Wednesday, January 17, 2007

TIGA NASEHAT IBU

“THRIFTY - Means a lot more than putting pennies away, and it is the opposite of cheap. Common sense covers it just about as well as anything. “– John Wayne

TIGA NASIHAT IBU


PERAN ibu sebagai figur paternalistik dalam budaya kita cukup unik. Tak jarang, truk-truk angkutan luar kota mencantumkan tulisan ''Doa Ibu'' di badannya. Seolah ''Doa Ibu'' adalah mantra yang membuat mereka selamat di perjalanan. Warung dan restoran padang juga sering menggunakan ibu sebagai bagian dari mereknya. Di antara semua fenomena itu, yang paling unik mungkin adalah nasihat ibu.

Seorang pengusaha muda Indonesia belum lama ini mengobrol dengan saya. Ia tengah mengalami berbagai kesulitan setelah badai krisis ekonomi, tak beda jauh dengan pengusaha atau konglomerat lain. Sepuluh tahun lalu, ia pengusaha yang cukup sukses. Ia memiliki aneka aset berharga, baik di dalam maupun luar negeri. Kini, hampir semuanya ludes. Ia menyesal karena lalai mengamankan tiga nasihat ibunya.

Ketika ia baru mulai berusaha, ibunya memberi nasihat unik. Menurut ibunya, uang memiliki tiga wajah. Yang pertama, wajah uang yang berasal dari laba atau untung usaha. Kedua, uang yang berwajah deposito. Ketiga, wajah uang dalam bentuk tanah.

Mulanya ia mengiyakan saja nasihat itu. Namun, ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, dan ia jatuh, ia merenung. Barulah ia menemukan arti sesungguhnya tiga nasihat itu.

Yang pertama adalah wajah uang dalam bentuk laba usaha. Ini berarti, apa pun yang kita kerjakan, kita harus hati-hati menghitung. Jangan sampai sekali pun merugi. Perhatikan baik-baik para pedagang di pasar grosir, seperti Tanah Abang dan Mangga Dua, keduanya di Jakarta. Semua rata-rata sangat agresif. Mereka tak peduli laba kecil. Yang penting berlaba. Biar kecil, kalau jumlahnya banyak, lama-lama akan menggunung.

Nasihat kedua secara harfiah mengajarkan agar laba jangan dihabiskan begitu saja. Belajarlah berhemat, dan selalu menabung. Selalu siap menghadapi situasi buruk. Nasihat ini mengajarkan pada kita hidup sederhana, selalu sedia payung untuk hari hujan.

Nasihat ibu yang terakhir mengajarkan trik sederhana untuk kaya raya: investasikan uang Anda dengan bijaksana. Kalau deposito Anda sudah tinggi nilainya, konversikan deposito itu menjadi aset berharga. Sejak dulu, properti atau tanah selalu dianggap investasi paling aman dan bijaksana.

Teman saya, sang pengusaha, menyesal tak mengikuti dengan saksama nasihat ibunya. Saya yang ikut mendengar ceritanya tak kuasa menahan haru. Dalam perjalanan pulang, cerita tentang tiga nasihat itu terus menghantui pikiran saya. Kalau saya urut, tiga nasihat ibu itu adalah rahasia bagi siapa saja untuk kaya raya.

Bekas bos saya pernah menasihati saya dengan cerita mirip. Ia menyimpulkan, mencari uang itu mudah sekali. Namun, untuk bisa kaya, dibutuhkan gaya hidup telaten, seperti tiga nasihat ibu itu.

Ketika kecil, saya suka menyisakan makanan. Ibu sering marah. Ia suka mengingatkan saya bahwa di dunia ini banyak orang miskin yang masih hidup kelaparan. Salah satu cerita favorit ibu saya adalah kisah tentang kerak nasi.

Alkisah, ada keluarga kaya yang hidup boros. Mereka memiliki pembantu rumah tangga yang bijaksana. Setiap kali mencuci dandang, ia mengambil kerak nasi, lalu menjemurnya. Setelah nasi itu kering, ia simpan. Tak lama kemudian datang paceklik. Keluarga kaya itu jatuh miskin, tak memiliki makanan lagi.

Namun, sang pembantu dengan rajin tiap hari selalu berhasil menyajikan bubur. Majikan heran. Ia ingin tahu dari mana bubur itu datang. Dengan malu-malu, si pembantu mengatakan, bubur itu dari kerak nasi yang selalu ia simpan.

Untuk menjadi kaya rupanya hanya ada satu jalan: hidup disiplin secara hemat. Warren Buffet, milyarder ala Wall Street di Amerika, memberikan nasihat unik tentang cara menjadi kaya raya. Aturan pertama adalah jangan pernah merugi dan kehilangan uang. Aturan kedua, jangan sampai lupa aturan pertama.

No comments: