Sunday, June 02, 2013

BIARKAN GUE JADI PELACUR


Seorang teman wartawan, mengajak saya makan siang. Saya pikir ia ingin diskusi soal impor hortikultura yang sedang heboh akhir-akhir ini. Tapi tebakan saya meleset 100%. Saya diajak makan siang disebuah restoran Jepang yang terkenal mewah dan mahal di Jakarta Pusat. Mulanya saya mengelak ajakan itu. Karena kalau saya harus membayar, bisa kering kerontang kantong saya. Sambil tertawa, teman wartawan saya, berkata : "Tenang saja kawan, sudah saya siapkan pelengkap penderita-nya. Hari yang bayar bukan sampeyan". Hati saya langsung lega.

Di restoran sudah menunggu 2 lelaki setengah baya. Pakaian-nya sama sekali tidak perlente. Yang satu berbatik lengan panjang. Yang satu lagi berbatik lengan pendek. Satu hal yang sama, keduanya memakai jam Rolex yang cukup mahal. Kami-pun makan sambil bicara kecil. Awalnya dari kemacetan Jakarta, lalu perlahan sampai ke skandal politik. Mulai-lah mereka memperkenalkan profesi mereka. Yaitu sesuatu yang masih asing ditelinga kita tetapi sudah semakin sering kita jumpai. Mereka adalah pelobi politik. Tugas mereka adalah makelar akses politik. Siapa yang butuh akses mereka menyiapkan. Mereka berdua dengan tegas mengatakan bahwa mereka bukan kacung politik siapa-pun. Argumen mereka adalah mereka bukan tukang ngumpulin duit buat pejabat dan atau partai tertentu. Karena banyak orang saat ini hanya bertindak sebagai pengumpul dana dengan menjual akses politik dan juga obyek berupa proyek-proyek di berbagai kementrian. Dan juga bukan menjual kouta proyek diberbagai kementrian. Penghasilan mereka mungkin tidak fantastis dan cukup menjanjikan.

Hanya saja, memang kemampuan mereka masih sangat terbatas. Hanya sebatas menjual akses. Profesi pelobi politik, di Indonesia bakal semakin marak. Maklum dana partai di Indonesia sangat miskin. Sedangkan korupsi hukumnya haram. Di negara-negara maju, pelobi politik punya bisnis resmi. Mereka seperti layaknya konsultan, membantu perusahaan, agar kebijakan-kebijakan pemerintah tidak merugikan bisnis mereka. Di Indonesia, pelobi politik kita yang jumlahnya sangat terbatas, masih belum punya kapasitas seperti itu. Walaupun demekian penghasilan mereka sudah ratusan juta tiap bulan-nya.

Dari soal lobi politik akhirnya kami bicara soal skandal politik dan perempuan. Iseng saya tanya 2 teman pelobi politik ini soal kenapa perempuan selalu muncul dalam setiap skandal politik. Teman yang berbaju batik lengan pendek, menjawab dengan sebuah analisa populer. Menurut beliau, ini adalah mitos warisan yang sangat tua. Sederhana, hanya raja yang memiliki ratu paling cantik. Hanya jagoan seperti James Bond yang punya cewe paling cantik. Jadi seperti ada rumus, bahwa yang paling jago, yang paling nomer satu, dan yang paling berkuasa, yang mendapatkan perempuan paling cantik. Jangan heran, kata teman saya pelobi politik ini, bahwa perempuan cantik ibarat perangko kekuasaan politik.

Siang itu makan siang kami bertambah riuh. Mereka menawarkan kepada saya, akses politik. Kata mereka siapa tahu, tahun depan ketika bursa politik memanas, saya juga butuh pelobi politik buat klien-klien saya. Maka kami-pun saling bertukar kartu nama. Ketika kami hampir berpisah, teman pelobi politik saya menawarkan makan siang lanjutan. Beliau berbisik ketelinga saya; "Minggu depan saya kenalkan mas Kafi dengan kelompok arisan Ibu-ibu". Saya cuma senyum-senyum saja sambil menganggukan kepala.

Seminggu lewat. Saya mulai melupakan janji teman saya itu. Namun kurang lebih 10 hari, masuk pesan singkat, "Mas Kafi besok arisan-nya jadi". Esok harinya saya bertemu teman saya, sang pelobi politik disebuah restoran di Jakarta Selatan. Teman saya datang dengan seorang perempuan muda. Kami berkenalan. Sebut saja sang perempuan muda namanya Ina. Wajahnya cantik. Masih belia. Paling banter usianya sekitar 22 - 24 tahun. Rambutnya panjang. Make-upnya halus dan tidak seronok. Tubuhnya sintal. Sangat menawan. Kami ngobrol basa-basi. Ina hanya diam saja. Kadang kadang ia hanya mesem kalau kebetulan obrolan kami mengena di hatinya. Kurang 20 menit kemudian, Ina berdiri dan pamit. Kata teman saya, sang pelobi politik, Ina permisi mau berangkat kuliah. Teman saya, sang pelobi politik, bisa membaca kekecewaan saya. Sambil tertawa kecil, beliau berbisik bahwa arisan yang sesungguhnya belum dimulai. Menurut teman saya, Ina dalam istilah gaul mereka cuma "free-lance" biasa. Mirip fenomena Maharani yang belum lama ini heboh di media.

