Hampir sepuluh tahun saya mengenal Om Lukas. Beliau sangat
konservatif. Anak muda jaman sekarang menyebutnya kuno banget. Saya menyebutnya
"old school". Sebagai sebuah penghargaan. Tapi Om Lukas adalah orang
yang paling pragmatis yang pernah saya temui. Saya sering minta pertimbangan
beliau. Terutama bila ada masalah-masalah yang pelik dan nyelimet. Om Lukas
selalu punya cara pandang yang berbeda namun seringkali benar. Ia adalah guru
yang baik dalam menganalisa sesuatu. Hampir 100 hari yang lalu beliau wafat.
Dan saya sering merasa kehilangan dia. Om Lukas teman yang baik untuk diajak
berdebat.
Beberapa hari yang lalu, putri Om Lukas, mbak Lastri minta
ketemu. Lalu kami ngobrol panjang lebar, mengenang Om Lukas. Seru sekali. Kami
berdua kangen berat dengan Om Lukas. Ketika hendak pamit dan berpisah, mbak
Lastri memberikan saya sebuah kado. Dibungkus sangat rapi. Ketika saya tanya
apa, mbak Lastri sambil tersenyum mengatakan itu adalah titipan Om Lukas. Lalu
kamipun berpisah.
Dirumah saya membuka bingkisan itu. Saya terkejut setengah
mati. Didalamnya ada buku peninggalan Om Lukas. Sejak 30 tahun yang lalu Om
Lukas selalu menuliskan kata-kata mutiara. Tapi khusus topiknya hanya satu
yaitu tentang "kegagalan". Semua anak Om Lukas selalu mengejek dan
menyebut buku itu sebagai buku KEGAGALAN. Yang membuat saya terkejut didalamnya
ada lebih dari 400 kata mutiara tentang kegagalan. 30 tahun sama dengan 360
bulan. Konon Om Lukas hanya menulis kata-kata mutiara itu pada saat dia gagal.
Artinya selama 30 tahun terakhir ini, Om Lukas merasa gagal tiap bulan. Atau
ada saja kejadian penting tiap bulan-nya dimana Om Lukas merasa gagal. Padahal
keluarga dan teman-teman merasa Om Lukas itu orangnya selalu hati-hati. Sangat
konservatif dalam mengambil resiko. Dan tidak terlihat sebagai orang gagal.
Malah orang sukses yang sangat bijaksana.
Buku om Lukas penuh dengan kata-kata mutiara orang-orang
terkenal. Memang kegagalan bagi orang terkenal punya arti tersendiri. Semua
orang terkenal atau sukses rasanya pernah merasakan kegagalan. Dan mereka punya
kebijakan tersendiri yang tentunya sangat bijaksana untuk menghadapi kegagalan
itu. Jadi jangan heran kalau orang terkenal dan sukses menjadi tahan banting
dan kebal dengan kegagalan. Rupanya om Lukas selama 30 tahun menjadi murid yang
paling disiplin untuk belajar soal kegagalan. Tanpa orang banyak tahu, om Lukas
belajar seni bela diri terhadap kegagalan secara diam-diam. Saya kagum dengan
om Lukas.
Kata sukses sendiri dalam bahasa Indonesia kita impor dari
bahasa Inggris. Kata-kata seperti 'berhasil' atau 'jaya' juga tidak lengkap
mengungkapkan seluruh makna yang terkandung dalam kata sukses. Malah menurut
Mpu Peniti secara filosofis barangkali kata sukses tidak ada terjemahan
langsung dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa pengertian filosofisnya
barangkali adalah "kelakon" atau terjadi atau kejadian. Ini untuk
melukiskan makna sukses dalam keseharian kita. Dan untuk gagal ada kata
"wurung" dan "durung", yang artinya tidak terjadi atau
tidak kejadian.
Maka barangkali ungkapan 'alon-alon maton kelakon' adalah
sangat tepat. Orang Jawa sebenarnya sangat optimis dan percaya diri. Bilamana
kita mau melihat filosofi itu secara bijak. Orang Jawa melihat hidup ini
sebagai sebuah proses. Namun apa-pun yang terjadi, kita harus punya tujuan. Karena
itu semua adalah proses yang melibatkan kita, dengan Tuhan dan alam semesta.
Maka kita harus menghormati keduanya. Sehingga apabila tujuan itu harus di tuju
dalam sebuah proses yang pelan dan makan waktu, maka itu harus kita jalani.
Yang penting kita terus tekun, selalu berjuang dan tidak pernah putus asa. Dan
sukses akan terjadi dengan persetujuan Tuhan bersama alam semesta. Barangkali
inilah makna yang bijak dari 'alon-alon maton kelakon'. Bukan pelan-nya yang
dipentingkan. Melainkan proses pencapai-an-nya. Sayangnya filosofi yang sangat
luar biasa ini seringkali di-pleset-kan menjadi sikap malas-malas-an. Padahal
pelan itu proses. Pelan tidak sama dengan lambat. Kalau lambat itu sangat
negatif artinya. Lambat artinya kita selalu ketinggalan.
