Tuesday, August 28, 2007

ALL IS A MIRACLE

THROUGH A CHILD'S EYES

Saya suka tertawa bila mendengar makian :”Ah, elu….. kaya anak kecil aje !” Seolah dunia anak-anak itu ngak mutu. Jauh dibawah standar berpikir kita. Kita selalu meremehkan mereka. Perspektif dan atau pandangan anak-anak dianggap menyesatkan. Yang dijadikan panduan acap kali cuma cara berpikir orang dewasa. Kata orang, cara berpikir orang dewasa dianggap matang, penuh perhitungan, dan rasional.

Suatu pagi di Bandung, saya bergegas dari kamar hotel menuju “coffee shop” untuk sarapan pagi. Didalam lift saya terjebak dengan sekelompok anak-anak kecil. Kelihatan mereka sangat resah. Tidak sabar ingin segera sampai di ‘coffee shop’. Mereka saling dorong diantaranya. Salah satu anak meraba tombol lantai lift dan memencet semua lantai. Sekujur tubuh anak-anak ini seperti diselimuti adrenalin dan rasa penasaran yang begitu besar. Sedangkan para suster yang menemani anak-anak ini berdiam diri seperti ‘zombie’ yang acuh tidak acuh.

Ketika pintu lift terbuka, ‘brrrr……’ mereka semua lari berhamburan. Langsung mereka menyerbu meja makanan, dan mengambil hampir semua makanan yang tersedia. Tak lama kemudian, makanan cuma diutak-atik seperlunya. Dimakan sedikit saja. Dan sisanya dibiarkan bertumpuk. Sang suster tiba-tiba repot berusaha menyuapi mereka. Tidak seluruhnya berhasil. Maka para orang tua mulai bereaksi. Memerintahkan mereka untuk diam dan makan secara benar. Sebagian menurut, sebagian melawan. Orang tua mulai bertanya : “Kalau ngak mau dimakan ? Kenapa tadi diambil ?”. Para anak dengan sekenanya menjawab :”Ngak enak !” Selesai perkara.

Pemandangan yang biasa bukan ? Tetapi peristiwa itu membuat saya teringat pada salah satu kuliah pemasaran saya. Saat itu sang dosen bercerita tentang tekhnik imajinatif untuk melahirkan ide-ide besar. Menurut sang dosen, didalam pemasaran salah satu alat bantu yang kreatif justru adalah perspektif anak-anak. Cara berpikir para anak-anak sangat sederhana. Umumnya cuma lurus pada satu hal tertentu. Dan sangat singkat. Mereka mudah bosan. Perhatikan baik-baik permainan video, yang dirancang khusus untuk Playstation atau Xbox. Umumnya permainan ini didesain dengan perspektif anak-anak tadi. Tidak kompleks melainkan sederhana, fokus pada satu titik, tetapi memiliki magnet yang mampu membuat anak-anak lekat pada game itu berjam-jam. Karena game itu biasanya mampu mengusik rasa penasaran sang anak.

Perspektif anak bisa sangat kreatif. Misalnya anda memiliki masalah yang sangat kompleks, butuh pemecahan lugas. Maka metode ini seringkali bisa menjadi solusi yang jitu. Yang anda harus lakukan, cukup memejamkan mata, dan membayangkan kalau anda adalah anak kecil. Langkah berikutnya adalah membayangkan tindakan anak kecil ini. Dalam kuliah tadi sang dosen memperlihatkan beberapa film pendek. Yang pertama diperlihatkan seorang anak sedang minum susu. Tetapi susunya terlampau banyak. Sang anak hanya minum 5-6 menit, setelah puas dan kenyang, maka ia bermain dengan susu itu. Nasehat sang dosen, kalau kita mendesain sebuah produk atau sebuah promosi, konsumen hanya akan memberikan perhatian kepada kita sepersekian detik atau menit. Gagal membuat konsumen penasaran dalam waktu sesingkat itu, produk atau promosi kita akan gagal pula.

Dalam film kedua, diperlihatkan seorang anak bermain mobil-mobilan. Sang anak terlihat asyik sekali bermain, mulai dari bermain balapan, hingga mobil perang-perangan. Setelah asyik bermain dilantai, sang anak pindah bermain di ranjang, menggunakan bantal yang ditumpuk, seolah mobil melewati rute yang bergunung dan berbukit-bukit. Sang anak mampu bermain berjam-jam. Dosen kami lalu menceritakan bagaimana suksesnya kasus studi mainan merek Matchbox. Yaitu mainan mobil-mobilan yang kecil, seukuran kotak korek api. Awal mulanya Leslie Smith pada tahun 1948, menciptakan mainan mobil seukuran kotak korek api agar bisa dikantongi anak-anak kemana saja ia pergi. Ide sederhana ini ternyata jitu. Disamping kecil dan bisa dibawa kemana-mana. Harganya yang tidak terlampau mahal, membuat anak-anak asyik dan penasaran untuk mengoleksinya. Dengan ruang main yang terbatas dirumah, anak-anak bisa menciptakan dunianya sendiri dan bermain dengan 10-20 mobil Matchbox sekaligus. Konon model sukses Matchbox ini kini ditiru oleh merek-merek ternama pembuat tas, arloji, dan sepatu olahraga, untuk mensimulasi rasa penasaran yang sama. Buktinya ada eksekutif yang mengoleksi lebih dari 20 jam Rolex. Atau ada seorang selebriti yang mengoleksi lebih dari 3 lusin tas Hermes. Tingkah laku mereka mirip anak-anak yang mengoleksi mainan Matchbox. Tidak berbeda sama sekali ! Jadi jangan pernah meremehkan perspektif anak-anak. Mereka mungkin melihat dunia dengan pandangan yang berbeda. Sederhana dan ringkas. Tetapi pandangan kita saat dewasa - bukankah juga berawal dari perspektif yang sama ?

Monday, August 20, 2007

KEMBALI KETITIK AWAL


SOLUSI JALAN BUNTU

Sepasang suami isteri minta nasehat kepada Mpu Peniti. Perkawinan mereka selama 20 tahun diguncang prahara. Mereka berdua berada dititik kritis. Ingin bercerai. Kesedihan membayang di wajah Mpu Peniti, sehabis mendengar cerita mereka berdua. Lalu Mpu Peniti mendongeng, tutur beliau, bayangkan kita sedang berjalan di hutan. Setelah sekian lama kita berjalan, tiba-tiba didepan kita jalan-nya buntu. Kita menjumpai jurang yang dalam. Barangkali cuma ada dua opsi yang tersedia. Pertama maju terus, mendobrak kebuntu-an, dengan terjun kedalam jurang. Resikonya sangat tinggi. Kita bisa hancur berantakan didasar jurang. Atau mungkin juga selamat dengan sejumlah luka-luka serius. Tetapi ada jalan yang lain. Yaitu balik arah dan menelusuri jalan yang sudah kita tempuh. Balik kejalan semula. Dan mencari titik dimana kita telah salah berbelok, sehingga menemui kebuntuan itu.

Nasehat Mpu Peniti, mungkin perkawinan mereka mirip cerita diatas. Mereka menghadapi jalan buntu. Kalau mereka nekat maju terus, kemungkinan mereka akan bercerai. Dua-duanya akan hancur. Lain halnya kalau mereka mau balik arah. Balik kejalan semula. Mencoba menemukan cinta awal mereka. Cinta yang menyatukan mereka 20 tahun yang lalu. Cinta yang membuat mereka terjun kesebuah pernikahan. Barangkali dengan jalan ini, perkawinan mereka bisa diselamatkan.

