Seorang pria, yang menjadi pasien Mpu Peniti, datang berkonsultasi dan menceritakan bahwa ia tidak sanggup lagi hidup dengan isterinya. Yang menurut istilahnya, lebih licin dari belut. Selalu berkelit. Di dalam dunia profesi, isterinya rajin menipu kiri kanan. Meninggalkan hutang dimana-mana. Dalam kehidupan rumah tangga, juga sama saja. Isterinya selalu berkelit dengan berbohong seribu macam dusta yang kadang sampai luar biasa dan tidak masuk akal. Sang suami putus asa dibuatnya.
Ketika sang pasien pulang, saya dan Mpu Peniti, melanjutkan obrolan soal ilmu berkelit. Dalam contoh diatas ilmu berkelit memang dipraktekan secara keliru. Lalu Mpu Peniti bertutur secara filosofis. Secara strategi, ada serangan secara agresif. Dan ada berkelit secara defensif. Seorang jendral perang yang handal dan seorang praktisi bisnis yang cermat, dapat dipastikan menguasai kedua gerakan manuver ini secara mahir.
Hampir semua ilmu bela diri, punya jurus khusus untuk berkelit. Seorang petinju pernah berkelakar bercerita pada saya, “bayangkan betapa-pun jagonya seorang petinju, yang mampu membuat pukulan-pukulan yang mematikan, ….. tetapi tidak tahu caranya menghindar dan berkelit…… pasti cepat lambat ia akan ambruk juga” Jadi berkelit itu sama pentingnya dengan menyerang. Ada sebuah pribahasa terkenal yang berbunyi : “The best defense is a good offence” – Artinya sebuah taktik bertahan yang baik akan sama sempurnanya dengan sebuah taktik menyerang. Menurut Mpu Peniti, terkadang jawara-jawara yang sombong, hanya selalu memikirkan bagaimana caranya secara telak dan mematikan untuk menyerang lawan. Dan sering lupa bagaimana menciptakan pagar pertahanan yang ampuh.
Selama 20 tahun saya mengarungi lembah dan jurang dunia bisnis, ulah ilmu berkelit yang terbaik seringkali saya jumpai justru dikalangan pedagang dan pelaku bisnis yang sangat kecil. Mereka yang memiliki panca indera survival tertinggi untuk bertahan dari kebangkrutan, tanpa peduli apapun situasinya. Tanpa perlu belajar ilmu strategi perang, mereka tau secara naluri untuk berperang. Kadang saya suka malu dan bercampur kagum dengan mereka.
Pedagang-pedagang kecil umumnya secara naluri, mengerti ungkapan terkenal dari Jendral Sun-Tzu yang berbunyi bahwa kemenangan yang paling sempurna adalah kemenangan yang diraih tanpa harus bertempur. Didekat kantor saya, ada sebuah lorong kecil yang penuh dengan pedagang kaki lima yang menjual makanan. Dan selalu ramai setiap saat makan siang. Beberapa tahun yang lalu, di lorong sepi itu, awalnya menjelang makan siang parkir sebuah mobil pick-up kecil berwarna biru, dan dengan kain plastik biru sebagai atapnya, mulai berjualan sebagai warung berjalan. Jualan-nya mirip warung Tegal. Dalam waktu singkat office boys disekelilingnya langsung memberi julukan “warung tenda biru”. Mirip lagu terkenal itu.
Uniknya selang beberapa bulan kemudian, satu demi satu pedagang kaki lima berdatangan dan mulai berjualan disebelah dan disekeliling “warung tenda biru” tersebut. Semua yang datang belakangan, tidak ada satupun yang berjualan sama. Semuanya berkelit untuk berkompetisi satu dengan yang lain. Kini ditempat itu, ada tukang gado-gado, ketoprak, mie ayam, soto mie, sate padang, tukang rujak dan gorengan. Mirip sebuah food court mini. Semuanya berkelit untuk berkompetisi satu dengan lainnya. Kehadiran setiap pedagang untuk memperkuat konsep bisnis yang ada.
