pemilik butik Club Monaco sampai kewalahan tuntas. Kosmetik ala Monica jelas merupakan hasil mengail diair keruh. Rejeki nomplok.
Dongeng lainnya yang tak kalah seru, adalah sukses di balik rokok Marlboro. Rokok Marlboro lahir tahun 1924, sebagai salah satu rokok berfilter yang ditujukan untuk wanita. Mulanya dipasarkan dengan konsep segmentasi khusus wanita. Pokoknya Marlboro dibuat sebagai rokok yang lebih pas dan lebih sopan untuk wanita. Itu sebabnya kotak Marlboro berwarna merah, karena dulunya diposisikan sebagai rokok feminin. Malah dalam desain awalnya, ujung filternyapun berwarna merah, agar lipstick wanita yang mengisapnya tidak meninggalkan bekas noda. Kesannya agar lebih rapi dan tidak vulgar. Namun ide ini tidak dibeli mentah-mentah oleh kaum wanita jaman itu. Mengisap rokok tanpa filter jelas lebih nikmat. Tak heran apabila penjualan Marlboro amatlah kecil.
Barulah pada tahun 1950, dipublikasikan untuk pertama kalinya bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan karena dapat menimbulkan penyakit kanker paru-paru. Tahun 1953, mulai kelihatan tanda bahayanya. Penjualan rokok di Amerika tiba-tiba merosot. Produsen Marlboro melihat “ikan diair keruh”. Marlboro dari rokok feminin, kini diubah menjadi rokok yang lebih aman bagi konsumen. Berkat perlengkapan filter yang dimilikinya saat itu. Marlboro pun ikut program ganti kelamin. Ia jadi rokok macho sekarang. Rencana promosi dan iklanpun dibuat. Marlboro akan diiklankan dengan serangkaian tokoh macho yang perkasa dari pelaut hingga tentara. Namun biro iklannya, membujuk agar Marlboro diiklankan lewat koboi saja. Ternyata resep itu cespleng dan manjur. Koboi memang visi yang tepat. Hanya dalam setahun saja Marlboro melesat dari cuma menguasai pangsa pasar dibawah 1%, tiba-tiba menjadi salah satu dari 4 besar. Tak heran apabila promosi ala koboi itu tetap dipertahankan hingga kini.
Ditengah krisis dalam bentuk apapun, saya yakin ada celah untuk menyelipkan strategi nomer 20 ini. Saya optimis akan hal itu, karena telah saya alami sendiri. Kuncinya hanya satu. Jangan takut cebur ke air keruh ini. Pokoknya asal mau obok-obok, anda pasti kebagian ikan. Percayalah !
Thursday, November 23, 2006
THE POWER OF DREAMS
“Never underestimate the power of dreams and the influence of the human spirit. We are all the same in this notion: The potential for greatness lives within each of us.” - Wilma Rudolph
Tuesday, November 21, 2006
Saturday, November 18, 2006
MARAH
DI tengah kemelut kehidupan yang dapat menjerumuskan kita ke jurang stres, konon sering marah-marah, bukanlah pertanda baik. Berbahaya bagi kesehatan. Begitu cerita kebanyakan orang. Punya pemimpin yang sering marah-marah tidak keruan juga menyebalkan.
Pendapat umum ini dibantah Stanley Bing, penulis buku Sun Tzu was a sissy. Bing, kolomnis di majalah Fortune, memang gemar menulis buku kontroversial. Menurut Bing, marah itu sangat diperlukan dalam manajemen.
Kalau seorang pemimpin marah, artinya dia terusik dan gusar oleh sesuatu hal. Sekaligus membuktikan bahwa ia eling atau sadar karena ada yang tidak beres dan perlu dikoreksi. Pemimpin yang tidak pernah marah sama dengan pemimpin acuh tak acuh. Itu menurut Bing.
Marah membangkitkan energi yang luar biasa. Pemimpin yang marah biasanya segera melakukan perubahan, peremajaan, dan perbaikan. Artinya, pemimpin marah memungkinkan terjadinya perubahan lebih cepat dan berarti.
