Seorang pasien kanker paru-paru telah diberi vonis hidup
hanya tinggal 3 bulan. Badan-nya sangat kurus. Selalu kelihatan letih dan lemas
tidak bertenaga. Kebetulan sekali, keluarga memutuskan agar pasien berobat
kepada dokter lain. Karena dokter yang lama tidak menunjukan kemajuan berarti.
Dokter yang baru, tiba-tiba curiga karena melihat istrinya sang pasien juga
kurus. Ia punya naluri dan memberikan tes kepada pasien dan istrinya. Ternyata
kedua-nya mengidap penyakit TBC. Dokter lalu menyusun strategi prioritas. Dan
ia mengambil keputusan untuk menangani penyakit TBC-nya baru kemudian
kanker-nya. Awalnya keluarga sangat keberatan dengan usulan ini. Setelah
dijelaskan panjang lebar, akhirnya seluruh keluarga setuju. Strategi dokter yang menyusun prioritas pengibatan berhasil
dengan baik. Pasien menjadi lebih gemuk. Bertenaga hingga mampu bertahan hidup
hampir 2 tahun. Strategi prioritas boleh saja kelihatan sangat sederhana tetapi
seringkali menjadi kunci sukses.
Teman saya, belum lama ini menggerutu. Marah dan mencaci
maki. Menurutnya, kita - Indonesia ibaratnya diberikan kesempatan kedua pada
tahun 1998. Sebuah era reformasi. Untuk memulai sesuatu yang baru dan kesempatan
untuk menata masa depan bangsa dan negara Indonesia. Tetapi semua presiden
sejak tahun 1999 hingga 2014, tidak ada satu-pun yang secara gamblang
mengemuka-kan prioritas dan rencana mereka untuk Indonesia. Akibatnya kita
tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Begitu kilah teman saya. Prestasi
olah raga kita merosot. Korupsi meraja lela. Ekonomi berjalan dengan auto
pilot. Kerusakan lingkungan semakin parah. Dan 15 tahun telah terbuang dengan
percuma. Teman saya bertekad akan golput, apabila ia tidak menemukan satu calon
presiden-pun yang punya rencana. Yang secara kritis bisa bercerita apa
prioritas yang dimilikinya untuk memajukan Indonesia ke dimensi berikutnya.
Hidup, karir dan bisnis anda memang sangat memerlukan
prioritas. Karena prioritas adalah strategi yang sangat kritikal. Teman yang
lain bercerita bagaimana ia mengabaikan prioritas dan memiliki sejumlah
penyesalan. Hampir 20 tahun yang lalu - karirnya sedang menanjak tajam. Ia saat
itu sudah berkeluarga dan punya 3 anak yang masih kecil-kecil. Ia salah memilih
prioritas. Ia memilih karirnya. Ia bekerja seperti orang gila. Hampir tiap
minggu ia keluar kota. Tanpa ia sadar waktu berlalu dengan cepat. Anaknya semua
sudah remaja. Ia kini punya banyak uang dan ingin menghabiskan waktu bersama
anak-anaknya. Namun terlambat, sang anak telah memiliki dunia yang berbeda.
Punya teman dan pacar. Ia ditinggal. Dan 2 tahun yang lalu, istrinya meninggal.
Ia seringkali merasa kesepian. Ini akibatnya, apabila kita salah memilih prioritas seringkali kita
kehilangan sejumlah kesempatan. Kita juga seringkali kehilangan dan ketinggalan
waktu. Prioritas seringkali menjadi penentu.
Matematika Prioritas itu sederhana. Pertama sumber daya kita
terbatas. Misalnya saja waktu. Kita hanya punya 24 jam sehari. Kebanyakan dari
kita juga punya uang atau modal yang sangat terbatas. Kedua hidup ini semua
bergantungan pada pilihan. Mau makan apa ? Mau pake baju apa ? Mau naik
kendaraan apa ke kantor ? Semuanya pilihan. Tiap pilihan punya resiko
masing-masing. Bilamana ingin sukses dalam hidup, kita harus memilih dengan
akurat dan tepat. Prioritas adalah ilmunya !
Lalu bagaimana kita melatih diri agar mahir menggunakan
Prioritas. Strateginya adalah keseimbangan antara sumber daya dengan pilihan
peluang. Dalam bisnis misalnya anda harus menghitung cash-flow keuangan anda
dengan sangat rinci. Dan memiliki proyeksi dalam waktu minimal 6 bulan
mendatang. Sehingga anda tau apa yang mesti dihemat, dan kapan harus berhemat.
Serta kalau ada kelebihan dana, anda akan tau kapan dan berapa banyak. Bilamana
anda ingin melakukan pengembangan usaha dan melakukan investasi. Anda tau kapan
dan bisa berapa banyak ? Saya menyebutnya sebagai peta sumber daya. Peta kedua
yang anda harus buat adalah peta peluang. Anda menghitung antara resiko dan
jumlah investasi. Serta hasilnya. Dengan kedua peta ini anda akan paham dan
bijak untuk berhemat dan melakukan investasi. Situasi bila anda praktek-kan
dengan seksama hasilnya akan luar bias, karena anda akan menikmati sebuah
sukses yang berkesinambungan. Ini adalah skema sukses yang mengandalkan
prioritas.