Lebih dari 10 tahun yang lalu, nasehat itu diberikan Mpu Peniti kepada saya, ketika saya mengalami jalan buntu dalam menghadapi masalah pemasaran yang super akut. Hasilnya memang terbukti mujarab. Banyak klien yang datang dengan segudang kebuntu-an permasalahan. Betapa sering kita mendengar, pemasar berkeluh kesah hal yang sama. ”Dahulu produk saya laris bukan main. Pernah mencapai sekian juta. Tetapi kok sekarang semakin turun ? Tidak sanggup menghadapi serangan kompetisi ?” Jawabnya sederhana, selama sekian tahun kita diserang kompetisi dari berbagai arah. Tidak jarang kita terpancing ! Dan masuk jalan yang menjerumuskan kita ke jurang kebuntu-an. Akibatnya produk kita menjadi tidak laris secara perlahan-lahan. Solusinya sederhana. Balik ke titik semula. Titik dengan formula sukses yang asli. “Seringkali rahasia sukses kita ada pada titik awal tadi” begitu tutur Mpu Peniti. Entah kenapa kita terkadang malas untuk balik ketitik itu. Ada perasaan malu, jengah, untuk mengakui masa lalu dan titik awal kita”

Seorang entrepener yang memiliki sebuah biro iklan, bercerita hal yang mirip. Dahulu ketika ia memulai bisnis ini, semuanya dikerjakan secara sederhana. Ia terjun kesemua bidang. Mulai dengan bertemu dengan klien. Mengerjakan kreatifitas. Sampai mengantar barang ke klien. Semua klien ia kenal dengan baik. Kadang kalau sedang menganggur, ia dengan mudah minta pekerjaan ke klien. Selalu saja ada yang mau memberi. Biar kecil sekalipun. Kini puteranya yang memimpim. Semuanya sangat berbeda. Puteranya lebih senang menjadi jendral yang tinggal menyuruh prajurit-prajurit melakukan ini dan itu. Ia merasa hubungan klien dengan puteranya tidak akrab. Akibatnya klien datang dan pergi di perusahaan itu. Mereka tidak lagi punya klien yang loyal.

Cerita yang menggugah dalam bisnis, konon adalah cerita lama tentang Levi’s. Di awal dekade 80’an. Levi’s mengalami gempuran dahsyat dari para kompetitornya. Maklum jeans makin trendy, dan berbagai merek baru bermunculan satu demi satu. Percaya atau tidak, situasi itulah yang membuat Levi’s menyadari bahwa salah satu sukses mereka justru ada pada titik awal. Yaitu jeans seri 501 yang pertama kali dipatenkan pada tahun 1873. Maka tahun 1981, akhirnya Levi’s meluncurkan jeans seri 501 untuk wanita. Dan sukses besar. Tahun 1984, Levi’s seri 501 mulai di propagandakan secara besar-besaran terutama pada acara Olympic Games di Los Angeles. Dan dilanjutkan di Eropa pada tahun 1986. Sejak itu, konsumen justru tergila-gila dengan Levi’s 501 yang mestinya dianggap sangat kuno. Tetapi bagi konsumen inilah jeans yang asli. Sang legendaris. Tak heran apabila kemudian Levi’s meluncurkan sayembara untuk menemukan jeans Levi’s yang paling kuno di tahun 1993. Pada tahun 1997, Levi’s membeli kembali sebuah celana jeans Levi’s tahun 1890 dengan harga $ 25.000.-. Sejak itu Levi’s berhasil membangkitkan kejayaan-nya dengan salah satunya menggunakan titik awal jeans seri 501 yang unik.

Rahasia sukses kita tidak melulu ada pada masa depan. Terkadang dan sesekali, justru ada di masa lalu kita. Di titik awal yang memulai segalanya. Kalau saja suatu hari jalan anda buntu, solusinya bukan maju terus dan menabrak kebuntuan. Karena hasilnya bisa fatal luar biasa.

Sunday, August 12, 2007

WHY MEN CHEAT ?


BERMAIN CURANG

Alkisah ada seorang raja yang merasakan bahwa ajalnya semakin dekat. Sayangnya selama ia memerintah dengan adil dan bijaksana ia belum memutuskan siapa yang akan menggantikan-nya – siapa yang akan menjadi putera mahkota. Harap maklum sang raja memiliki 8 orang isteri. Dengan 12 orang putera dan 16 orang puteri. Karena semua disayanginya dengan rata dan sepenuh jiwa, ia tidak pernah tega untuk memilih satu diantaranya untuk menjadi putera mahkota. Ia takut menciptakan konflik.

Dalam situasi serba salah, bingung, dan kehabisan akal, maka dipanggilah Mbah Sewu, orang yang memiliki seribu jawaban terhadap masalah apa saja. Mbah Sewu adalah tokoh yang dikenal bijak, selalu penasaran, tidak pernah berhenti bertanya, dan tidak pernah lelah mencari jawaban. Ketika dipanggil raja dan diberikan teka-teki untuk memilih satu diantara 12 putera raja yang paling tepat menjadi putera mahktota, Mbah Sewu terlihat bingung tanpa jawaban. Akhirnya raja memberikan waktu seminggu untuk Mbah Sewu berpikir dan mencari solusi. Hati Mbah Sewu gundah bukan main, selama berhari-hari Mbah Sewu terlihat sering mundar mandir keliling kampung sambil komat kamit tidak keruan.

3 hari sebelum tengat waktu, Mbah Sewu terlihat menebang 12 pohon di hutan. Seluruh negeri menjadi ikut bingung dan merasa ikut terangsang rasa penasaran mereka. Pada hari yang ditentukan raja, Mbah Sewu mengumumkan sebuah sayembara. Ke 12 putera raja diberi masing-masing sebatang pohon yang harus dipanggulnya dari ibu kota kerajaan ke sebuah desa kurang lebih 3 jam berjalan kaki jaraknya dari. Barang siapa yang berhasil tiba dulu didesa itu maka pemenangnya akan terpilih menjadi putera mahkota. Maka menjelang tengah hari sayembara itupun dimulai.

Ke 12 putera raja dengan gagahnya memanggul balok pohon dan mulai berjalan menuju desa yang dituju. Selang satu jam kemudian langkah mereka mulai tertatih-tatih. Nafas mereka mulai tersengal-sengal. Terbukti balok pohon itu cukup berat dipanggul. Seorang putera raja, berhenti dijalan. Ia mengeluarkan goloknya dan mulai memendek-kan balok kayu itu biar tidak terlalu berat. Permainan curang ini dilirik putera raja yang lain, dan semuanya juga ikut bermain curang. Semua memendek-kan balok pohon dengan golok mereka. Hanya tersisa satu putera raja, yang ngotot tidak mau bermain curang. Akibatnya dia tertinggal jauh dengan saudara-saudaranya. Ia tetap tertatih-tatih memanggul balok kayunya.

Setelah berjalan berjam-jam, akhirnya tibalah ia di pinggir desa itu. Rupanya antara desa itu dengan wilayah lain dipisahkan oleh sebuah jurang yang sangat dalam. Biasanya memang ada jembatan untuk menyebrang. Tapi konon jembatan itu diputuskan oleh Mbah Sewu semalam sebelum perlombaan. Terpaksa para putera raja tidak bisa menyebrang. Mereka berdiskusi mencari jalan. Setelah berpikir sekian lama, akhirnya sang putera raja yang tidak bermain curang, menggunakan balok kayunya sebagai jembatan darurat dan menyebrang dengan selamat keseberang. Melihat ulah ini, putera raja yang lain ikut meniru. Apa daya gara-gara bermain curang dan memendek-kan balok kayu mereka masing-masing, ternyata balok kayu mereka terlalu pendek semua, dan tidak bisa lagi digunakan untuk menyebrang. Hanya putera raja yang tidak bermain curang yang berhasil menyebrang. Dialah yang menjadi pemenang sayembara dan dinobatkan menjadi putera mahkota.

Hidup ini mirip sayembara Mbah Sewu. Ada seribu cara. Dan seribu jawaban. Yang mana yang kita pilih, sangat bergantung kepada nurani kita. Dalam bisnis tantangan-nya juga sama persis. Ketika semua pesaing dan kompetitor kita bermain curang, maka kita terjebak dalam godaan maha besar. “Kenapa tidak ikut bermain curang ? Toh, semua orang juga curang !” Seorang pengusaha mengeluh, “Ketika semua orang ikut bermain curang. Dan bermain curang menjadi standar praktek umum. Tidak bermain curang, menjadi perkecualian yang sangat menyulitkan” Akhirnya kita diasingkan orang dan dianggap sok suci, sok idealis, pokoknya kita dianggap aneh. Pengusaha itu menuturkan, bahwa karena ia tidak mau memberikan sogokan, komisi, dan pelicin, setiap kali tender ia kalah terus. Semua pegawainya protes, dan membujuk dia untuk ikut main curang. Termasuk isterinya. Tetapi pengusaha ini punya pengalaman mirip dengan sayembara Mbah Sewu. Ketika kuliah dulu, teman-teman-nya berhasil mencuri soal ujian akhir. Ia juga dibagi bocoran soal curian itu. Namun ia nekat, lebih baik belajar dan ikut ujian tanpa bermain curang. Begitu nurani membisiki dirinya. Nilai ujian-nya memang paling rendah. Hanya gara-gara ia tidak mau ikut main curang. Usai ujian, sang dosen curiga, karena teman-teman yang mencuri soal angkanya sama semua. Akhirnya skandal pencurian soal itu terbongkar. Hanya sang pengusaha yang selamat. Ujian-nya tidak dibatalkan. Sejak peristiwa itu ia nekat untuk tidak tergoda bermain curang.

Ditengah-tengah situasi ia selalu kalah terus melakukan tender, ia tetap punya keyakinan bahwa suatu saat sikapnya yang anti bermain curang, pasti akan mendapat ganjaran positif. Benar saja ! Setahun yang lalu, datang seorang pengusaha dari Eropa. Sang pengusaha mencari suplier yang punya reputasi bersih, anti sogok, anti pungli, anti komisi, dan anti curang. Apa daya, dipasar cuma ia sendiri yang memiliki reputasi itu. Akhirnya ia terpilih dan mulai mendapat order dari Eropa. Kini biarpun ia selalu kalah tender didalam negeri, ordernya mulai berdatangan justru dari luar negeri. Menurutnya, mau bermain curang atau tidak adalah semata pilihan hidup. Betapapun ia terlihat bodoh, ia tetap memilih tidak bermain curang. Ia percaya itulah pilihan terbaik hidup.

Saturday, August 11, 2007

BAD HABIT !

BREAK THE BAD HABIT !

Suatu hari, saya sedang asyik bersantap siang disebuah resto di salah satu mall terkenal di Jakarta bersama Mpu Peniti. Beliau baru saja mendapat obyekan yang lumayan gede. Sehingga jadilah saya ditraktir beliau. Ketika kami sedang asyik makan, meja disebelah kami pecah perang dunia ke III. 2 anak bertengkar diatas meja, berebut makanan, dan mulai tak terbendung ketika mereka saling melempar makanan. Tak lama kemudian pecah tangis mereka berdua dengan sangat kerasnya. 2 orang suster yang seharusnya menjaga mereka tak mampu dan kuasa juga melerai keduanya. Semua orang menoleh. Salah satu pelayan resto mulai kelihatan binggung dan cemas. Tak lama kemudian, kami mendengar salah seorang perempuan tua yang duduk semeja, berkomentar : “Tuh, kan maminya sudah biasa sih, memanjakan anak-anak seperti itu. Apapun kemauan mereka selalu dituruti”. Saya dan Mpu Peniti senyum-senyum saja mendengarnya.

Dalam perjalanan pulang, kami berdoa ngobrol panjang lebar. Saya bercerita kepada beliau, tentang pertemuan saya dengan bekas model Ratih Sang beberapa bulan berselang di airport Surabaya. Mbak Ratih sang, sangat kuatir dengan bicara dan percakapan anak-anaknya dirumah. Maklum jaman sekarang anak-anak menggunakan bahasa Indonesia dengan format yang sangat berbeda. Bahasa gaul itu istilah mereka. Kadang malah bercampur dengan bahasa Inggris. Yang parah adalah bahasa SMS yang sekarang meraja lela dengan aneka istilah dan singkatan. Menurut Mbak Ratih Sang, keindahan bahasa Indonesia yang santun, ramah dan berbudaya terancam oleh polusi budaya pergaulan saat ini. Itu sebabnya, Mbak Ratih Sang membujuk anak-anaknya untuk mau kembali menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karena kalau kebiasaan dan “habit” ini dibiarkan begitu saja, dalam 10 tahun mendatang, kemungkinan besar bahasa Indonesia akan punah perlahan-lahan. Tanpa kita sadari sebenarnya hidup dan nasib kita banyak sekali dipengaruhi oleh kebiasaan atau “habit” yang terbentuk selama bertahun-tahun.

Tak heran kalau kita perhatikan baik-baik nasehat orang tua kita ketika kecil, kebanyakan bertujuan untuk membentuk kebiasaan kita. Simak saja naeshat-nasehat klasik, seperti : “Nak, kalau makan itu harus dihabiskan. Jangan sampai bersisa. Nanti muka kamu akan berjerawat seperti sisa-sisa nasi yang kamu tinggalkan dipiring”. Ketika mendengar nasehat itu, saya sempat takut. Makanya kalau makan, tak pernah sedikitpun saya sisakan. Pokoknya ludes tandas. Takut muka saya berjerawat. Namun saat akil balik, dan muka saya berjerawat dimana-mana, saya sempat protes kepada kakek saya. Kok, nasehat ibu sudah saya turuti, masih saja saya kena jerawat. Kakek saya akhirnya menjelaskan dan bercerita, bahwa nasehat itu bertujuan membentuk kebiasaan saya. Agar setiap kali makan, selalu mengambil makanan secukupnya saja. Supaya saya bisa menghabiskan-nya. Agar tidak boros dan selalu membuang makanan. Kalau saya terbiasa dengan satu kebiasaan sederhana ini, maka kebiasaan lain akan ikut menempel. Seperti hidup secukupnya, hemat dan tidak boros. Saya ingat, ketika masih di SD, uang jajan yang diberikan oleh Ibu saya sedikit sekali. Beda dengan teman-teman yang lain. Setiap kesekolah Ibu membekali kami dengan makanan rantang. Akhirnya terpaksa uang jajan yang sedikit itu saya masuk-kan kedalam celengan. Tanpa saya sadari Ibu saya membiasakan saya agar hidup hemat dan selalu menabung.

Mpu Peniti, menuturkan bahwa kebiasaan itu mirip dengan cetakan kue. Sesuatu yang melatih kita dan membentuk kita berperilaku. Kebiasaan ini sering membantu sukses kita ketika kita dewasa. Sebaliknya bisa juga kebiasaan kita ini menjadi penghalang dari kemajuan karir dan prestasi kita. Bayangkan kalau sejak kecil seorang anak sudah dibiaskan terbuka, mudah berkomunikasi, maka kemungkinan besar ketika dewasa, ia akan memiliki informal skills yaitu kemampuan berkomunikasi yang baik. Ia kemungkinan besar juga akan memiliki kepribadian yang lebih terbuka, periang, dan tidak pemalu. Akibatnya ia bakalan lebih menonjol, dan mudah dibentuk menjadi seorang pemimpin yang baik.

Ayah saya bekerja di surat kabar selama lebih dari 25 tahun. Setiap pulang kerja ayah, selalu membawa 4-5 surat kabar yang berbeda dari kantor. Koran gratis begitu istilahnya. Efeknya memang positif. Sejak kecil saya sudah terbiasa membaca beberapa koran sekaligus setiap hari. Lama-lama saya punya rasa dahaga tersendiri, dan merasa ketagihan membaca. Jadilah saya akhirnya gemar membaca. Senang dan cinta membaca. Kebiasaan ini menjadi bola salju yang berlanjut. Yaitu gemar belajar. Perlahan-lahan muncul naluri saya untuk selalu menjadi penasaran, dan ingin tahu apa jawaban-nya.

20 tahun mengarungi dunia pertarungan bisnis, dan melihat sejumlah pengusaha jatuh bangun, menempuh aneka perjalanan antara kegagalan demi kegagalan, juga dari satu sukses ke sukses berikutnya, akhirnya terbentuk satu pelajaran. Bahwa sukses dan kegagalan juga terbentuk dari pola-pola yang seringkali terbentuk dari kebiasaan tertentu. Seorang entreprener bercerita bahwa kakaknya, memiliki kebiasaan jelek. Yaitu selalu merekrut tenaga kerja yang murah. Sehingga kualitasnya cenderung lebih rendah. Ketika perusahaan-nya masih kecil mungkin hal ini tidak berpengaruh. Karena leadership kakaknya bisa mampu mengatasi berbagai masalah dengan mudah. Tetapi ketika perusahaan-nya sudah membengkak besar. Situasinya berubah. Tenaga kerja yang bermutu rendah, membuat kekacauan dimana-mana. Kurang dari 5 tahun kakaknya mengalami kebangkrutan yang fatal.

Saya sering melihat orang yang kesusahan datang minta nasehat kepada Mpu Peniti. Biasanya Mpu Peniti secara arif mencoba merubah kebiasaan orang itu. Misalnya pertama-tama lewat kebiasaan spiritual. Seperti dari jarang beribadah ke lebih banyak beribadah. Dari tidak pernah beramal menjadi lebih sering beramal. Bila berhasil, baru kebiasaan lain oleh Mpu Peniti dimotivasi untuk dirubah. Pokoknya kalau anda ingin sukses “break the bad habit “ !

Monday, August 06, 2007

WARNA WARNI


MENGAPA BANTENG MENGAMUK DENGAN WARNA MERAH ?

Pernahkah terpikir oleh anda, mengapa banteng mengamuk bila melihat warna merah ? Apakah memang warna mampu merasuk syaraf-syaraf emosi kita ? Padahal menurut para ahli, banteng itu sebenarnya buta warna. Warna merah hanya nampak sebagai warna abu-abu bagi banteng. Tetapi yang membuat banteng mengamuk adalah gerakan dari jubah matador yang digerak-gerak-an meledek sang banteng. Secara intuisi, rupanya banteng tau kalau dirinya diledek. Itu yang membuat dia mengamuk. Kebetulan saja, secara tradisi jubah matador warnanya merah sejak awalnya. Jadi terciptalah anggapan bahwa banteng mengamuk bila melihat warna merah.

Lain dengan fungsi warna dalam pemasaran sesungguhnya. Warna memang sangat “berkuasa” sekali. Menurut “Color Marketing Group”, sebuah organisasi berkantor pusat di Alexandria, Virginia, yang memiliki anggota lebih dari 1000 ahli warna diseluruh dunia, setiap tahun membuat 2 prediksi tentang tren dari warna. Group ini, juga memiliki riset yang sangat beragam dan dalam soal warna. Misalnya saja dalam riset mereka menemukan bahwa :
- Warna membantu untuk meningkatkan ”brand recognition” sampai diatas 80%. Tak heran apabila ”brand leader” seperti Coca Cola, Marlboro, dan McDonald, logonya semua memiliki warna merah. Warna yang paling agresif.
- Dalam hal kemasan, warna juga membuat orang lebih mudah membaca dan mengenali tulisan, apabila warna-warna tertentu digunakan. Riset mengukur peranan warna itu hingga lebih dari 40%.
- Warna juga membantu kita belajar. Penggunaan warna yang efektif membantu dan meningkatkan daya serap murid dari 55% hingga 78%
- Warna membantu konsumen untuk mencerna informasi hingga lebih baik hingga 73%
- Iklan berwarna memiliki daya tarik 42% lebih tinggi dibanding dengan iklan hitam putih.
- Akhirnya warna seringkali menjadi 85% alasan mengapa konsumen membeli produk tertentu. Jadi warna memang memiliki peran strategis.

Untuk semester kedua tahun 2007, Color Marketing Group memprediksi 2 trend warna. Yang pertama adalah Pink atau merah muda yang trendy. Menurut Color Marketing Group, Pink tidak lagi memiliki persepsi feminin atau warna ABG yang ke-kanak-kanakan atau manja. Karena Pink gencar digunakan dalam kampanye anti kanker payudara dan AIDS, warna Pink telah menjelma menjadi warna baru yang menjadi sebuah simbol kesehatan, kebersamaan dan solideritas. Tentu saja bukan warna Pink yang terlampau muda, tetapi Pink yang lebih tua warnanya. Jadi jangan heran kalau produk-produk konsumen tahun ini banyak yang menjagokan Pink. Ini warna baru yang canggih.