Dalam hal yang satu ini, saya rada setuju. Kita kan sering melihat betapa pemimpin kita kerjanya cuma basa-basi, klemar-klemer, tidak melakukan gebrakan apa pun. Tapi berbahaya juga kalau kita punya pemimpin yang pemarah atau mudah marah tanpa sebab.
Barangkali salah satu pemimpin kita yang legendaris dalam hal marah ini adalah Bang Ali, bekas Gubernur Jakarta. Pernah ada cerita, beliau sedang naik mobil, dan jalanan macet semrawut gara-gara ada tukang becak yang seenaknya mengendarai becaknya. Bang Ali tidak segan-segan turun dan memarahi tukang becak itu.
Masih banyak lagi cerita tentang marahnya Bang Ali. Kenyataannya, di bawah kepemimpinan Bang Ali, Jakarta maju pesat. Jadi, teori Stanley Bing ada benarnya juga.
Dr. Stephen Diamond menulis di bukunya yang sangat kontroversial, Anger, Madness, and Daimonic: The Psychological Genesis of Violence, Evil, and Creativity, bahwa marah adalah emosi yang paling bermasalah. Namun ada korelasi sangat kuat antara marah dan kreativitas.
Menurut dia, marah dan kreativitas sering bersumber pada hal yang sama. Hanya saja, marah memiliki potensi destruktif lebih besar. Orang-orang berbakat dan genius umumnya memiliki naluri sangat tajam untuk menyalurkan energi ini, agar tidak merusak dan mengubahnya menjadi sebuah upaya yang konstruktif.
Ketika kita dilanda krisis moneter lima-enam tahun lalu, teman saya suka berseloroh. Katanya, kita butuh pemimpin seperti Bang Ali, yang berani marah. Bukan pemimpin yang mudah marah dan ngambek. Atau pemimpin yang suka marah-marah tidak keruan.
Dr. Stephen Diamond menulis bahwa beberapa artis seperti Van Gogh dan Picasso, konon, memiliki kehidupan yang penuh amarah dan kekerasan. Barangkali benar bahwa energi yang sama mereka salurkan juga ke dalam karya-karya lukisan mereka. Hasilnya memang luar biasa.
Untuk membuat seekor kuda berlari, biasanya ada dua cara populer. Dengan cemeti atau hadiah wortel. Menurut Stanley Bing, marah bisa menjadi cemeti yang kreatif. Membakar semangat para eksekutif agar terus bersemangat dan mengadakan perubahan.
Tulisan ini tentu saja tidak mengajak Anda untuk marah-marah di kantor. Juga bukan pembenaran tindakan marah-marah. Melainkan sebagai upaya agar kita lebih peka menghadapi lingkungan kantor.
Pesan saya, kalau ada yang tidak beres, jangan takut untuk mengadakan perubahan. Dan kalau perubahan itu menuntut Anda marah, silakan saja. Kadang-kadang marah itu sangat perlu.
Marah sebagai terapi manajemen memang antibudaya. Budaya kita mengajarkan agar selalu santun dan bersabar. Namun, untuk menerobos sebuah kemapanan yang buntu dan berkarat, marah bisa saja menjadi antibudaya yang dibenarkan. Asal jangan asal marah. Marahlah dengan bijaksana
Pendapat umum ini dibantah Stanley Bing, penulis buku Sun Tzu was a sissy. Bing, kolomnis di majalah Fortune, memang gemar menulis buku kontroversial. Menurut Bing, marah itu sangat diperlukan dalam manajemen.
Kalau seorang pemimpin marah, artinya dia terusik dan gusar oleh sesuatu hal. Sekaligus membuktikan bahwa ia eling atau sadar karena ada yang tidak beres dan perlu dikoreksi. Pemimpin yang tidak pernah marah sama dengan pemimpin acuh tak acuh. Itu menurut Bing.
Marah membangkitkan energi yang luar biasa. Pemimpin yang marah biasanya segera melakukan perubahan, peremajaan, dan perbaikan. Artinya, pemimpin marah memungkinkan terjadinya perubahan lebih cepat dan berarti.
Dalam hal yang satu ini, saya rada setuju. Kita kan sering melihat betapa pemimpin kita kerjanya cuma basa-basi, klemar-klemer, tidak melakukan gebrakan apa pun. Tapi berbahaya juga kalau kita punya pemimpin yang pemarah atau mudah marah tanpa sebab.
Barangkali salah satu pemimpin kita yang legendaris dalam hal marah ini adalah Bang Ali, bekas Gubernur Jakarta. Pernah ada cerita, beliau sedang naik mobil, dan jalanan macet semrawut gara-gara ada tukang becak yang seenaknya mengendarai becaknya. Bang Ali tidak segan-segan turun dan memarahi tukang becak itu.
Masih banyak lagi cerita tentang marahnya Bang Ali. Kenyataannya, di bawah kepemimpinan Bang Ali, Jakarta maju pesat. Jadi, teori Stanley Bing ada benarnya juga.
Dr. Stephen Diamond menulis di bukunya yang sangat kontroversial, Anger, Madness, and Daimonic: The Psychological Genesis of Violence, Evil, and Creativity, bahwa marah adalah emosi yang paling bermasalah. Namun ada korelasi sangat kuat antara marah dan kreativitas.
Menurut dia, marah dan kreativitas sering bersumber pada hal yang sama. Hanya saja, marah memiliki potensi destruktif lebih besar. Orang-orang berbakat dan genius umumnya memiliki naluri sangat tajam untuk menyalurkan energi ini, agar tidak merusak dan mengubahnya menjadi sebuah upaya yang konstruktif.
Ketika kita dilanda krisis moneter lima-enam tahun lalu, teman saya suka berseloroh. Katanya, kita butuh pemimpin seperti Bang Ali, yang berani marah. Bukan pemimpin yang mudah marah dan ngambek. Atau pemimpin yang suka marah-marah tidak keruan.
Dr. Stephen Diamond menulis bahwa beberapa artis seperti Van Gogh dan Picasso, konon, memiliki kehidupan yang penuh amarah dan kekerasan. Barangkali benar bahwa energi yang sama mereka salurkan juga ke dalam karya-karya lukisan mereka. Hasilnya memang luar biasa.
Untuk membuat seekor kuda berlari, biasanya ada dua cara populer. Dengan cemeti atau hadiah wortel. Menurut Stanley Bing, marah bisa menjadi cemeti yang kreatif. Membakar semangat para eksekutif agar terus bersemangat dan mengadakan perubahan.
Tulisan ini tentu saja tidak mengajak Anda untuk marah-marah di kantor. Juga bukan pembenaran tindakan marah-marah. Melainkan sebagai upaya agar kita lebih peka menghadapi lingkungan kantor.
Pesan saya, kalau ada yang tidak beres, jangan takut untuk mengadakan perubahan. Dan kalau perubahan itu menuntut Anda marah, silakan saja. Kadang-kadang marah itu sangat perlu.
Marah sebagai terapi manajemen memang antibudaya. Budaya kita mengajarkan agar selalu santun dan bersabar. Namun, untuk menerobos sebuah kemapanan yang buntu dan berkarat, marah bisa saja menjadi antibudaya yang dibenarkan. Asal jangan asal marah. Marahlah dengan bijaksana
Wednesday, November 15, 2006
John F. Kennedy on Imagination
The problems of the world cannot possibly be solved by skeptics or cynics whose horizons are limited by the obvious realities. We need men who can dream of things that never were.