Hampir 30 menit kemudian, sekelompok perempuan muda mulai berdatangan satu demi satu, dan mulai mengisi meja panjang tak jauh dari meja kami. Mereka merokok dengan santai, dan mulai riuh rendah bercengkrama, saling tertawa-tawa. Apa yang mereka bicarakan tidak pernah jelas. Pokoknya seru banget. Ketika meja penuh kurang lebih ada selusin perempuan muda yang melakukan arisan. Usia mereka sudah diatas 30'an. Kelihatan bahwa mereka datang dari golongan sangat mapan. Lihat saja merek tas, sepatu, baju dan arloji yang mereka kenakan. Semuanya bermerek kelas atas. Rambut mereka semua tertata rapi. Berlainan dengan kelompok Ibu-ibu arisan yang sering saya lihat, hampir semuanya berpakaian sangat sensual. Mulai dari rok mini hingga pakaian ketat. Dan memang hampir sebagian dari mereka tidak mengenakan cincin kawin. Sebuah observasi yang saya pelajari secara naluri ketika menghadapi perempuan. Kulit mereka terlihat sangat terawat. Make-up mereka biarpun terlihat sangat berkelas namun jelas sekali ditujukan untuk pamer. Berlainan dengan make-up Ina tadi. Kata guru pemasaran saya, jelas benar ada usaha menjual.

Teman saya memberi isyarat agar saya sabar. Kami berdua makan dan bicara hampir dua jam. Selesai arisan ibu-ibu itu, salah satunya kemudian datang dan menghampiri meja kami. Ia memperkenalkan diri, namanya Sasha (bukan nama sebenarnya). Nama beken dia adalah "Angel". Dan diatas payu daranya sebelah kiri, ada tato bidadari bersayap. Sasha berusia dipertengahan 30. Tubuhnya tinggi ramping. Rambutnya sebahu. Ia berpakaian sangat sensual. Lalu kami mulai saling menukar cerita. Sasha tanpa malu-malu bercerita bahwa ia janda dengan satu anak. Sasha mengaku ia dulunya sangat emosional. Begitu selesai SMA, ia berpacaran, dan orang tuanya menolak pacarnya. Sasha nekat dan kemudian kawin lari. Sehabis menikah dan punya anak, ia selalu ribut dengan suaminya. Tidak tahan akhirnya ia nekad kabur kedua kalinya. Ia lalu kerja kesana kemari. Mulai dari sekretaris, sampai menjual asuransi. Gajinya tidak pernah cukup. Pernah sekali anaknya sakit, dan ia ingin meminjam uang dari perusahaan. Bukan pinjaman yang ditawarkan ke Sasha, tetapi ia diajak kencan sama bos-nya. Nasibnya selalu demikian. Kemanapun ia pergi bekerja, selalu saja bosnya merayu dirinya. Semua mengajaknya kencan. Mulanya ia berpikir dunia ini sudah bejat. Dan ia merasa terkutuk punya paras yang cantik dan tubuh yang sensual.

Sampai suatu hari ia akhirnya tanpa sengaja bertemu dengan kakak kelasnya di SMA. Yang punya nasib serupa. Mereka saling curhat. Dan kakak kelasnya tanpa tedeng aling-aling bercerita bahwa profesi dirinya adalah "perempuan profesional". Begitu istilahnya. Kakak kelasnya berkata : " .... biar aje deh, orang menyebut gue pelacur..... tapi gue adalah perempuan yang mampu membahagiakan dan membuat senang setiap lelaki. Berapa banyak sih perempuan yang mahir dan jago bikin lelaki senang ? Itu bukan hal yang gampang. Gue ngak bangga ... tapi biarkan gue jadi pelacur" Itu kalimat yang tidak pernah dilupakan Sasha.

Sejak itu Sasha belajar ilmu membahagiakan lelaki dan seni membuat lelaki senang. Ia jadi telaten merawat tubuhnya. Penghasilannya diatas 100 juta sebulan. Sasha sangat mahir dalam memijat. Ia tahu caranya memanjakan lelaki. Menurut Sasha, 90 persen klien-nya, tidak mencari kepuasan sex. Tetapi lelaki yang ingin dimanjakan, lelaki yang merindukan keintiman, dan lelaki yang ingin dihargai dan dilayani. Dan lelaki yang ingin diperlakukan dengan penuh kelembutan. Han Suyin - seorang dokter dan novelis terkenal pernah menulis, - "There is nothing stronger in the world than gentleness." Kelembutan yang intim itu seringkali menjadi senjata setiap perempuan untuk meruntuhkan tembok keangkuhan lelaki manapun didunia ini. Tanpa terkecuali. Itu adalah kekuatan yang paling dahsyat dimuka bumi ini.

Sasha berkata kepada saya, bahwa ia tidak ingin selamanya seperti ini. Paling lama hanya 10 tahun lagi. Sasha percaya bahwa dalam 10 tahun itu ia akan bertemu dengan seorang klien, yang mungkin akan jatuh cinta padanya, lalu mereka akan menikah. Sasha sangat percaya pada suratan seperti ini. Sambil tertawa ia memperlihatkan telapak tangannya, "Kayaknya sudah tergambar sejak saya lahir"

No comments: