Pertanyaan yang paling
menggelegar. "Siapa yang anda mau pilih sebagai Presiden 2014 ?"
Jawabannya sangat sulit banget. Pada pemilu tahun 2009, pertanyaan ini rada
mudah dijawab. Saat itu minimal ada satu calon kuat yang sangat dominan. Tahun
2014, semuanya nampak gamang dan galau. Seperti ada sebuah kekosongan yang
sangat kuat menghantui kita. Teman saya malah menyebutnya - "Hantu pemilu
2014".
Ini adalah matematikanya. Tahun
2009, ada 44 partai politik yang ikut Pemilu. 3 besar adalah Partai Demokrat =
20,85% lalu Golkar = 14,45% dan PDI-P = 14,03%. 25% suara sisanya dikuasai oleh
3 partai lain yaitu PPP, PAN, dan PKS. Artinya 6 partai ini menguasai suara
diatas 75%. Tahun 2009 Partai Demokrat dengan mulusnya melakukan koalisi.
Karena partainya banyak. Tahun 2014 partainya tinggal 12 partai. Dan selama 5
tahun terakhir ini, kita mengalamai badai skandal dan korupsi yang sangat
banyak. Jumlah pejabat yang dipenjara gara-gara korupsi juga beragam sekali
mulai dari bupati hingga menteri, ketua partai dan jumlahnya sangat banyak.
Mereka juga datang dari beragam partai. Akibatnya partai-partai tertentu yang
memiliki kasus dan skandal korupsi sangat "high-profile" diperkirakan
akan terkuras suaranya di Pemilu 2014. Tetapi itu baru perkiraan. Masyarakat
pedesaan yang kurang terekspos dengan berita dan media sosial dan tidak
terlibat dalam percakapan politik praktis sehari-hari, kemungkinan masih lebih
lugu dalam memilih pada pemilu 2014.
Dengan perhitungan ini, ada beberapa perhitungan dan
kalkulasi praktis. Pertama kemungkinan berkoalisi di tahun 2014, akan semakin
sulit. Karena jumlah partai yang ada tinggal 12, maka harga koalisi jauh akan
lebih mahal. Kedua andaikata benar, bahwa skandal korupsi selama 5 tahun
terakhir ini sangat mempengaruhi pilihan para pemilih, maka partai kecil yang
relatif bersih kemungkinan akan mendapat luberan suara. Ketiga karena tidak ada
calon dominan seperti tahun 2009, maka Pemilu 2014 akan jauh lebih seru, dan
sangat menentukan masa depan Indonesia tahun 2020. Kalau komputer, situasinya
berpeluang untuk "re-boot". Apabila kita memilih dengan sangat
hati-hati, kita bisa merubah masa depan Indonesia. Bayangkan potensi itu !
Dan ini adalah sejumlah prediksi dari teman-teman. Tentang
siapa yang bakal menjadi Presiden 2014.
1. Tokoh terpopuler saat ini memang Jokowi. Karena situasi
dan momen yang dimiliki Jokowi. Namun kita harus kepala dingin dan mencari
calon alternatif lain dan berani membandingkan-nya.
2. Megawati dengan PDIP punya peluang bagus menang Pemilu
2014. Apalagi kalau Jokowi dipasang sebagai calon di pemilu 2014. Masalahnya
Megawati apabila maju 2014, dia juga punya peluang besar. Karena di tahun 2014,
relatif tidak ada saingan yang berarti. Terlebih karena Megawati tidak pernah menjadi
presiden terpilih. (Megawati hanya pernah menjadi Presiden menggantikan GUS
DUR) Rasanya ambisi itu masih ada. Dan Megawati pasti ingin maju lagi. Karena
peluang dia sangat besar sekali. Cuma saja ditahun 2009, Megawati punya kongsi
dengan Prabowo. Apakah Mega maju dengan Prabowo lagi ? Atau Prabowo ingin maju
sendiri ? Rasanya ini adalah ganjalan terbesar. Tetapi andaikata Megawati pecah
kongsi dengan Prabowo maka menurut teman-teman, Megawati sebaiknya duet dengan
Jokowi. Dan Megawati harus berani men-deklarasi-kan duet ini sebelum tahun 2013
berakhir. Bila ini dilakukan rasanya perolehan suara PDIP di Pemilu legislatif
APRIL 2014 bakalan meningkat tajam.
3. Prabowo dengan GERINDRA di tahun 2009, meraih suara hanya
4 juta lebih alias cuma 4,46%. Situasi memang berbeda tahun 2014. Namun untuk
GERINDRA meraih suara diatas 15% alis naik 3 kali lipat penuh tantangan
tersendiri dan tidak mudah. Andaikata kongsi dengan PDIP bersama Mega
dilanjutkan, bisa jadi hasilnya akan sangat menarik. Tapi perhitungan
teman-teman, kayaknya Prabowo akan pecah kongsi dan berjalan sendirian. Apalagi
kalau kita baca dari media selama ini, hubungannya dengan Jokowi tidak mesra
lagi. Mungkinkah Prabowo menang di Pemilu 2014 ? Menurut teman-teman mungkin
saja. Apabila Prabowo berani mengambil ide gila, dengan segera
men-deklarasi-kan bahwa Prabowo akan maju dengan A Hok yang kebetulan juga
kader GERINDRA. Nah, kalau ini terjadi akan seru sekali. Menciptakan peta
antagonis yang bertolak belakang. Megawati dan Jokowi yang cenderung kalem.
Melawan Prabowo dan A Hok yang keras dan tegas. Banyak rakyat Indonesia yang
sudah apatis dan tidak sabar dengan perubahan Indonesia yang tidak maju-maju
dan sangat lambat, kelihatan-nya akan memilih duet Prabowo dan A Hok. Selain
itu, duet ini akan memberikan kesempatan untuk Prabowo merangkul kaum etnis
keturunan Tionghoa. Lagi-lagi Prabowo harus juga berani men-deklarasi-kan duet
ini secepatnya. Semakin cepat semakin baik. Dan akan berpengaruh besar bagi
perolehan suara GERINDA di pemilu legislatif April 2014.
4. ARB alias Ical dari Golkar bakal jadi kuda hitam yang
unik. Partai Golkar saat ini, seperti yang diberitakan media, masih punya
sejumlah gunjang ganjing. Secara internal, bisa saja mereka tidak dan belum
menyatu dan menggumpal. Tapi GOLKAR yang juara 2 tahun 2009, punya
infrastruktur yang lebih baik. Walaupun memerlukan kerja keras dan strategi
plus ide gila. Kata teman-teman, ARB punya dua pilihan. Pertama menggalang
koalisi dari sekarang, terutama untuk dominan di DPR nantinya. Kalau cerdik ARB
bisa jadi tidak menjadi PRESIDEN tetapi bisa mayoritas di DPR . Dan ini bakal
sama penting dan strategisnya dengan menjadi Presiden. Partai ex koalisi tahun
2009 dengan Demokrat, pasti dalam keadaan bimbang. Karena tanpa SBY, partai
Demokrat tidak lagi menjadi pilihan terbaik untuk koalisi. Tapi apakah GOLKAR
cukup puas dengan opsi ini ? Andaikata ARB tetap mau jadi Presiden, teman-teman
meramalkan ARB harus cerdas dan cukup gila memilih Cawapres. Misalnya saja
memilih perempuan. Dan bisa saja perempuan dari keturunan Jawa atau perempuan
dari keturunan etnis Tionghoa. Ini adalah peluang dan kemungkinan yang penuh
kalkulasi.