Monday, November 13, 2006
Seminar Nasional 2006 HMJ Manajemen FE UNUD
BALI TOURISM MARKETING TOWARD INDONESIAN ECONOMIC RECOVERY
Sabtu, 2 Desember 2006,
Hotel Nikki - Bali
Kafi Kurnia - Si Biang Penasaran,
kembali hadir di Bali, dengan sesi yang menggelitik dan imajinatif,
prihal Tourism Marketing dan Destination Branding,
menampilkan sejumlah studi kasus,
dan taktik-taktik praktis yang jitu serta aplikatif,
Keterangan lebih lanjut : Semnas2006_manajemen@yahoo.co.id
Sabtu, 2 Desember 2006,
Hotel Nikki - Bali
Kafi Kurnia - Si Biang Penasaran,
kembali hadir di Bali, dengan sesi yang menggelitik dan imajinatif,
prihal Tourism Marketing dan Destination Branding,
menampilkan sejumlah studi kasus,
dan taktik-taktik praktis yang jitu serta aplikatif,
Keterangan lebih lanjut : Semnas2006_manajemen@yahoo.co.id
Sunday, November 12, 2006
SEMINAR INTEL & LENOVO
Ikuti Seminar Perspektif Usaha Kecil Menengah 2007,
dengan pembicara Kafi Kurnia - pakar bisnis dan manajemen,
yang akan menggelar sesi mengenai peluang dan tantangan usaha dalam
menghadapi persaingan bisnis di tahun 2007
Selasa, 21 November 2006 - jam 09.00 - jam 13.00
Ballroom Ritz Carlton Hotel - Jakarta
RSVP - Ibu Shinta - Tel : +62215154546 - acara_ukm@mbicc.com
Friday, November 10, 2006
BANGKRUT
Hal yang paling ditakuti oleh semua pengusaha adalah jatuh bangkrut. Biasanya semua harta ludes, habis total. Perasaan dalam dada juga campur aduk. Ada perasaan gagal total, depresi, bercampur dengan sejumlah perasaan lainnya, mulai malu hingga tidak berdaya. Tapi tantangan yang paling penting adalah bisa bangkit kembali. Ini yang paling sulit. Berkali-kali saya bertemu dengan pengusaha yang pernah bangkrut, kebanyakan dari mereka tidak berhasil mengatasi depresi dan perasaan takut untuk bangkit kembali. Umumnya mereka jadi menjauhi bisnis. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa jatuh bangkrut mirip dengan keseduh minyak panas. Sehingga mereka takut menyentuh minyak panas.
Jarang di dalam bisnis, kita melihat pengusaha tahan banting, yang bisa bangkit dari kebangkrutan. Saya bertemu seorang pengusaha Indonesia di Philadelphia, belum lama ini. Sebut saja namanya Om Yan. Dia bukan berasal dari keluarga kaya. Di akhir 1980-an, Om Yan mendirikan perusahaan kecil-kecilan. Berkat kerja keras, sekitar tahun 1994, perusahaannya berkembang cepat. Sayang, Om Yan terlalu ambisius. Tahun 1997, ketika terjadi krisis ekonomi, bisnisnya bangkrut total. Akibat terlalu banyak utang, Om Yan patah hati dan ingin mengubah nasib di Amerika. Ia ikut adiknya di Philadelphia. Mulai dari bawah, ia berusaha kerja apa saja.
Menurut cerita Om Yan, ia percaya pada kesempatan kedua. Katanya, setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua. Ini alasan kenapa ia minggat ke Amerika. Di Philadelphia, ia bekerja sebagai sopir pengganti taksi dari kenalan adiknya. Kadang ia juga bekerja serabutan, jadi pelayan restoran dan pembersih kantor.
Lalu tiba-tiba datang kesempatan kedua itu. Ketika sedang menjadi sopir taksi, ia mendapat tamu seorang pengusaha Indonesia. Mereka lalu bersahabat, dan setiap kali pengusaha itu ke Philadelphia, ia selalu memesan taksi Om Yan untuk mengantarnya ke sana kemari. Untunglah, suatu hari bisnis sang pengusaha Indonesia meledak. Dan ia butuh orang yang bisa mewakili dirinya di Philadelphia, karena ia tidak bisa selalu datang ke Philadelphia. Maka, Om Yan beruntung diberi kepercayaan itu.