Negara Indonesia bisa merdeka, barangkali juga karena
filosofi yang sama. Yang memuat semangat tekun, percaya diri, selalu berjuang,
dan tidak pernah putus asa. Jaman revolusi, semangat ini menjadi sebuah
terobosan, yang kemudian diubah dengan sebuah evolusi - "Maju Terus
Pantang Mundur". Semangatnya sama. Artinya sama. Hanya saja interpertasi
yang beda sesuai dengan jaman. Jadi memang benar bila sebagai bangsa kita tidak
mengenal kata gagal. Karena gagal tidak ada dalam kosa kata kita. Sesungguhnya
kita tidak tahu apa arti gagal.
Pernah sekali om Lukas secara humor bertutur. Kata beliau,
barangkali slogal dan yel-yel "Maju Terus Pantang Mundur" dianggap
sudah selesai ketika kita merdeka. Pemimpin kita lupa untuk melanjutkan
kehidupan bangsa ini dengan slogan dan yel-yel yang baru. Semangat juang kita
pudar. Dan ketika tidak ada lagi yang mau diperjuangkan, maka kita tidak bersemangat
berjuang. Kita kehilangan selera. Kita menyerah. Tinggal ada dua situasi.
Sukses dan gagal. Pilih yang mana ?
Gagal dan sukses bukanlah sebuah keabadian. Artinya anda
tidak akan terus menerus gagal. Juga anda tidak terus menerus sukses. Balik
lagi pada filosofi 'alon-alon maton kelakon', maka kita semua mesti terjun
kedalam proses itu - menyatukan ko-ordinat kita bersama alam semesta dan Tuhan.
Berusama menyamakan diri, mencapai sebuah keseimbangan yang memberi kita arah
dan tujuan. Kesanalah kita pergi. Kesanalah kita berjuang. Maka apabila anda
merasa hidup anda gagal saat ini, tidak usah sedih dan putus asa. Anggap saja
anda main bola, dan ini angka sementara. Pertandingan belum selesai. Semuanya
sangat ditentukan oleh anda.
Di halaman terakhir, dari buku om
Lukas. Beliau mengutip, kata-kata mutiara dari seorang penulis Amerika separuh
baya, Mark Amend. Kalimat itu sangat sederhana "All successful people have
had plans that failed, but none have ever failed to plan" Pas banget dengan filosofi 'alon-alon maton
kelakon'. Sederhana-nya bilamana kita tidak memiliki rencana. Maka kita dengan
mudah akan sesat alias nyasar. Jadi kalau dalam hidup ini - anda tidak punya
rencana terhadap keluarga, karir dan hidup anda pribadi, jangan salahkan kalau
anda merasa gagal. Andaikata anda punya rencana, dan anda masih merasa gagal,
jangan menyerah. Revisi rencana anda, dan sukses barangkali cuma tinggal
ditikungan jalan saja.
Hampir 4 bulan yang lalu, dalam
pertemuan saya yang terakhir dengan om Lukas, beliau bercerita pada saya
tentang sebuah pelajaran hidup. Beliau mengutip sebaris kalimat dari Confucius.
Yang berbunyi bahwa kita harus selalu menyempatkan diri untuk membaca. Sebuah
sindiran untuk tetap rendah hati, membuka diri dan selalu belajar. Sikap
keterbukaan. Confucius menyarankan agar kita menyerah dan pasrah, mengakui
dengan sepenuhnya atas semua ketidak tahuan kita. Sebuah kritik halus untuk
menempatkan posisi kita tidak pada posisi sukses dan juga tidak pada posisi
gagal. Semuanya adalah proses yang berjalan. Proses ini tidak mengalir begitu saja.
Apabila ada orang yang mengatakan, bahwa ia membiarkan kehidupannya mengalir
sesuai arus. Jangan ikuti orang itu. Sesungguhnya orang seperti itu adalah yang
paling buruk. Karena ia tidak punya rencana hidup.
Presiden Soekarno dalam pidato Hari Kemerdekaan tahun 1961,
mengatakan "Learning without thinking is useless, but thinking without
learning is very dangerous!" Saya pikir ini harusnya menjadi
slogan kita yang selanjutnya. Bahwa kini saatnya kita jadi bangsa yang bijak.
Kita mesti belajar dari pengalaman yang ada dengan arif. Memikirkannya dengan
seksama. Sehingga pengalaman itu punya makna. Dan pemikiran-pemikiran kita akan
sangat berbahaya karena sesat bilamana tidak ditunjang dengan kearifan yang
kita pelajari dari pengalaman. Bila ini di selaraskan dengan alam semesta dan
Tuhan, saya setuju sukses dan gagal cuma situasi sesaat. Bukan vonis yang
abadi.