Prioritas yang tepat cenderung menciptakan efek domino yang
saling menunjang. Hal ini sering terjadi didalam bisnis yang berhubungan dengan
tekhnologi. Seringkali kita membeli sesuatu tekhnologi yang jauh lebih murah,
tetapi dalam 5-6 tahun berikutnya, tekhnologi itu menjadi usang dan kita harus
mengganti sistim dan memerlukan investasi yang lebih mahal. Padahal apabila
kita memprioritaskan tekhnologi yang lebih mahal, seringkali dalam 5-6 tahun
berikutnya, teknologi itu menjadi sangat populer dan biaya investasi kita
menjadi lebih ekonomis dan murah.
Andaikata anda baru saja lulus kuliah, maka anda bertanya
perusahaan apa ? Yang saya harus prioritaskan ? Kebanyakan orang memilih
perusahaan besar yang sangat bonafide. Pilihan populer. Namun anda harus
menganalisa sumber daya anda. Karena kalau diperusahaan besar, saingan dan
kompetisi-nya juga sangat hebat. Kalau sumber daya anda bukan yang terbaik,
maka anda cenderung ketinggalan dan sangat sulit untuk bersaing. Tetapi
mem-prioritas-kan perusahaan yang ukuran-nya sedang, namun sangat agresif dan
sedang berkembang pesat, seringkali menjadi prioritas terbaik. Kesempatan anda
jauh lebih baik, dan kecepatan anda mendaki karir lebih terjamin.
Sejak kuliah hingga menjadi entrepener, prioritas adalah
strategi utama saya dalam kehidupan. Saya menerapkannya dalam banyak hal. Tapi
yang paling terutama adalah dalam manajemen waktu. Karena waktu adalah sumber
daya kita yang paling utama. Sukses dengan prioritas waktu, akan membuat waktu
berpihak kepada kita. Kita tidak akan lagi kehilangan waktu dengan percuma.
Kita akan lebih efektif dan produktif menggunakan waktu. Dan indahnya adalah selalu
akan ada waktu. Tidak mudah memang. Dan tidak selalu tepat dan sempurna, tetapi
saya mempelajari prioritas terus menerus. Apa yang kita prioritaskan seringkali
menjadi pengalaman terbaik dan sukses kehidupan. Itu pengalaman saya.
Kata mentor spiritual saya, Mpu Peniti, prioritas mengasah
diri kita agar disiplin juga untuk memilih apa yang kita hendaki dalam hidup
ini. Hal ini penting. Seringkali karena kita tidak tahu apa yang kita inginkan,
maka kita seringkali memprioritaskan yang tidak perlu. Membuang waktu dengan
sangat percuma, karena kita mengejar sesuatu yang tidak penting, akhirnya kita
boros dengan waktu dan enerji. Hidup ini penuh dengan hasrat, keinginan dan
cita-cita. Semuanya semakin buruk karena kita memiliki ambisi dan nafsu. Bila
semuanya diaduk menjadi satu, seperti sebuah bola yang terdiri dari
benang-benang yang kusut. Mengurai benang kusut itu dengan prioritas yang
benar, akan seperti membuka jalan bagi kita. Kata Mpu Peniti, barangkali
awalnya kita hanya membuat sukses yang kecil. Namun seperti sebuah sinetron
sukses itu menjadi sebuah serial sukses. Prioritas menjadi kompas dan radar
untuk menemukan sukses yang lebih besar. Demikian seterusnya . Satu sukses
mendahului sukses berikutnya.
Saya percaya hal itu karena saya mengalaminya sendiri.
Ketika saya selesai kuliah, saya bertekad untuk tidak ingin menjadi seorang
"yang hanya rata-rata saja". Saat itu teman saya menertawakan saya.
Tetapi saya tidak peduli. Saya menyusun rencana. Saya punya strategi prioritas.
Dan ternyata bisa berjalan dengan sangat baik. Uniknya prioritas, mengasah
naluri saya lebih tajam. Membuat saya lebih ulet dan tekun. Tidak mudah
menyerah. Lebih sabar. Punya semangat juang yang tidak pernah habis. Prioritas
tidak lagi menjadi mainan sederhana. Tetapi sebuah alat kreatif buat sukses
kehidupan.
Jadi benar juga kata teman saya, buat apa pilih calon
presiden yang tidak punya dan tidak tahu membuat prioritas. Nasib negeri dan
bangsa ini perlu rencana dan prioritas. Kita tidak bisa lagi punya calon
presiden yang untung-untungan. Yang semuanya, "lihat saja nanti". Dan
prioritas kita adalah punya presiden yang bisa membuat prioritas bagi
Indonesia. Kita tidak mau lagi kehilangan waktu dan kesempatan.