Ilmu berkelit kedua yang juga sangat populer, didalam dunia bisnis, berbunyi : “meminjam tangan lawan untuk membunuh musuh”. Atau “membunuh musuh dengan pisau pinjaman”. Ketika isu pemerintah mau menaik-kan BBM, para pedagang yang berjualan disekitar “warung tenda biru” semuanya secara seragam dan kompak menaik-kan harga seribu rupiah dari harga lama. Tidak ada satupun pedagang yang berbeda. Konsumen yang makan terpaksa harus pasrah. Dan semuanya menyalahkan pemerintah. Tidak ada satupun yang menyalahkan pedagang itu. Ketika saya bertanya kenapa mereka naik dulu sebelum pemerintah menaik-kan BBM, mereka berbisik kepada saya sebuah strategi unik. Mereka bilang, lebih baik naik seribu perak sebelum pengumuman pemerintah. Ibaratnya menjajal dalamnya sungai. Setelah pemerintah menaik-kan BBM, dan ternyata omzet penjualan mereka turun, ramai-ramai mereka masih bisa berkelit dan turun harga untuk menyesuaikan situasi. Sungguh licin ilmu berkelit mereka.
Ilmu berkelit yang sesungguhnya tidak sama dengan tindakan bersembunyi seorang penipu atau pembohong. Jawara tulen bisnis, tidak akan bersembunyi menghadapi setiap serangan lawan. Justru mereka menghadapinya dengan berkelit dan terhindar dari serangan yang mematikan. Mirip Muhammad Ali menghindari tonjokan lawannya dengan cara menari-nari lincah di kanvas tinju.
Ketika sang pasien pulang, saya dan Mpu Peniti, melanjutkan obrolan soal ilmu berkelit. Dalam contoh diatas ilmu berkelit memang dipraktekan secara keliru. Lalu Mpu Peniti bertutur secara filosofis. Secara strategi, ada serangan secara agresif. Dan ada berkelit secara defensif. Seorang jendral perang yang handal dan seorang praktisi bisnis yang cermat, dapat dipastikan menguasai kedua gerakan manuver ini secara mahir.
Hampir semua ilmu bela diri, punya jurus khusus untuk berkelit. Seorang petinju pernah berkelakar bercerita pada saya, “bayangkan betapa-pun jagonya seorang petinju, yang mampu membuat pukulan-pukulan yang mematikan, ….. tetapi tidak tahu caranya menghindar dan berkelit…… pasti cepat lambat ia akan ambruk juga” Jadi berkelit itu sama pentingnya dengan menyerang. Ada sebuah pribahasa terkenal yang berbunyi : “The best defense is a good offence” – Artinya sebuah taktik bertahan yang baik akan sama sempurnanya dengan sebuah taktik menyerang. Menurut Mpu Peniti, terkadang jawara-jawara yang sombong, hanya selalu memikirkan bagaimana caranya secara telak dan mematikan untuk menyerang lawan. Dan sering lupa bagaimana menciptakan pagar pertahanan yang ampuh.
Selama 20 tahun saya mengarungi lembah dan jurang dunia bisnis, ulah ilmu berkelit yang terbaik seringkali saya jumpai justru dikalangan pedagang dan pelaku bisnis yang sangat kecil. Mereka yang memiliki panca indera survival tertinggi untuk bertahan dari kebangkrutan, tanpa peduli apapun situasinya. Tanpa perlu belajar ilmu strategi perang, mereka tau secara naluri untuk berperang. Kadang saya suka malu dan bercampur kagum dengan mereka.
Pedagang-pedagang kecil umumnya secara naluri, mengerti ungkapan terkenal dari Jendral Sun-Tzu yang berbunyi bahwa kemenangan yang paling sempurna adalah kemenangan yang diraih tanpa harus bertempur. Didekat kantor saya, ada sebuah lorong kecil yang penuh dengan pedagang kaki lima yang menjual makanan. Dan selalu ramai setiap saat makan siang. Beberapa tahun yang lalu, di lorong sepi itu, awalnya menjelang makan siang parkir sebuah mobil pick-up kecil berwarna biru, dan dengan kain plastik biru sebagai atapnya, mulai berjualan sebagai warung berjalan. Jualan-nya mirip warung Tegal. Dalam waktu singkat office boys disekelilingnya langsung memberi julukan “warung tenda biru”. Mirip lagu terkenal itu.