Dalam tiga tahun, bisnis mereka berkembang. Peran Om Yan makin besar, dan ia mulai bisa bangkit lagi. Ketika bercerita kepada saya, Om Yan sempat terharu. Katanya, hal yang membuat ia sedih, kesempatan keduanya tidak datang dari orang-orang terdekat. Tetapi justru dari orang jauh. Om Yan menasihati saya agar selalu hidup jujur, karena hanya dengan kejujuran itulah kita bisa menyentuh hati orang lain. Kejujuran mirip sebuah kunci yang membuka peluang. Kata Om Yan, "Orang boleh bangkrut dan miskin harta. Tapi jangan sekali-kali kita miskin kejujuran." Saya tersentuh.
Saya jadi teringat pada Slamet, bekas pembantu rumah tangga Mpu Peniti. Konon, Slamet telah mengabdi pada Mpu Peniti lebih dari 10 tahun. Suatu hari, ia permisi ingin balik kampung dan membuka bengkel dengan uang tabungannya. Setahun kemudian, Slamet kembali dan bercerita bahwa bisnis bengkelnya bangkrut. Ia mau kembali bekerja dengan Mpu Peniti. Tetapi oleh Mpu Peniti, Slamet dilarang bekerja. Malah ia dikasih modal untuk bisnis baru.
Slamet lalu membuka warung. Hampir dua tahun kemudian, Slamet kembali lagi dengan cerita yang sama. Ia korban gempa bumi di Yogyakarta. Bisnisnya bangkrut lagi. Duh, nasib Slamet memang apes total. Ketika ia kembali lagi bertemu dengan Mpu Peniti, lagi-lagi Slamet dilarang bekerja. Slamet kembali diberi modal tambahan. Dan Slamet kembali lagi berbisnis.
Melihat itu, mulanya saya protes, karena Slamet akan terus-menerus bergantung pada Mpu Peniti. Ini bukan pelajaran yang baik. Mpu Peniti cuma senyum-senyum. Kata beliau, "Kasihan Slamet, di matanya ada kejujuran dan kegigihan untuk mengubah nasibnya sendiri. Sayang sekali kalau semangat itu mati, dan Slamet menganggap takdirnya memang menjadi pembantu seumur hidup." Saya tersentuh. Barangkali, di saat Lebaran nanti, mari kita periksa dengan teliti orang-orang di sekeliling kita yang bukan saja perlu maaf, melainkan juga kesempatan kedua. Berikanlah kesempatan kedua itu kepada mereka, karena itu bisa menjadi penyulut semangat hidup mereka.
Jarang di dalam bisnis, kita melihat pengusaha tahan banting, yang bisa bangkit dari kebangkrutan. Saya bertemu seorang pengusaha Indonesia di Philadelphia, belum lama ini. Sebut saja namanya Om Yan. Dia bukan berasal dari keluarga kaya. Di akhir 1980-an, Om Yan mendirikan perusahaan kecil-kecilan. Berkat kerja keras, sekitar tahun 1994, perusahaannya berkembang cepat. Sayang, Om Yan terlalu ambisius. Tahun 1997, ketika terjadi krisis ekonomi, bisnisnya bangkrut total. Akibat terlalu banyak utang, Om Yan patah hati dan ingin mengubah nasib di Amerika. Ia ikut adiknya di Philadelphia. Mulai dari bawah, ia berusaha kerja apa saja.
Menurut cerita Om Yan, ia percaya pada kesempatan kedua. Katanya, setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua. Ini alasan kenapa ia minggat ke Amerika. Di Philadelphia, ia bekerja sebagai sopir pengganti taksi dari kenalan adiknya. Kadang ia juga bekerja serabutan, jadi pelayan restoran dan pembersih kantor.
Lalu tiba-tiba datang kesempatan kedua itu. Ketika sedang menjadi sopir taksi, ia mendapat tamu seorang pengusaha Indonesia. Mereka lalu bersahabat, dan setiap kali pengusaha itu ke Philadelphia, ia selalu memesan taksi Om Yan untuk mengantarnya ke sana kemari. Untunglah, suatu hari bisnis sang pengusaha Indonesia meledak. Dan ia butuh orang yang bisa mewakili dirinya di Philadelphia, karena ia tidak bisa selalu datang ke Philadelphia. Maka, Om Yan beruntung diberi kepercayaan itu.
Dalam tiga tahun, bisnis mereka berkembang. Peran Om Yan makin besar, dan ia mulai bisa bangkit lagi. Ketika bercerita kepada saya, Om Yan sempat terharu. Katanya, hal yang membuat ia sedih, kesempatan keduanya tidak datang dari orang-orang terdekat. Tetapi justru dari orang jauh. Om Yan menasihati saya agar selalu hidup jujur, karena hanya dengan kejujuran itulah kita bisa menyentuh hati orang lain. Kejujuran mirip sebuah kunci yang membuka peluang. Kata Om Yan, "Orang boleh bangkrut dan miskin harta. Tapi jangan sekali-kali kita miskin kejujuran." Saya tersentuh.
Saya jadi teringat pada Slamet, bekas pembantu rumah tangga Mpu Peniti. Konon, Slamet telah mengabdi pada Mpu Peniti lebih dari 10 tahun. Suatu hari, ia permisi ingin balik kampung dan membuka bengkel dengan uang tabungannya. Setahun kemudian, Slamet kembali dan bercerita bahwa bisnis bengkelnya bangkrut. Ia mau kembali bekerja dengan Mpu Peniti. Tetapi oleh Mpu Peniti, Slamet dilarang bekerja. Malah ia dikasih modal untuk bisnis baru.
Slamet lalu membuka warung. Hampir dua tahun kemudian, Slamet kembali lagi dengan cerita yang sama. Ia korban gempa bumi di Yogyakarta. Bisnisnya bangkrut lagi. Duh, nasib Slamet memang apes total. Ketika ia kembali lagi bertemu dengan Mpu Peniti, lagi-lagi Slamet dilarang bekerja. Slamet kembali diberi modal tambahan. Dan Slamet kembali lagi berbisnis.
Melihat itu, mulanya saya protes, karena Slamet akan terus-menerus bergantung pada Mpu Peniti. Ini bukan pelajaran yang baik. Mpu Peniti cuma senyum-senyum. Kata beliau, "Kasihan Slamet, di matanya ada kejujuran dan kegigihan untuk mengubah nasibnya sendiri. Sayang sekali kalau semangat itu mati, dan Slamet menganggap takdirnya memang menjadi pembantu seumur hidup." Saya tersentuh. Barangkali, di saat Lebaran nanti, mari kita periksa dengan teliti orang-orang di sekeliling kita yang bukan saja perlu maaf, melainkan juga kesempatan kedua. Berikanlah kesempatan kedua itu kepada mereka, karena itu bisa menjadi penyulut semangat hidup mereka.
Monday, November 06, 2006
ZIKIR - PIKIR- KIKIR
“It is thrifty to prepare today for the wants of tomorrow “ - Aesop
KADANG saya sedih mendengar seseorang dimaki: bloon, tolol, atau goblok. Seolah-olah orang itu telah mengabaikan kemampuannya berpikir. Sebaliknya, saya juga suka menertawakan teman yang putus asa menghadapi staf yang melakukan kesalahan sepele. Kesalahan itu sedemikian sembrononya, sampai-sampai mengindikasikan dia memang malas berpikir.
Soal di atas, saya ceritakan pada Mpu Peniti. Ia juga tertawa terkekeh-kekeh. Menurutnya, manusia memang diberkahi Tuhan seperangkat otak yang perlu diberdayakan pemakaiannya. Mpu Peniti menasehati, tiga langkah pemberdayaan otak. Pertama, kita harus sering berzikir. Artinya memfokuskan diri pada sebuah situasi di mana seluruh alam pikiran berada dalam kondisi meditasi untuk mengingat Allah.
