Monday, September 04, 2017
Saturday, September 02, 2017
Sriracha, Kimchi dan Pecel
Menjelang akhir pekan, teman
saya di Portland mengirim pesan – “Datanglah berkunjung ke Portland, ada obyek
ziarah kuliner yang menarik. Harus dan wajib kita kunjungi.” Karena teman saya
ini adalah “Foodie” kelas berat, maka saya langsung berkemas dan berangkat
menuju Portland dari San Francisco. Teman saya mengirim pesan lanjutan : “Jam
8.15 tepat besok di lobby hotel !” Melihat pesan itu saya langsung mengambil
kesimpulan, artinya kita akan makan pagi. Dan makan pagi ini pasti sangat
spektakuler, karena teman “Foodie” saya sangat dan super serius dengan
ajakan-nya. Malam itu saya akhirnya semi puasa, hanya makan salad dan secangkir
kopi, lalu tidur. Menyiapkan diri untuk makan pagi yang spektakuler.
Paginya jam 08.15 di lobby
hotel, teman saya sudah nyengir sumringah. Ternyata saya diajak kesebuah
restoran yang sedang naik daun di Portland. Tasty n Adler di tengah kota
Portland. Restoran ini memang buka jam 9 pagi untuk mereka yang ingin sarapan
pagi. Yang membuat saya terkejut adalah antrian yang panjang sebelum restoran
di buka. Rupanya memang restoran ini luar biasa “beken”-nya. Ketika masuk dan
duduk di meja, teman saya dengan sigap memesan sajian legendaris mereka. Dari
sejumlah makanan yang dipesan, 2 adalah makanan bergaya Korea, 1 makanan
bergaya Mexico dan 2 lagi makanan bergaya Amerika yang tradisional. Kedua
kuliner Korea yang kami pesan adalah,yang pertama ayam goreng ala Korea dengan
Kimchi. Dan yang kedua “Bim Bop Bacon and Eggs” . Saya cukup kaget dan
terperangah. Tak disangka masakan khas Korea sudah melanda dunia sedemikian
lengketnya. Luar biasa sekali.
Tasty n Adler, memang kreasi
koki terkenal - John
Gorham yang menurut ceritanya mengambil sejumlah inspirasi dari perjalanannya
keseluruh penjuru dunia, dan memungut sejumlah tradisi kuliner global yang
menggoyang lidah kita dan membentuk budaya kuliner global kita saat ini. John Gorham sendiri pada awalnya tahun 2007
mendirikan sebuah restoran Spanyol – Toro Bravo yang terkenal itu di Portland.
Kuliner Spanyol yang seringkali terdiri dari hidangan-hidangan kecil yang
sangat beragam dan disebut Tapas, membuka sebuah tradisi baru dalam budaya
kuliner Amerika - dimana makan bersama ramai-ramai alias “family style” seperti
tradisi kita di Asia; menjadi sebuah cara alternatif makan baru di Amerika.
Banyak restoran di Amerika kini memotivasi pelanggan-nya untuk mencoba berbagai
hidangan bersama-sama, sehingga kenikmatan makan menjadi pengalaman keberagaman
hidangan yang unik.
Saya
ingat betul, kira-kira 10 tahun yang lalu – pada sebuah malam yang cukup dingin
ditengah musim dingin di Los Angeles, seorang teman mengajak saya untuk menghangatkan
badan. Ternyata saya dibawa kesebuah warung kecil masakan Korea, dan disana
kami memesan sup tahu ala Kimchi yang pedas dan panas. Kami makan sampai
bekeringat. Dan terasa praktek menghangatkan badan teman saya itu sangat
efektif sekali. Warung Korea itu penuh sesak dengan pengunjung, baik konsumen
dari Asia, dan juga konsumen yang bukan Asia. Dengan rasa kagum saya mengatakan
kepada teman saya, bahwa kuliner Korea akan mendunia sebentar lagi. Apalagi
dengan gencarnya mereka mempromosikan musik dan budaya film Korea saat itu.
Ramalan saya kini terbukti. Di Jakarta sendiri, daerah sekitar Senopati hingga
Wolter Monginsidi di selatan Jakarta telah berubah menjadi kota Korea alias
Korean Town yang populer. Setiap bulan-nya minimal sekali atau dua, saya
bersama relasi juga makan Korean BBQ. Jelas sudah invasi kimchi kini sudah
mendunia.
Usai
makan pagi, diskusi kami lanjutkan di Stump Town, warung kopi favorite saya
yang asli berasal dari Portland. Stumptown berdiri tahun 1999, dan pendirinya
Duane Sorenson merupakan salah satu pionir – “The Third Wave of Coffee
Movement”. Sebuah gerakan yang sebutannya di prakarsai oleh Timothy Castle pada
tahun yang sama 1999, sebagai kelahiran gerakan “artisan” produsen kopi yang
mementingkan kualitas. Menjadikan kopi sebagai sebuah butik premium cita
rasa. Di Stump Town saya diberi
kesempatan mencoba salah satu kopi esklusif mereka yang sangat kompleks yaitu
Kenya Kirinyaga Karimikui. Sambil menyeruput secangkir kopi, kami berdiskusi
soal restoran dan café di Portland berserta tren-nya saat ini. Perbincangan menjadi semakin seru ketika kami
terbahak-bahak membahas fenomena saus Sriracha yang fenomenal. Secara singkat
Sriracha adalah sambal botol yang juga banyak kita dapati di Indonesia. Hanya
saja Sriracha ini menjadi saus yang merevolusikan cita rasa lidah orang
Amerika. Dapat dikatakan orang Amerika tergila-gila dengan saus ini. McD saja
belum lama ini meluncurkan saus versi Sriracha untuk disiramkan di burger
kreasi mereka. Bayangkan kedahsyatan-nya !
