Investasi Untuk Bertahan Hidup
Semalam sekitar jam 3 malam – saya terbangun oleh suara nafas saya sendiri. Sebuah pengalaman yang sangat terasa sangat sakral, karena ketika terbangun saya merasakan suasana yang sangat sepi dan senyap. Tidak ada suara apapun. Mati suara. Buat Jakarta ini sangat aneh. Saya tidak mendengar suara motor atau suara mobil dari jalan. Sunyi 100%. Barulah tak lama kemudian saya mendengar suara hujan yang jatuh. Dan tiba-tiba saya merasa sangat damai. Lama-lama saya juga ingat bahwa hari ini sudah masuk hari suci Nyepi. Saya bangun lalu meditasi sebenatar dan berdoa. Terasa Yang Maha Kuasa membisiki saya. Sebuah getaran kehidupan.
Seminggu yang lalu sebelum hari suci Nyepi, saya kebetulan di Bali, dan menyaksikan sejumlah upacara sebelum hari suci Nyepi. Tahun ini hari suci nyepi terasa sangat berbeda. Konon banyak pihak mendapatkan pertanda bahwa harus ada upaya khusus dalam membersihkan dan menyelamatkan bumi. Sehingga banyak upacara dan ritual tambahan yang lebih besar digelar sebelum hari suci Nyepi.
Ketika mau kembali ke Jakarta saya sempat ngupi dengan seorang kerabat yang kebetulan juga teman mentor saya Mpu Peniti. Beliau bercerita bahwa Bali sejak jaman dahulu sudah dilengkapi dengan perangkat seperti aturan-aturan adat untuk menjaga lingkungan. Mulai dari air, hingga bangunan dan lingkungan. Dan juga sejumlah alarm untuk pelestarian lingkungan. Kami juga berdiskusi mulai dari “Climate Change” sampai serangan Virus Corona. Terutama saat-saat yang sangat kritis bertepatan dengan hari suci Nyepi.
Walaupun hanya berlangsung 24 jam, tradisi “lock down” – hari suci Nyepi punya makna yang sangat strategis, karena melatih kita untuk selalu membiasakan diri berhenti dan merenung. Sebuah proses refleksi yang sangat penting. Dan selama virus corona menyerang kita semua, banyak video propaganda tayang di sosial media. Ada satu video yang lumayan berani, karena secara arif misalnya memberikan fakta bahwa di Tiongkok gara-gara lock down, polusi udara turun lumayan. Juga dengan memaksa kita dirumah, banyak hal yang kita alami dan apresiasi kembali. Seorang teman bercerita bahwa gara-gara lock down ia kembali mengasah kemampuannya memasak dan membuat kue. Teman lain bercerita bahwa ia kembali menekuni dan merawat kebun-nya. Serta cerita-cerita lain yang sangat positif.
Teman lain bercerita bahwa gara-gara virus corona ia jadi rajin berolah-raga dirumah, berjemur teratur setiap pagi dan belajar makan lebih sehat. Virus Corona membuat ia tekun merawat dirinya. Jadi selain sekian berita sedih tentang kita kehilangan teman-teman dan kerabat yang kita cintai, kita juga punya sekian cerita yang positif.
Mpu Peniti mengingatkan saya bahwa kita tak lama lagi juga akan memasuki bulan suci Ramadhan. Kesempatan tahunan untuk juga melakukan refleksi dan ibadah yang khusuk. Sebuah proses detox dan refleksi yang strategis. Barangkali Yang Maha Esa mencoba mengingatkan kita semua untuk berhenti sejenak dan melakukan sejumlah koreksi dan perbaikan. Tentunya dengan biaya yang sangat mahal baik secara ekonomi dan secara jiwa raga.
Bayangkan Rupiah anjok ke 17.000 minggu lalu. Dan index saham turun kebawah 4.000. Ancaman Ekonomi Koma ada dimana-mana. Bukan saja dinegara-negara maju tapi juga ke berbagai negara berkembang. Itu sebabnya keputusan untuk melakukan lock-down menjadi sangat berbahaya karena dapat mematikan ekonomi seketika. Saat saya di Bali seminggu yang lalu saja, kita sudah bisa melihat tanda-tanda perlambatan ekonomi yang super serius. Restoran menjadi sangat sepi dan hotel-hotel kosong tanpa tamu. Mobil-mobil sewaan kehilangan turis. Pekerja di hotel hanya bekerja 2 atau 3 hari dalam seminggu. Situasi sangat buruk. Apalagi terjadi lock down.
Diluar semua resiko ini, langsung terlihat pemimpin mana yang berkualitas menangani krisis. Juga terlihat pemimpin gagap yang tidak becus memimpin. Semuanya langsung kelihatan. Jadi krisis corona virus ini memang memiliki sejumlah akibat yang sangat negatif dan juga beberapa diantaranya mungkin justru positif.
Bagi saya pribadi pengaruh yang paling dahsyat adalah pengalaman semalam ketika bangun jam 3 pagi. Saya merasakan sebuah tamparan. Sebuah efek kejut. Sebuah pengalaman sakral yang mengingatkan saya atas sebuah kehidupan yang luar biasa – yang selalu saya syukuri. Itulah sebabnya dalam keheningan yang total saya bersujud dan berdoa, mengucap syukur.
Barangkali ditahun yang luar biasa ini, kita harus mengerem semua ambisi kita, dan rencana-rencana kita - berhenti sejenak dan melakukan refleksi total. Tujuan hidup kita saat ini barangkali cuma satu yaitu bertahan hidup.
Julia Chatterley pembawa acara di CNN mengatakan bahwa apapun yang kita lakukan saat ini adalah investasi untuk bertahan hidup. Rasanya kata-kata itu sangat bijak sekali.