Kedua pikir, yaitu memberdayakan otak kita dalam situasi yang terfokus antara analisis dan logika. Terakhir, adalah kikir, yaitu memfokuskan seluruh daya pemikiran kita untuk berhitung untung rugi secara finansial. Sehingga hidup kita selamat dari gaya hidup yang boros dan foya-foya.
Dalam pengertian sehari-hari, kikir memang sering diidentikkan dengan pelit, atau tidak mau berbagi rezeki. Tapi menurut Mpu Peniti, kikir haruslah diartikan sebagai pandai berhitung. Nah, zikir, pikir, dan kikir mestinya bisa menjadi sebuah pola menyusun strategi. Bahwa otak kita bisa diberdayakan untuk meditasi, analisis, dan berhitung.
Barangkali ketiganya perlu dijadikan pola, sebagai metode alternatif untuk merangsang anak-anak belajar berpikir imajinatif. Teman saya sering mengeluh, anak-anak kita di sekolah kebanyakan diwajibkan menghafal, yang sering tidak perlu, sehingga memboroskan kerja otak.
Contoh, seorang teman memperlihatkan lukisan yang dibuat anaknya ketika belum masuk sekolah. Luar biasa hebohnya. Penuh warna-warni. Segala macam bentuk. Sangat imajinatif. Tapi, ketika anaknya mulai bersekolah, lukisannya berubah.
Secara metodik, sang anak diajarkan mengambar dua gunung, di tengahnya ada matahari, awan, dan burung-burung. Jalan yang berkelok, dan di sebelah kanan sebuah rumah dan hamparan sawah di sekelilingnya. Ketika sekolah dulu, saya juga menggambar pemandangan sama.
Apakah metode belajar kita di sekolah memagari kemampuan berpikir dan membatasi imajinasi? Albert Einstein pernah mengatakan, imajinasi lebih penting dari pengetahuan. Masalahnya, bagaimana caranya agar setiap hari kita mampu merangsang para staf kita untuk berpikir imajinatif.
Mpu Peniti menasihati saya bahwa imajinasi memerlukan keberanian. Mungkin, setelah sekolah cara berpikir kita sudah terstruktur dengan pola-pola baku. Karena sudah terbiasa, akhirnya kita merasa aman. Nah, berpikir di luar pola yang ada, alias imajinatif, bisa mengusik rasa aman itu. Bagaimana caranya membuat cara berpikir imajinatif itu aman?
Ketika kecil, ibu saya mencari penghasilan tambahan dengan berjualan roti. Saat itu ibu tidak punya uang untuk kursus. Juga tidak punya pengetahuan apa-apa soal membuat roti. Ia hanya membaca buku, dan bertanya ke sana-sini. Roti pertama yang dibuatnya tidak bisa dimakan karena sekeras batu.
Satu hal yang saya pelajari dari Ibu adalah ia terus berpikir imajinatif. Berbagai eksperimen dilakukan, sampai menemukan cara sendiri membuat roti yang enak. Memang akhirnya ibu berhasil. Roti yang dibuatnya sempat terkenal.
Cerita Ibu saya melakukan improvisasi mirip dengan Harland Sanders, yang kemudian menemukan resep ayam goreng KFC. Konon Harland Sanders juga tidak sekolah khusus menjadi koki. Tapi dengan imajinasi, ia berhasil mencampur 11 macam rempah-rempah, agar ayam gorengnya gurih dan memang akhirnya terkenal di mana-mana.
Berpikir imajinatif memang memerlukan keberanian. Berani beda. Berani salah. Dan terkadang harus berani melawan arus. Namun, bukan asal berani begitu saja. Tapi berani menggunakan akal sehat. Kata Mpu Peniti, kemampuan kita berpikir akal sehat adalah anugerah dari Allah.
Subscribe to:
Posts (Atom)