Nama
Sriracha konon berasal dari sebuah kota
kecil di pesisir timur Thailand – Si
Racha yang terletak di provinsi
Chonburi. Resep Sriracha sebenarnya sederhana, cabe, dengan cuka, garam, gula
dan bawang putih. Dan konon saus yang aseli digunakan pedagang warung makanan
laut disepanjang pantai di kota Si Racha itu. Pada tahun 1980, David Tran di
California lewat perusahaan-nya Huy Fong Food membuat Sriracha dengan cabe yang
banyak di Amerika yaitu jenis Jalapeno yang merah dan pedas. Karena David Tran
lahir dengan zodiak ayam jago, maka saus Sriracha buatan-nya diberi cap ayam
jago. Sejak itu saus Sriracha cap ayam jago langsung mendunia. Hampir semua
waralaba makanan saji cepat, seperti Wendy’s, Pizza Hut, Burger King, McD, Taco
Bell, Jack in The Box, Subway dan banyak lagi merangkul sambal ini didalam
sajian menu-nya. Perusahaan camilan membuat aneka camilan dengan rasa Sriracha.
Dan pedas menjadi fenomena cita rasa dunia !
Pulang
dari “ngupi”, pikiran saya melayang sangat jauh. Mungkin Indonesia juga bisa
bersaing dengan Kimchi dan Sriracha, dan modalnya hanya satu saus yang mungkin
bisa kita promosikan dan juga bisa membuat kuliner Indonesia mendunia secara
global. Bilamana saya rekat satu demi satu pengalaman saya menjelajah kuliner
Indonesia lebih dari 30 tahun, maka kesimpulan saya hanya ada satu, yaitu bumbu
atau saus pecel. Saus kacang barangkali adalah jiwa dan roh kuliner Indonesia,
karena bisa kita jumpai hampir bersentuhan dengan setiap kuliner Indonesia,
mulai dari sate, gado-gado, ketoprak, nasi uduk, dan lebih dari selusin makanan
khas Indonesia. Namun saus kacang juga umum kita jumpai dalam sajian kuliner di
Malaysia, Singapore, Vietnam, Thailand hingga Philipina. Hanya ada satu di
Indonesia yang sangat berbeda yaitu saus kacang yang terkenal dengan nama bumbu
atau saus pecel, yang memiliki rasa dengan rempah-rempah khas dan tingkat
kepedasan yang membuat kita ketagihan.
Saya
sering memanfaatkan saus pecel untuk berbagai eksperimen kuliner. Pernah saus
pecel saya blender hingga sangat halus dan saya berikan sedikit mayonaise agar
lebih kental dan gurih, lalu saya jadikan saus hotdog. Ternyata luar biasa !
Pecel hotdog ini menjadi favorit banyak orang. Bumbu pecel pernah juga saya
sajikan sebagai saus untuk kentang goreng alias “french fries” dan rasanya juga
membuat banyak orang ketagihan. Teman “foodie” saya berkomentar bahwa saus
pecel itu kaya rasa. Disamping rasa kacang (nutty) yang populer, dan
rempah-rempahnya yang membuat rasanya menjadi kompleks dan eksotis, bumbu atau
saus pecel lebih mudah diseimbangkan rasanya antara manis, asin, asam, dan
pedas. Sehingga memiliki kecanggihan yang bisa melampaui kimchi atau sriracha.
Teman
“foodie” saya pernah menggunakan saus atau bumbu pecel sebagai bumbu dasar
untuk membuat hidangan barat seperti salad, dan bumbu steak dalam sebuah jamuan
makan malam dengan hasil mengagumkan. Saya sendiri sangat yakin saus dan bumbu
pecel ini punya potensi bagus untuk menjadi landasan unik mempromosikan kuliner
Indonesia ke dunia global. Kuliner Indonesia yang sangat beragam sekali, memang
sangat sulit dipromosikan karena jumlahnya sangat banyak dan kompleks. Tidak
seperti masakan Thailand yang terkenal dengan satu kuliner seperti sup Thom Yam
atau masakan Vietnam yang terkenal dengan Pho. Berbagai negara di ASEAN juga
mulai meniru strategi yang mirip. Singapura gencar mempromosikan Laksa, dan
Malaysia giat mempromosikan Nasi Lemak. Sudah saatnya kuliner Indonesia kita
angkat dan kita promosikan sebagai atraksi kuliner dunia setelah kuliner China,
Jepang dan Thailand mendunia. Salah satu kemungkinan itu menurut perhitungan
pribadi saya adalah saus dan bumbu Pecel. Semoga saja ini menjadi inspirasi
yang bermanfaat. Berjayalah Pecel !
Subscribe to:
Posts (Atom)