Friday, July 27, 2007

Thursday, July 26, 2007

MANJURNYA SEBUAH IMPRESI

Seorang teman punya cerita menarik. Belum lama ini, ia dikenalkan oleh teman-nya seorang wanita yang sangat cantik. Pokoknya dari penampilan, dahsyat dan sempurna. Pada kencan pertama, teman saya serius sekali dan berniat menciptakan kesan pertama atau impresi yang paling mengesankan. Itu sebabnya, sampai-sampai ia membeli baju baru, parfum baru, dan mengajak teman kencan-nya, makan disebuah restoran Perancis yang paling mewah di Jakarta. Awal mulanya, semua berjalan sangat romantis. Hingga saatnya mereka memilih makanan dari menu. Entah kenapa akhirnya mereka berdua memilih ”steak”. Maka sang pelayan secara sopan bertanya tentang pilihan ”steak” yang akan dimasak. Maksudnya tingkat kematangan yang dipilih. Teman saya memilih ”medium” artinya setengah matang. Ketika giliran sang pelayan bertanya kepada sang wanita, tiba-tiba saja ia memberikan jawaban yang mengejutkan : ”small”. Hampir saja teman saya loncat dari bangkunya. Duh, malunya bukan main. Sang pelayan, hampir tak kuasa menahan tertawanya. Barangkali itulah pertama kalinya sang wanita cantik itu makan di sebuah restoran bergengsi seperti itu.

Teman saya mengaku, bahwa langsung saja, kegairahan-nya terhadap wanita cantik ini, langsung sirna. Impresi atau kesan-nya langsung ”drop” dan ”minus”. Kesan atau impresi memang penting. Apalagi dalam komunikasi pemasaran. Seorang klien mengaku bahwa dahulu ia hanya mementingkan ”awareness”. Pokoknya asal konsumen tau bahwa produknya ”exist”, atau hadir dipasar. Berteriak sekencang-kencang-nya adalah strategi utamanya. Jaman sekarang beda, menurutnya. Jumlah media, dan acara-acara di media yang semua hampir mirip, menimbulkan suara gaduh yang super berisik. Mirip ribuan orang menabuh panci dan kuali bersama-sama. Akibatnya konsumen cuek, atau malah menutup telinganya. Lain kalau konsumen diberi suara berupa musik yang indah, dengan suara yang sangat sensual. Konsumen akan menengok, terpengaruh, dan mungkin ikut berdansa. Inilah yang dimaksudkan dengan impresi atau kesan. Bukan lagi sekedar ada menciptakan ”awareness”.

Pentingnya ”impresi” atau kesan, mengubah prilaku komunikasi pemasaran kita. Berubah dari kuantitas ke kualitas. Berbisik sekarang dipilih oleh banyak praktisi sebagai alternatif baru, karena memberikan impresi atau kesan yang lebih intim, personal dan memberikan pendalaman yang langsung sifatnya ”one on one”. Tidak ada gunanya sejagat konsumen tau produk anda, tapi tidak meninggalkan kesan apa-apa pada mereka. Demikian sanggah seorang brand manager yang saya kenal. Itu sebabnya ia bersiasat menciptakan strategi baru. Kini untuk menciptakan impresi atau kesan yang unik, ia menciptakan komunikasi yang sifatnya intense sekali, tetapi ditujukan hanya kepada ”opinion leader”. Tujuannya agar komunikasi selanjutnya diteruskan oleh para ”opinion leader” kebawah. Ini biasanya bisa lebih ampuh.

Contoh, kalau anda punya restoran yang baru dibuka. Ada punya 2 opsi. Opsi pertama misalnya anda bisa mengundang wartawan dari seluruh media untuk mencoba restoran anda. Idenya, biar semua media memberitakan restoran baru anda beramai-ramai sekaligus. Pada opsi pertama ini, strategi anda adalah gempur total. Opsi kedua bisa beda. Anda hanya mengundang misalnya 10 “food critic” atau wartawan khusus yang mereview restoran dari media-media beken papan atas. Lalu anda buat acara khusus yang intim, dengan menyediakan jamuan makan istimewa yang serba glamor. Pada acara makan itu, diadakan diskusi mendalam bersama koki restoran, dan beberapa masakan di demo khusus didepan mereka. Tujuan-nya adalah untuk meninggalkan impresi dan kesan yang mendalam kepada semua “food critic” yang hadir. Kalau mereka kagum dan terkesan, maka tulisan dan cerita mereka akan sangat luar biasa sekali. Dan secara ajaib kesan yang mereka tinggalkan akan meninggalkan kesan dan rasa penasaran dikalangan pembacanya. Bukankah cara ini akan jauh lebih efektif ?

Komunikasi dengan impresi yang kuat akan meninggalkan jejak. Jejak ini akan berbebkas dan menciptakan pengaruh. Komunikasi bergaya berisik, tanpa impresi, akan membuat orang menoleh dan melihat. Setelah itu ia akan lupa, apa yang telah dilihatnya. Impresi jelas lebih manjur.

Sunday, July 22, 2007

Monday, July 16, 2007

RAHASIA NETWORKING

Seorang teman memiliki sebuah poster wanita telanjang yang sangat sensual, dan dipajang di dinding kantornya. Diatas poster itu ada satu slogan, bunyinya : “Dunia ini bukan milik pemalu”. Setiap kali saya berkunjung kekantornya, saya selalu menatap poster itu dengan penuh keheranan. Tapi risih juga untuk bertanya. Sampai suatu hari saya makan siang bersamanya. Hampir 3 tahun saya mengenal dirinya, belum pernah sekalipun saya berkenalan dengan isteri dan keluarganya. Siang itu saya kebetulan juga diperkenalkan dengan isterinya. Hampir saja saya lompat dari bangku tempat saya duduk. Isterinya cantik luar biasa. Persis bintang film. Padahal teman saya ini, penampilannya jauh dari rata-rata. Kok bisa ?

Teman saya tertawa-tawa ketika saya tanya apa rahasia-nya. Ia balik mengingatkan saya pada poster dikantornya. Cerita beliau, bahwa dulunya ia seorang pemalu. Ia mengaku mengalami kesulitan untuk bergaul. Tidak punya rasa percaya diri. Mudah menyerah. Pergaulan-nya sangat terbatas. 5 tahun yang lalu ia diajak temannya untuk menonton salah satu seminar saya. Ternyata ia mendapat pencerahan luar biasa. Ia juga rajin membaca buku saya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berubah.

Satu rahasia yang ia pelajari cara seksama adalah ilmu Networking. Itu sebabnya poster itu ia pasang dikantornya sebagai peringatan bahwa sukses itu dibangun diatas konsep ”Networking”, dan ia akan dikalahkan kalau ia tetap ingin menjadi pemalu seumur hidup. Ilmu Networking bukan semata-mata harus pintar bergaul. Banyak orang punya pergaulan luas, tetapi tidak bisa memanfaatkannya. Networking menurut filosofi Cina, dikenal dengan sebutan Guan Xi. Terjemahan sederhananya adalah Relationship. Guan Xi memiliki 3 pilar utama. Yang pertama adalah ”inner feeling” yang mengukur perasaan respek kita terhadap seseorang dalam networking termaksud. Ada orang yang bisa saja statusnya merupakan lapisan dalam dari sebuah networking, tetapi ia sering tidak tahu apa-apa. Karena semata-mata para anggota network memiliki ”inner feeling” yang terbatas terhadap dirinya. Sebaliknya seorang tukang keramas disebuah salon terkenal di Jakarta yang memiliki langganan VIP, menjadi serba tahu dengan segala gosip dan perkembangan Socialite. Karena para ibu-ibu yang keramas di Salon itu bergaul ramah dengan dirinya, sering bercerita apa adanya. Jadi kedudukan anda dalam sebuah network tidak ditentukan oleh status atau pangkat. Tetapi semata-mata oleh interpersonal relationship.

Pilar kedua adalah, kontribusi anda didalam network. Semakin besar value yang anda bawa, maka semakin tinggi kedudukan anda didalam network. Respek para anggota network juga semakin tinggi. Misal, tukang keramas di salon itu punya interest yang mendalam soal kulit ibu-ibu VIP yang berkunjung ke salon. Ia punya gosip yang luar biasa tentang ibu anu berobat ke klinik mana, dan kosmetik kulit yang sedang ngetrend serta manjur. Maka ia punya posisi penting yang mirip konsultan kecantikan kulit tidak resmi. Selama ia semakin up-to-date dengan pengetahuan-nya itu, maka ia tetap populer didalam network. Jadi kalau anda ingin populer dan dikenal dalam sebuah network, anda juga harus memilih satu spesialisasi anda yang membuat kontribusi anda bernilai, sehingga anda dirindukan oleh anggota network. Dalam arti lain populeritas anda ditentukan oleh spesialisasi ini.

Pilar ketiga sangat penting, yaitu berbicara soal etika dan reputasi. Yaitu tingkah laku pergaulan anda didalam network. Ini adalah ”balancing act” yang terpenting. Umur anda dalam sebuah network ditentukan oleh pilar ketiga ini. Sekali saja anda reputasi anda tercemar, tak akan mungkin anda bertahan didalam network. Anda akan diasingkan dan menjadi kelompok terbuang. Dalam filosofi Cina, pilar ketiga inilah yang menunjukan wajah anda sesungguhnya.

Teman saya, seusai nonton seminar saya, mulai berpikir membangun networknya. Ia tergugah untuk menyambung beberapa network yang ia miliki. Mulai dari network di kantor, network teman sekolah, dan network tetangga. Kebetulan, ia punya hobby main bulutangkis. Dulunya ia bekas pemain di kampus. Lumayanlah prestasinya. Ia menyambung ketiga network itu dengan mendirikan klub bulutangkis. Hasilnya luar biasa. Dari cuma 6 orang, clubnya berkembang menjadi 30 orang lebih. Teman saya mulai mendapatkan bisnis baru. Ia juga dikenalkan dengan calon isterinya lewat club bulutangkis itu. Karena dalam club bulutangkis itu dia bisa memunculkan kepribadiannya yang cekatan dan sportif. Di club bulutangkis itu ia menjadi bintang yang dikagumi.

Akhirnya ia dipercaya membentuk club bulutangkis di real estate tempat bos-nya tinggal. Dari sanalah ia dikenalkan oleh bos-bos bisnis yang lain. Perlahan-lahan dengan memanfaatkan network kecilnya, karirnya merambah. Ia lalu punya beberapa bisnis kecil. 2 tahun yang lalu, ia keluar dari perusahaannya, dan mengelola bisnisnya sendiri. Menurut dia, networking itu mirip pohon duit. Kalau kita rajin merawat dan memupukinya, manfaatnya menjadi sangat luar biasa sekali. Networking akan terus membuahkan hasil yang berlimpah ruah. Secara filosofis, networking mengajarkan kita, bahwa bergaul itu selalu berguna. Jadi jangan pernah ragu untuk bergaul dengan siapa saja. Karena tanpa anda sadari suatu saat, anda mungkin akan ditolong oleh seseorang yang tanpa anda sengaja, anda kenal 10 tahun yang lalu. Mengenal 100 orang akan jauh lebih bernilai daripada membuat satu musuh.

Sunday, July 08, 2007

Friday, July 06, 2007

INTRIK : AKIBAT

Mpu Peniti asyik bermain catur dengan seorang teman-nya di beranda. Mereka main lebih dari dua jam. Sambil berbicara dengan suara yang sangat halus. Mirip orang berbisik. Luar biasa seriusnya. Seperti sedang membicarakan nasib republik. Sesekali, saya melihat teman Mpu Peniti mengusap air mata dari mata tuanya yang renta. Jelas kelihatan kesedihan yang sangat mendalam. Saking asyiknya, saya hanya berani menonton dari jarak jauh. Ketika permainan selesai, sang tamu pamit dan memeluk Mpu Peniti erat sekali dan cukup lama. Nampaknya ia enggan berpisah.

Lalu Mpu Peniti bercerita kepada saya. Konon menantunya yang sangat disayangi dan dicintai oleh teman Mpu Peniti, harus kabur ke luar negeri. Dan dengan sangat berat hati teman Mpu Peniti terpaksa mengihklaskan-nya. Ceritanya sangat panjang. Beberapa tahun yang lalu, sang menantu ditipu oleh salah seorang rekan usahanya. Meninggalkan hutang kesana sini, yang jumlahnya banyak sekali. Sang menantu terpaksa gali lobang tutup lobang. Sampai akhirnya ia tidak sanggup lagi, dan terpaksa harus kabur keluar negeri. Gara-gara ulah satu orang, meninggalkan derita dan kesusahan yang bernatai dan berentet jumlahnya. Satu akibat yang berbuntut panjang. Menurut Mpu Peniti; terkadang kita lupa memikirkan akibat perbuataan kita. Padahal satu perbuatan bisa menyebabkan akibat yang berantai yang luar biasa hebatnya.

Seorang teman saya diberhentikan dari tempatnya bekerja. Suatu hari ia dan seorang staff wanitanya, pergi keluar kota untuk mengunjungi klien. Pulang dari luar kota, ia diadukan staff wanitanya dengan delik aduan pelecehan seksual. Namun peristiwa ini sangat sulit dibuktikan. Karena tidak ada saksi. Cuma ada 2 pengakuan yang berbeda. Celakanya sang direktur HRD-nya adalah wanita yang bersimpati dengan staff wanita itu. Maka diadakan-lah penyelidikan diam-diam yang menyeluruh. Teman saya memiliki beberapa kesalahan administrasi yang mungkin biasanya termaafkan. Namun karena dijumlah bersama-sama kasus pelecehan seksual tadi, kesalahan teman saya menjadi fatal dan tak terampuni. Ia kena PHK. Berita yang keluar, ia diberhentikan karena korupsi. Tentu saja ini pukulan yang menghancurkan hidup teman saya. Ia tidak lagi bisa bekerja ditempat lain. Berita cepat menyebar, dan ia sudah dilekati dengan predikat koruptor. Yang parah adalah hubungannya dengan keluarga juga hancur berantakan. Anaknya berminggu-minggu hanya mau memakai pakaian seragam sekolah. Baik disekolah, dirumah, dan tidur sekalipun. Ia merasa jijik memakai pakaian lain. Karena ia merasa semua pakaiannya dibelikan dengan uang hasil korupsi.

Mpu Peniti bertutur, bahwa seringkali kita lupa menghitung akibat. Setiap kali kita ingin sukses, kita hanya menghitung hasil dan melupakan menghitung akibat. Padahal setiap sukses yang kita ciptakan, pasti akan berakibat kepada kegagalan orang lain. Lucunya, kalau kita gagal, kita hanya penasaran mencari sebab kegagalan, dan juga keliru mencari akibat. Ini bukan pelajaran mudah bagi saya. Melainkan sesuatu yang luar biasa sulitnya. Tetapi kalau kita percaya kepada lingkungan yang harmonis dengan keseimbangan, maka sebab dan akibat adalah ibaratnya kemudi mobil yang selalu kita coba luruskan agar jalan mobil juga mulus lurus.

Menghitung cermat sebuah akibat dalam manajemen, merupakan disiplin yang bisa membuat gaya kepemimpinan anda menjadi sangat arif. Seorang konsultan manajemen Jepang, menuturkan bahwa senioritas dalam tata krama manajemen Jepang selalu dihormati dan mendapatkan prioritas tinggi. Kadang dalam manajemen yang bukan bergaya Jepang, senioritas malah dianggap beban. Misalnya bapak anu, adalah orang lama, konservatif, cara berpikirnya kolot, dstnya. Maka bapak anu dianggap pagar penghalang. Apalagi kalau bapak anu tidak mewakili golongan yang berpikiran maju, kreatif dan progresif. Lalu bapak anu dianggap golongan bodoh. Padahal menurut teman saya, sang konsultan Jepang, seseorang yang bisa bertahan sangat lama dalam sebuah organisasi, menunjukan kualitas stamina, adaptasi, mungkin cerdas bergaul dan kemahiran politik yang sangat luar biasa. Seringkali sisi ini tidak pernah diperhitungkan. Sebuah akibat yang patut kita kagumi.

Dalam pemasaran ilmunya juga persis sama. Jarang kita menghitung akibat. Misalnya saja, supaya produk kita laku, maka kita pasang harga sangat murah. Tapi kita lupa melihat situasi sekeliling. Mulanya produk kita memang laris. Lalu surut perlahan-lahan. Tak lama kemudian produk kita dianggap murahan. Seorang manajer penjualan belum lama ini mengeluh kepada saya. Konon, beberapa bulan yang lalu, ia mengadakan promosi berhadiah langsung piring dan gelas. Penjualannya memang bagus dan melonjak luar biasa. Ketika hadiah dicopot; penjualan melorot lagi. Tanpa sengaja ia telah membuat para konsumennya terdidik untuk hanya tertarik membeli bilamana ada hadiahnya. Kini ia panik bukan main. Budget promosinya kering. Penjualan ambruk. Sebuah restoran baru dibuka. Pengunjung belum banyak. Promosi langsung diusung. Tapi promosinya heboh luar biasa -- memakai spanduk besar di depan restoran, dan bunyinya “Makan sepuasnya cuma Rp. 59.000/orang”. Anehnya konsumen tidak juga ramai seketika. Tanpa disadarinya, spanduk itu mengakibatkan konsumen punya impresi bahwa memang restoran ini tidak laku, sehingga di-obral. Lagi-lagi akibat yang seringkali kita anggap remeh dan tidak diperhitungkan.