Uniknya selang beberapa bulan kemudian, satu demi satu pedagang kaki lima berdatangan dan mulai berjualan disebelah dan disekeliling “warung tenda biru” tersebut. Semua yang datang belakangan, tidak ada satupun yang berjualan sama. Semuanya berkelit untuk berkompetisi satu dengan yang lain. Kini ditempat itu, ada tukang gado-gado, ketoprak, mie ayam, soto mie, sate padang, tukang rujak dan gorengan. Mirip sebuah food court mini. Semuanya berkelit untuk berkompetisi satu dengan lainnya. Kehadiran setiap pedagang untuk memperkuat konsep bisnis yang ada.
Ilmu berkelit kedua yang juga sangat populer, didalam dunia bisnis, berbunyi : “meminjam tangan lawan untuk membunuh musuh”. Atau “membunuh musuh dengan pisau pinjaman”. Ketika isu pemerintah mau menaik-kan BBM, para pedagang yang berjualan disekitar “warung tenda biru” semuanya secara seragam dan kompak menaik-kan harga seribu rupiah dari harga lama. Tidak ada satupun pedagang yang berbeda. Konsumen yang makan terpaksa harus pasrah. Dan semuanya menyalahkan pemerintah. Tidak ada satupun yang menyalahkan pedagang itu. Ketika saya bertanya kenapa mereka naik dulu sebelum pemerintah menaik-kan BBM, mereka berbisik kepada saya sebuah strategi unik. Mereka bilang, lebih baik naik seribu perak sebelum pengumuman pemerintah. Ibaratnya menjajal dalamnya sungai. Setelah pemerintah menaik-kan BBM, dan ternyata omzet penjualan mereka turun, ramai-ramai mereka masih bisa berkelit dan turun harga untuk menyesuaikan situasi. Sungguh licin ilmu berkelit mereka.
Ilmu berkelit yang sesungguhnya tidak sama dengan tindakan bersembunyi seorang penipu atau pembohong. Jawara tulen bisnis, tidak akan bersembunyi menghadapi setiap serangan lawan. Justru mereka menghadapinya dengan berkelit dan terhindar dari serangan yang mematikan. Mirip Muhammad Ali menghindari tonjokan lawannya dengan cara menari-nari lincah di kanvas tinju.
5 comments:
Mulai bulan ini saya mulai meng-advance kan ilmu berkelit dalam mengalokasi kan gaji bulanan.sdh saya aplikasikn saat belanja bulanan kemarin.Sabun cuci piring,yg tadinya pake sabun cair dialihkan ke sabun colek.shampo anak2 diseragamkan dg shampo mama-papa,ternyata ada lho merk yg bisa dipakai utk 1 keluarga.untungnya lagi anak2 tdk protes dan tidak iritasi.1 masalah telah teratasi
Saya akan coba terapksn ilmu berkelit anda dalam kehidupan kerja saya, semoga bisa saya dalami dan saya manfaatkan. thanks
Saya dulu sering beranggapan berkelit itu berarti tidak 100% jujur, sedangkan untuk jadi orang baik harus 100% jujur.
Tapi ternyata dalam bisnis, ilmu berkelit yang baik memang harus dimiliki semua pebisnis yang mau survive, karena dunia ini tidak hitam-putih. Secara realistis, ada daerah abu-abu yang semua orang harus hati-hati.
terima kasih untuk semua komen-nya
highly appreciated
he...he.....
Apalagi sekarang ya Pak Kafi, di dunia yang mangkin kagak jelas begini. Ilmu berkelit sepertinya malah jadi ilmu wajib ya he...he...he... asal positif dan gak merugikan orang lain.
Inspiring article.
Sukses selalu buat Pak Kafi,
Ikhwan Sopa
Trainer E.D.A.N.
http://milis-bicara.blogspot.com
Post a Comment