Warna kedua yang sedang favorit sejak musim panas 2007, adalah warna putih yang gemerlapan. Fashion designer dan desainer industri mulai gencar mempromosikan warna putih. Mulai, dari mobil, tas, arloji, hingga baju. Pokoknya semua putih berkemilai. Putih dianggap warna organik baru, yang memperlihatkan status premium. Misalnya warna putih berkemilau dari mutiara.

Warna juga menjadi simbol, baik budaya dan religi. Tetapi yang paling penting warna adalah titik pusar keberuntungan pemasaran. Sejumlah kasus studi sudah pernah didokumentasikan menjadi bukti-bukti nyata keampuhan warna. Christine Mau, Associate Director Of Packaging Graphics, Kimberly-Clarck Corporation menjelaskan bahwa setiap tahun mereka minimal mencoba menerapkan tren warna dalam kemasan produk mereka. Menciptakan corak dan perpaduan warna yang mampu menjadi stimulus yang merangsang konsumen untuk membeli produk mereka.

Konon salah satu gosip yang beredar bahwa kenapa Pepsi tidak bisa mengalahkan Coca Cola, semata-mata karena logonya yang berwarna biru dianggap inferior dibanding warna merah logo Coca Cola. Merah memang warna favorite. Konon warna ini paling kuat impresi dan stimulusnya untuk merangsang rasa lapar kita. Hampir semua resto franchise kelas dunia, warnanya selalu merah, seperti Mcdonalds, KFC, Pizza Hut dan seterusnya.

Christopher Webb, Trend and Color Designer dari General Motors Corporation menuturkan sebuah pengalaman unik. Secara statistik, warna abu-abu hanya memiliki penetrasi pasar sekitar 4.9 % bila dipakai sebagai warna mobil. Pada tahun 2006 General Motors merenovasi warna abu-abu mereka, dengan menampilkan warna abu-abu baru yang mirip dengan warna titanium dan kulit ikan hiu. Ternyata penetrasi pasar warna abu-abu mereka meningkat menjadi 6.6%. Lagi-lagi kesimpulan yang menunjukan warna peranan warna memang strategis luar biasa.

Warna juga sangat berperan dalam arena politik dan olahraga. Warna menentukan identitas dan stimulus emosi yang berbeda. Warna team sepakbola Jakarta adalah oranje. Tak heran apabila warna ini diperebutkan oleh 2 kubu yang beraturng dalam pemilihan gubernur Jakarta 2007. Hampir keduanya memiliki atribut kampanye berwarna oranje. Sehingga Mpu Peniti sendiri menjadi bingung, karena tidak bisa membedakan satu dengan lain-nya. Malah ketika dalam piala Asia baru-baru ini, Indonesia dikalahkan Korea Selatan, yang disalahkan juga warna kostum Indonesia yang putih-putih. Konon warna ini kurang garang dan mempengaruhi tempo dan semangat pertandingan.

Warna juga menjadi referensi kita. Misalnya hijau adalah tanda buah masih mentah. Hijau adalah tanda aman, misalnya dalam rambu lampu lalu lintas. Sehingga warna hijau identik dengan sesuatu yang natural, dan alami. Hijau adalah warna keseimbangan lingkungan. Biru mengingatkan kita kepada langit dan laut. Warna yang menentramkan dan membuat kita merasa sejuk. Biru menjadi referensi segar dan sejuk. Sehingga ini menjadi warna populer untuk minuman, terutama air mineral. Perusahaan yang konservatif juga cenderung memilih warna biru sebagai logo, semata-mata karena referensi segar dan sejuk itu. Warna-warna metalik biasanya memberikan kita referensi sebagai warna premium dengan status tinggi. Misalnya, emas dan perak. Tak heran apabila kedua warna ini merupakan favorit warna untuk menunjukan positioning dan status yang sama.

Warna memang tidak bisa diremehkan. Warna kini dipelajari dengan serius, sebagai medium kreatif pemasaran yang memiliki nilai strategis. Apa jadinya kalau dunia kita tidak lagi berwarna ?